Home / Rumah Tangga / Diamnya Seorang Istri / Tindakan Istri Tersakiti

Share

Tindakan Istri Tersakiti

Author: Bintang Senja
last update Last Updated: 2023-05-11 12:56:23

"Ya Allah perut aku," ucap Alina, rasa sakit di perut bagian bawah semakin kuat.

***

Kini Wildan dan Rena sudah berada di rumah sakit, bahkan Erika, ibunda Wildan juga sudah ada di sana. Setibanya di rumah sakit, Rena langsung mendapatkan penanganan, tapi sayang. Rena tidak bisa melahirkan secara normal, tapi harus operasi.

Setelah Wildan mengurus semuanya, kini operasi sedang berlangsung. Sementara Wildan dan ibunya tengah menunggu di depan ruangan operasi. Erika terus berdo'a agar operasi berjalan dengan lancar, lalu anak yang Rena lahirkan berjenis kelamin laki-laki, untuk bisa menjadi pewaris ayahnya kelak.

"Alina, maafkan aku, aku janji setelah operasi selesai. Aku akan pulang menemui kamu dan menjelaskan semua ini," batin Wildan. Hatinya benar-benar tidak tenang, bayangan Alina terus berputar di benaknya.

"Wildan kamu kenapa sih kaya orang bingung begitu. Kamu tidak perlu khawatir, operasinya pasti berjalan lancar," ucap Erika.

"Iya, Bu. Aku kepikiran dengan Alina saja, soalnya .... "

"Ya ampun Wildan, untuk apa kamu memikirkan wanita mandul itu. Sekarang kamu fokus saja sama Rena, dan anak kamu itu, nggak usah mikirin wanita tidak berguna itu lagi," potongnya dengan cepat. Erika paling benci saat Wildan membicarakan tentang Alina. Bagi Erika hanya Rena menantunya saat ini.

Wildan menghela napas. "Bagaimanapun juga, Alina tetap istri aku, Bu."

"Istri yang harus kamu ceraikan, ibu minta setelah Rena pulang. Kamu urus perceraian kamu dengan Alina," ungkap Erika, seketika Wildan terkejut. Bukan hanya Rena saja yang menginginkan dirinya bercerai dengan Alina, tetapi juga ibunya.

Wildan mengusap wajahnya dengan gusar, hatinya terasa sakit, ketika ibunya sendiri menginginkan dirinya untuk bercerai dengan wanita yang sudah lima tahun bersamanya. Lima tahun Alina menemani dirinya mulai dari nol hingga sesukses sekarang. Wildan akan sangat merasa berdosa jika harus melepaskan Alina.

Memang, sejak Wildan kenal dengan Rena, lalu menjalin hubungan. Ia rela mengabaikan Alina, wanita yang selalu setia menunggunya saat pulang kerja. Wanita yang merawat dirinya jika sedang sakit. Dan wanita yang akan selalu ngomel di saat Wildan tidak menuruti nasehatnya.

"Apa aku bisa hidup tanpa Alina," batin Wildan.

"Rasanya tidak mungkin, melihat perubahan Alina saja. Yang dulu cerewet, dan sekarang diam, aku kelimpungan sendiri." Wildan kembali membatin.

Wildan kembali mengusap wajahnya dengan gusar. Tiba-tiba saja pintu ruangan operasi terbuka, melihat itu baik Wildan dan juga Erika bangkit. Rasanya mereka tidak sabar ingin tahu bagaimana hasilnya, terlebih Erika. Ia tidak sabar ingin melihat cucunya.

"Bagaimana operasinya, Dok?" tanya Wildan.

"Operasinya berjalan lancar, bayinya sehat dengan jenis kelamin laki-laki," jawab Dokter Indra.

"Alhamdulillah, apa saya bisa melihatnya?" tanya Wildan.

"Tunggu sebentar ya, Pak. Nanti setelah dipindahkan ke ruang perawatan," jawabannya.

