“Baik aku akan terima pekerjaan itu.”
“Aku sudah berpikir matang-matang,”
“Aku sudah mencoba untuk berbicara dengan diri dan hatiku sendiri Rey, keputusan itu sudah aku pikirkan dan aku buat.
“Terimah kasih Rey.., kau telah memberikan aku jalan agar aku bisa berubah lebih baik lagi.”
Aku mencoba berucap pada Rey, seorang laki-laki gagah yang selalu menguatkan aku semenjak pertemuan kami pertama kali. Memang tak pernah aku sangka watak dan sifat laki-laki itu. Bertemu dengan seorang laki-laki gagah berani yang bernama rey, bersifat keras dan pantang menyerah. Lelaki yang awalnya aku terlalu membenci sehingga sekarang ibarat teman sendiri yang ketika pertama kali bertemu memang aku tak menyukainya sama sekali, aku tak pernah menganggap laki-laki itu baik. Ternyata dugaanku sama sekali salah, dia orang yang perduli walaupun tak mengenal diriku siapa sebelumnya dan tak pernah menganggap latar belakang pekerjaanku yang hina itu.
Tetapi
PEMBERITAHUAN: Hai para readers.... novel ini masi berlanjut ya, silahkan follow dan ikuti terus jalan ceritanya di sini...
Bangunan itu terlihat begitu mewah menyerupai sebuah rumah tetapi lebih tepat dikatakan lebih mewah lagi layaknya sebuah istana berukuran besar dengan hiasan lampu kerlap kerlip di depan bangunan. Tepat di bawah atap bangunan terlihat beberapa laki-laki yang semuanya berkumpul. Berbagai macam usia mereka dari berusia remaja hingga di atas usia matang pun ada di sana. Aku tak dapat membayangkan apa yang mereka lakukan bersama para wanita-wanita di depan sana, di atas sebuah bangku yang memang sudah disiapkan tepat di depan teras bangunan itu. Para wanita-wanita muda berparas cantik, mengenakan pakaian minim bahan dengan menyalakan rokok di mulut para laki-laki itu. Di depan bangunan tepat di depan teras sudah berdiri wanita-wanita usia muda belasan tahun dengan pakaian rok gaun pendek berwarna warni. Ada juga yang memakai pakaian ketat dengan berbagai macam model baju yang maaf, begitu seksi. Di depan tempat itu ya, tepat di depan pintu bangunan mewah &n
Aku seketika memang Sedikit ciut melewati pembatas pintu yang dijaga oleh dua orang Bodyguard berbadan tambun dan gagah itu, tentu saja malam itu bersama Rey yang selalu mendampingi dan menemani aku untuk menemui seseorang yang belum aku kenal dan belum pernah bertemu. Pria yang memiliki kekuasaan atas pemilik dari usaha malam tempat para wanita cantik dan juga berpenampilan seksi yang ada di depan tadi sedang berdiri melayani beberapa laki-laki, bahkan para om-om girang di depan sana. “Mau ketemu siapa?! Salah satu dari dua orang laki-laki berbadan tambun itu berbicara pada Rey yang ingin lewat, memang sengaja mereka berjaga di tempat itu entah mungkin sebagai pengganti keamanan. Sungguh sangat ketat pengamanan di sana ibarat melebihi pengamanan orang-orang penting yang memiliki jabatan yang duduk di kursi santai di gedung tempat para pembawa amanat orang-orang penuh harap. “Maaf kami mau menemui Piko! “Apakah Piko ada? Aku lihat Rey te
Aku sejenak membaca tulisan itu yang ada di sebuah kertas berisi surat perjanjian, walaupun hanya mengeja tulisan itu yang berisi surat perjanjian kerja. Aku begitu tak paham beberapa butir perjanjian yang memang banyak menggunakan istilah yang baru aku ketahui di sana. Ladies club, singer, bartender, cashier, seksi dancer, banyak sekali kata-kata asing yang aku tak pahami. Maklum, selain aku yang memang tak mengerti istilah asing dan sama sekali tak mengerti bahasa asing yang berada di perjanjian itu membuat aku jadi sedikit pusing memikirkannya. Sudahlah, bagiku sudah paham dengan inti perjanjian yang aku baca sekilas saja itu sudah cukup. Tanpa ragu, coretan tinta aku ukir di sana, di atas perjanjian bermaterai itu. “Ini sudah selesai..” Aku berucap pada Rey malam itu dan menyodorkan kembali surat perjanjian yang telah aku tanda tangani. Rey laki-laki baik itu pun tersenyum padaku, sembari dia menatapku dengan begitu serius. Entahla
