Share

Bab 104

Ia pergi ke toilet dengan seringai di wajahnya.

Entah apa yang akan dia lakukan. Jelas-jelas aku tidak sengaja dia malah tak terima. Memangnya apa yang rugi? Dia tak kehilangan apa pun.

Seperti janjinya, ia mengimami salat subuh dengan alunan yang begitu merdu. Namun, usai salam yang terakhir, hatiku kembali merasa cemas.

“Salim!”

“Harus?”

“Oh, ya sudah kalau enggak mau.”

“Mau.”

Ah aku bahkan tak pernah melakukan hal ini kecuali pada ayah. Itu pun sangat jarang karena memang kami tinggal terpisah. Bagaimana bisa aku akan melakukannya dengan pria ini.

“Mas enggak akan maksa kalau memang belum mau.”

Tanpa kata aku langsung menarik lengannya, lantas menghidunya dengan takzim.

Payahnya baru menyentuh tangannya saja sudah tremor.

“Hahaha.”

Lihatlah sekarang, bahkan ia menertawakanku.

“Kamu ini artis macam apa? Bukannya dulu kamu biasa melakukan sesi foto, kamu terlihat biasa saja. Kenapa denganku begitu gugup.”

“Apa sih Mas, dulu ‘kan professionalitas semata. Sekarang bedalah.”

“Apa bedany
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status