"Baik, Dok." Wildan mengangguk, setelah itu dokter tersebut beranjak meninggalkan Wildan dan juga Erika.

Rasanya Wildan tidak sabar ingin melihat putranya, ia juga tidak sabar ingin mengucapkan terima kasih kepada Rena yang sudah berjuang untuk kelahiran anak pertamanya itu.

***

Tiga hari telah berlalu, selama tiga hari ini Wildan sama sekali tidak pulang. Rena benar-benar melarang suaminya itu untuk pulang menemui Alina. Sementara Alina sudah tidak peduli lagi dengan suaminya itu, bahkan ia sengaja mematikan ponselnya.

Pagi ini Alina berencana untuk pergi menemui pengacara yang akan membantunya untuk mendapatkan haknya. Alina memang bukan wanita gila harta, tetapi ia sadar jika yang dimiliki suaminya kini, adalah hasil kerja keras bersamanya selama lima tahun.

Alina tidak akan rela, jika harta kekayaan itu jatuh ke tangan Rena. Wanita tidak tahu diri yang sudah merebut suaminya, setelah nanti Alina berhasil mendapatkan semua itu. Alina akan menggunakan hartanya untuk membantu orang yang membutuhkan, seperti untuk panti asuhan dan yang lainnya.

"Semoga saja nanti, pak Anton bisa membantu," gumamnya. Saat ini Alina sedang bersiap untuk pergi.

Awalnya Alina memang acuh, tapi setelah mengetahui suaminya selingkuh bahkan menikah tanpa persetujuan darinya. Alina tidak akan tinggal diam. Setelah ia menemukan bukti yang kuat, Alina kini bertindak. Ia diam bukan berarti bodoh, tetapi diam untuk memikirkan rencana ke depannya.

"Lebih baik pergi sekarang saja." Alina bangkit lalu menyambar tasnya dan beranjak keluar dari kamar.

Di lain tempat, saat ini Wildan tengah sibuk membantu Rena untuk mengurus putra mereka. Rena terlalu malas untuk mengurus putranya itu, bahkan hampir tiap malam Wildan selalu begadang. Terlebih air susu Rena yang tidak keluar, membuat wanita itu bertambah malas.

"Rena, aku pulang dulu ya, mau ambil baju," ucap Wildan, setelah menidurkan putranya.

"Tapi nanti balik ke sini lagi kan?" tanya Rena.

"Iya, nanti aku balik ke sini. Baju yang di sini belum sempat aku cuci," jawab Wildan.

"Ya sudah, buruan gih. Mumpung Alva lagi tidur," kata Rena.

"Iya." Wildan mengangguk, setelah itu ia bergegas keluar dari kamarnya.

Wildan kini sudah berada di ruang tamu, saat membuka pintu ia cukup terkejut saat melihat mang Asep sudah berdiri di depan pintu. Berbagai pertanyaan melintas di otaknya, terlebih saat melihat ada sebuah koper di samping mang Asep.

"Selamat pagi, Tuan. Maaf saya menganggu saya hanya menjalani tugas untuk mengantar koper ini," ucap mang Asep.

"Koper siapa, Mang?" tanya Wildan.

"Koper milik, Tuan. Nyonya Alina yang menyuruhnya, kalau begitu saya permisi." Setelah mengatakan itu, mang Asep bergegas pergi dari hadapan Wildan.