Gelora Memuncak “tentu saja, aku akan meyakinkannya Piko.Aku akan meyakinkan kalau tamu yang aku layani akan datang dan bertekuk lutut padaku,” “Aku janji itu.” Aku berucap pada Piko yang hari itu meragukan servis yang akan aku berikan pada tamu yang akan datang dan mampir ke tempat ini. Memang, gelora nafsu dan Libido ku untuk menaklukkan setiap laki-setiap laki-laki memang harus ada dalam genggamanku. Mungkin, karena mereka adalah perusak masa depanku aku pun harus berpikir bagaimana caranya mereka juga akan hancur rumah tangganya atau hubungan mereka dengan lawan jenis mereka sendiri. Piko bertepuk tangan saat itu dan tertawa secara puas menyaksikan keseriusanku untuk benar-benar bisa melaksanakan tugas sebagai pekerja baru di sana. “sudah kepalang basah! Begitu saja pikiranku saat itu, biar sekalian aku terjun ke dunia malam ini dengan tanpa ragu-ragu untuk menaklukkan hati setiaplaki-laki. Aku juga ingin hidupku lebih maju dan ber
Aku tak bisa apa-apa saat itu, tangan Piko yang kekar dan tubuhnya yang sedikit gempal itu begitu membuat Aku menurut saja atas apa yang dia lakukan. Kami melewatkan malam itu dengan penuh gairah, hasrat Piko sang pemilik Club malam itu benar-benar membuat Aku lelah melayaninya. Perlawanan yang Aku lakukan imbang pada Piko, dia memuji apa yang sudah Aku lakukan malam itu. Di sisi lain, perasaan bersalah menggelayut dalam pikiran pada laki-laki bernama Rey.“Ternyata perkataanmu benar juga. Kau memang seorang kupu-kupu malam yang patut menjadi primadona di sini kelak Mawar,”“Permainanmu sungguh membuat Aku begitu menikmatinya.”Piko malam itu berkata sembari tak berhenti memuji di dalam kamar yang kelak akan menjadi tempat tinggalku itu.“Sudahlah. Aku sudah biasa melakukannya,”“Lagi pula Aku hanya seorang kupu-kupu malam yang memang harus dituntut memuaskan para pelanggan.”&ldquo
Pamit“Aku pamit ya Cantika, kau jangan segan untuk mengunjungiku di tempat kerjAku nanti. Mungkin, ini memang sudah jalanku untuk bekerja di sana,”“Kenapa kau tidak mau ikut denganku saja. Bukannya kita senasib sepenanggungan di dalam dunia malam?Cantika menatapku setelah Aku memberikan kunci kamar kontrakan pada pemiliknya. Memang, Cantika berasa tak sanggup jika berpisah denganku, dia sudah menganggap Aku bagai saudara yang memang sudah semakan sepiring bersama.“Kau sudah memikirkannya baik-baik untuk ke sana?“Aku bukannya tidak mau, Aku tak bisa mengkonsumsi alkohol terlalu banyak. Dokter dulu pernah menyarankan Aku supaya menjauhi minuman itu, kau tahu? di club malam bagi wanita yang bekerja di sana tak akan pernah luput dari yang namanya alkohol, Aku masih memikirkan kesehatanku Mawar.”Cantika memang terkena radang paru-paru, dia tak merokok bahkan mengonsumsi alkohol sudah sejak lama sekali kar
Malam Panjang Di Club Malam Malam itu begitu indah, bulan bersinar terang dan bintang bertebaran di langit awan. Aku dikenalkan oleh Piko pada beberapa perempuan malam di sana. Berbagai macam karakter aku temukan di sini, mereka bersahabat dan jauh dari apa yang aku pikirkan buruk tentang mereka. Cuma status sebagai perempuan malam yang memang membuat nama mereka sedikit jelek dan mendapatkan predikat yang buruk di mata orang-orang. Itu lebih baik, dari pada perempuan munafik di luar sana yang pura-pura suci tetapi menjual kehormatan mereka pada laki-laki. “Semoga kau betah di tempat ini,” “Mawar…, Jika ada masalah. Kau bisa cerita pada kami, siapa tahu kami bisa membantumu di sini.” Begitulah kata-kata yang mereka lontarkan padaku ketika malam itu baru saja berkumpul diantara para perempuan yang sedang duduk di atas sofa-sofa empuk, sembari Piko sudah terlihat juga duduk di antara kami dan memberikan instruksi. Tentu saja perintah tentang apa yang ha
Aku lihat Mami Iwa menyalakan korek apinya di tengah gelapnya remang-remang lampu di dalam Club malam. Seorang waitress datang dan menghampiri Mami Iwa. Perempuan senior itu tengah membisikkan kata-kata pada sang waitress. Mami Iwa Mengarahkan pandangannya pada kami perempuan malam yang tengah berada duduk diantara sofa-sofa empuk. Begitu tak jauh dari para rombongan laki-laki yang menjadi tamu perdana kami di Club malam itu.“Panggil para ladies itu kemari!”“Bariskan di depan mereka!”Mami Iwa berbisik pada seorang Waitress yang memang bertugas dan bekerja di sana. Sang waitress itu pun terlihat mengangguk dan beranjak pergi berjalan di hadapan para tamu Club malam.“Semuanya! Kalian dipanggil Mami.”Sang waitress menyampaikan kata-kata Mami Iwa itu pada kami yang sedang melakukan berbagai aktifitas lainnya di sofa empuk. Ya, berbagai macam aktifitas seolah sibuk dengan masing-masing ketika bekerja di san