Sementara itu, Wildan masih berdiri mematung dengan berbagai pertanyaan. Untuk apa Alina menyuruh mang Asep mengantarkan koper miliknya. Apa mungkin Alina mengusir dirinya dari rumah itu, karena rumah yang mereka tinggali, atas nama Alina.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
usir aja sekalian Rena biar mampus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Diamnya Seorang Istri   Ending

    "Syukurlah, mudah-mudahan ini awal yang baik," gumamnya. Amara ikut bahagia melihat mantan ibu mertua dan suami yang kini sudah berbaikan. ***Tidak terasa lima tahun telah berlalu, kini Asha tumbuh menjadi anak yang cantik dan juga cerdas, tak beda dengan Nafisa. Sementara Iqbal juga semakin dewasa, bahkan kini Iqbal tengah melanjutkan kuliahnya di Jakarta, awalnya di Bandung, tetapi Adam memintanya untuk pindah ke Jakarta. Iqbal mengambil fakultas kedokteran, karena memang cita-citanya ingin menjadi dokter. Lima tahun lebih Alina membina rumah tangga bersama dengan Adam. Perbedaan usia tak menjadi masalah, justru Alina merasa lebih nyaman jika bersanding dengan suaminya yang sekarang. "Sayang dasinya di mana," teriak Adam dari dalam kamar. "Masih di laci, Mas." Alina pun ikut berteriak. Saat ini wanita berjilbab itu sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi. "Sayang nggak ketemu." Adam kembali beteriak, hal itu membuat Alina menghela napas. "Sayang sebentar ya, bunda ke atas dulu,"

  • Diamnya Seorang Istri   Menuju Ending

    "Iya, mas Wildan mengira jika ibu adalah kamu," ucap Amara. Sejak saat itu, ibu mertuanya trauma dan memilih untuk mengurung diri di kamar.***Sejak pulang dari rumah Wildan, Arina sering melamun, jujur Alina merasa kasihan melihat mantan suaminya itu. Sejahat apapun Wildan, tetapi pria itu pernah menjadi bagian dari hifup Alina. Pernah menjadi imam dalam bahtera rumah tangganya dulu. "Sayang kamu kenapa? Kok ngelamun gitu, apa yang kamu pikirkan." Adam duduk di sebelah istrinya. Alina menghela napas. "Aku nggak apa-apa kok, Mas. Cuma masih kepikiran tentang ... keadaan mas Wildan yang sekarang. Maaf, Mas aku nggak bermaksud untuk .... ""Iya, nggak apa-apa, aku ngerti bagaimana perasaan kamu. Bagaimanapun juga, kalian pernah hidup bersama, kamu do'akan saja semoga Wildan bisa sembuh seperti dulu." Adam memotong ucapan istrinya, lalu merengkuhnya. "Mas, Nafisa di mana?" tanya Alina. "Masih di rumah mama, memangnya kenapa." Adam balik bertanya. "Memangnya belum pulang ya, kok tad

  • Diamnya Seorang Istri   Karma Telah Berlaku

    "Janji kamu untuk menikahi Sindy," jawab Mila, seketika Alina terkejut mendengar hal itu. Bukan hanya Alina, Adam pun demikian. ***Suasana menjadi tegang, khawatir terjadi kesalah pahaman terhadap sang istri. Adam berjalan mendekati Alina. Adam tidak pernah merasa berjanji untuk menikahi Sindy, adik kandung Winda mendiang istrinya. Namun kenapa tiba-tiba mereka datang dan menagih janji. "Maaf, tapi aku tidak pernah berjanji untuk menikah dengan Sindy," ucap Adam. "Adam, mbak itu nggak lupa, kalau kamu pernah berjanji untuk menikah dengan Sindy," kekehnya. Mila tetap bersikeras untuk meminta agar Adam menikah dengan Sindy. Adam menggelengkan kepala. "Enggak, Mbak. Kalau, Embak tidak percaya, kita tanya langsung ke mama sama papa!" tegasnya. Adam tidak habis pikir, kenapa tiba-tiba kakak iparnya datang dan bicara omong kosong seperti itu. "Apa alasan kamu, tidak mau menikah dengan Sindy?" tanya Mila. "Karena aku sudah menikah dengan perempuan kini berdiri di sampingku," jawab Ada

  • Diamnya Seorang Istri   Tamu Tak Diundang

    "Aku nggak mau, lepas, Boby aku nggak mau." Rena terus berteriak agar Boby mengurungkan niatnya itu, tetapi Boby tidak peduli dengan teriakan Rena. Ia tersenyum karena rencananya telah berhasil. ***Kini kebahagiaan tengah menyelimuti keluarga Adam, Alina berhasil melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik. Meski harus melalui operasi, kini bayi mungil itu tengah menjadi rebutan oleh kakek serta neneknya. Sementara Adam memilih untuk menemani istrinya, yang kondisi masih lemah. "Terima kasih ya, Sayang." Adam mencium kening istrinya dengan lembut. Kebahagiaan itu kembali Adam rasakan, meski bukan dengan wanita yang sama. Namun Adam beruntung bisa memiliki istri seperti Alina. "Sama-sama, Mas." Alina menganggukkan kepalanya. Bagi Alina, kebahagiaan yang ia rasakan saat ini bahagia yang tidak ada duanya. Kini Alina bisa merasakan menjadi istri yang sesungguhnya, menjadi ibu dari anak yang ia lahirkan, meski bukan dari rahimnya sendiri. "Mas kapan aku boleh pulang?" tanya Alina. Ju

  • Diamnya Seorang Istri   Karma untuk Rena

    Tiba-tiba bug, tubuh Wildan ambruk dan jatuh tersungkur. Alina yang melihat itu seketika terkejut, lalu ia menoleh ke arah belakang. Alina kembali terkejut saat melihat siapa yang menolongnya. ***"Iqbal, kamu .... ""Ma, Mama nggak apa-apa kan?" tanya Iqbal dengan raut wajah khawatir. "Iya, dari mana kamu tahu kalau .... ""Ayah yang kasih tahu, ayah nggak bisa jemput, lalu nyuruh aku untuk jemput, Mama." Iqbal kembali memotong ucapan Alina. Alina benar-benar bahagia, mungkinkah jika Iqbal telah menerimanya. Wildan memegang tengkuknya yang masih terasa sakit, perlahan pria itu bangun. Melihat Wildan bangun, Alina berjalan menghampiri Iqbal dan berdiri di belakangnya. Wildan meringis seraya memijit tengkuknya. "Dasar bocah bau kencur, jangan sok jadi pahlawan kamu," ujar Wildan. Sesekali ia memijit tengkuknya. "Lebih baik sekarang, Om pergi saja, sebelum aku panggil temen-temen untuk menghajar, Om." Iqbal menyuruh Wildan untuk mundur dan pergi. "Kamu yang harus pergi dari sini,

  • Diamnya Seorang Istri   Permintaan Gila Wildan

    "Kami suruhan, Tuan Burhan. Kami bertugas untuk mengosongkan rumah ini, karena Tuan Burhan telah menyitanya sebagai pelunas hutang Rena," jelasnya. Mendengar itu, jantung Wildan serasa ingin loncat. Rena benar-benar keterlaluan, sudah membohonginya, dan sekarang membuatnya sengsara. ***Setelah membereskan pakaian, Wildan memutuskan untuk meninggalkan rumah tersebut. Rumah yang sengaja ia beli untuk Rena dulu, tapi dengan gampang Rena melenyapkan rumah itu. Kini Wildan memilih untuk pulang ke rumah ibunya. "Apa?! Jadi Alva itu bukan anak kamu! Dan sekarang Rena pergi dengan laki-laki lain." Erika terkejut mendengar cerita Wildan. "Iya, Bu." Wildan mengangguk. "Terus kalau sudah seperti ini, kita mau bagaimana?" tanya Erika. "Aku nggak tahu, Bu." Wildan menggelengkan kepalanya, lalu menyenderkannya di sandaran sofa. "Alina sekarang sudah bahagia dengan orang lain, sementara kamu. Diusir Amara dan diselingkuhin Rena," ujar Erika, mendengar itu kepala Wildan bertambah pusing. "Ter

  • Diamnya Seorang Istri   Kehancuran Wildan

    "Aarrrght, sial." Wildan mengerang frustasi bahkan kaki kanannya ia gunakan untuk menendang pintu rumah Amara. Wildan tidak menyangka jika akhirnya akan seperti ini. ***"Amara, kamu lihat saja nanti, kamu akan menyesal," gumamnya. Setelah itu Wildan memutuskan untuk pergi. "Apa aku pulang ke rumah Rena saja ya," batin Wildan. Kini ia sudah dalam perjalanan, Wildan bingung harus pulang ke mana. "Lebih baik aku ke rumah Rena saja," putusnya. Setelah itu Wildan melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, kini Wildan tiba di rumah Rena. Setelah memarkirkan mobil Wildan bergegas turun, lalu melangkah menuju teras rumah. Namun tiba-tiba Wildan menyipitkan matanya saat melihat ada sebuah mobil terparkir di tak jauh dari mobil miliknya. "Itu mobil siapa, kok ada di sini," batin Wildan. Setelah itu ia memutuskan untuk masuk ke dalam, tetapi niatnya terhenti saat pintu rumah tiba-tiba terbuka. "Rena, kamu mau ke mana? Lalu dia siapa." Wildan

  • Diamnya Seorang Istri   Wildan Diusir

    Alina terkejut lalu menoleh ke arah kiri, terlihat jika suaminya sudah berdiri di sebelahnya dengan wajah yang sudah merah padam. Ternyata bukan hanya Alina yang terkejut, Iqbal pun demikian, dan sepertinya usahanya akan gagal, karena potongan martabak yang ia campur dengan obat sudah terlempar ke lantai. ***"Mas, kenapa martabaknya .... ""Iqbal, ayah kecewa sama kamu. Apa ini yang ayah ajarkan, kamu sekolah itu untuk belajar yang bener, bukan seperti ini." Adam memotong ucapan Alina. Suasana benar-benar tegang, bahkan Nafisa langsung bangkit dan memeluk kaki Alina. "Iqbal melakukan ini karena, Ayah menikah lagi, apa ayah lupa kalau bunda meninggal gara-gara dia," ungkap Iqbal. "Iqbal." Adam mengangkat tangan hendak melayangkan tamparannya ke pipi Iqbal. Namun niatnya terhenti saat Alina memegangi tangan suaminya itu. "Jangan, Mas. Aku tahu kamu ayahnya dan berhak melakukan apa saja, tapi bukan seperti ini caranya," ujar Alina. Sementara Iqbal sudah memalingkan wajahnya. Adam m

  • Diamnya Seorang Istri   Rencana yang Gagal

    Amara mengantar suaminya sampai di teras depan, saat membuka pintu utama. Seketika mereka terkejut saat melihat Rena sudah berada di depan pintu. Terlebih Wildan, jantungnya seakan ingin loncat saat melihat istri keduanya sudah ada di depan mata. ***"Rena." Wildan membatin. "Rena kamu ada di sini, sama siapa? Terus Alva mana?" tanya Amara. "Alva ada di rumah sakit, aku ke sini untuk memberitahu ayahnya. Kalau sudah seminggu lebih putranya mencarinya," ucap Rena dengan sorot mata yang tajam. Rena sudah tidak peduli lagi, jika nanti harus diceraikan oleh Wildan, asalkan ia sudah memberitahu jika lelaki yang bersama Amara bukan laki-laki baik. "Maksud kamu, Rena aku nggak ngerti ke mana arah bicara kamu," ujar Amara yang benar-benar merasa bingung dengan sikap Rena. "Sayang sudahlah mungkin Rena .... ""Temui putra kamu, Mas. Apa kamu lupa dengan darah dagingmu sendiri." Rena memotong ucapan Wildan. "Rena, mas Wildan itu suami aku, dia bukan .... ""Dia juga suamiku, ayah Alva." R

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status