"Suamiku."
"Ia, istriku?"
"Apa kita mau pindah rumah?"
"Tidak, kenapa?"
Lisa merasa malas untuk menjawab. Jelas-jelas mereka hanya akan berkunjung ke rumah orangtua Lisa. Tapi lelaki disampingnya itu yang sejak berada didalam mobil tidak berhenti menggerayangi tubuh Lisa, membawa begitu banyak barang yang terpisah dimobil lain. Mobil box putih yang mengikuti mobil mereka dari belakang, Juna juga ikut dan seperti biasa dia berperan sebagai supir. Entah berisi apa di dalam mobil box putih itu, saat mereka akan berangkat, mobil box sudah menunggu di depan.
'Hei, hentikan tanganmu. Memangnya setiap kali kau sentuh hatiku tidak berdebar apa?'
"Orangtuamu pasti akan senang, aku membawakan hadiah."
"Memberi satu hadiah saja mereka sudah senang, Raffa. Tidak perlu banyak seperti itu."
'barang-barang yang tempo lalu kamu kirim saja sudah menyempitkan rumah o
"Tuan Raffa sudah pergi lebih dulu, Nona. Saya akan mengantarkan Nona." Satu kalimat yang keluar dari mulut Juna saat Lisa ingin menaiki mobil. Tanpa gadis itu melihat Raffa, dia sudah tahu akan seperti ini. Saat bangun tidur, suaminya masih sempat ia lihat dengan sudah berpakaian kantor rapih. Namun saat dimeja makan, Lisa hanya makan sendiri. Raffa tidak menemaninya, Lisa kira ia tengah diruang kerja nya. Sampai sarapan Lisa habis, lelaki itu pun belum kelihatan batang hidungnya. Kemana? Dan yang datang dibalik pintu utama adalah sosok jin dingin, ya Juna. Lisa hanya menghembuskan napas pasrah mendengar ucapan dari Juna. Baru satu bulan menikah sudah begini. Pertama, tidur kadang sendiri dan saat bangun lelaki itu sudah ada disampingnya. Tidak mau menjelaskan kemana dia pergi semalam. Berangkat bekerja sudah mulai sendiri-sendiri, tel
Saat ini mereka terlihat seperti pasangan yang bahagia juga romantis. Ya, perhatian berlebih Raffa membuat para pengunjung toko roti tersebut iri terhadap keromantisan yang ditunjukkan lelaki itu pada istrinya. Hanya Lisa yang risih atas perlakuan Raffa padanya. Malu dan tidak tahu tempat. 'Raffa plis hentikan! Malu disini, kalau dirumah ayo!'"Kata Juna, kau tidak mau dijemput." masih dengan posisi menempel memeluk pinggang Lisa. "Kenapa?""Aku kan sudah minta izin tadi sama kamu lewat Juna.""Kenapa?" bibir Raffa sudah mau menyentuh telinga Lisa. "A-aku hanya ingin mencari udara segar saja. Hanya ingin jalan-jalan sebentar.""Kenapa tidak mengajak aku? Kamu tidak mau?"'bukannya kamu lagi berduaan sama dia? Jika diajak pun pasti kamu menolak.'"Jawab istriku sayang."'berhent
Ah dasar hati, ingin marah namun tidak bisa diungkap. Ingin membenci namun selalu tidak bisa, ingin memaki tapi kenapa setiap disentuh olehnya selalu berdebar. Lisa dengan segala kegalauannya ia lamunkan didalam kamar. Ya, malam hari sudah datang kembali. Lisa sudah membersihkan badan terlebih dahulu dan saat ini tengah berbaring menyamping diatas tempat tidur. Menarik nafas lalu membuangnya, itu yang saat ini ia lakukan sambil menunggu sang suami keluar dari kamar mandi. Apakah malam ini akan terjadi malam pertama mereka? Lagi-lagi gadis itu hanya bisa berharap. 'Lama sekali dia dikamar mandi. Ngapain aja sih?'Lisa menunggu harap-harap cemas. Dirinya mulai kembali memikirkan hal-hal kotor yang keluar begitu saja dari dalam pikirannya.
Apa sebenarnya tujuan Lisa ingin ikut ke kantor Raffa? Yang jelas, hanya dirinya dan Tuhan lah yang tahu."Istriku!" Raffa memanggil Lisa sebelum memasuki mobil untuk mendekat dan memperhatikan pakaian istrinya. "Kenapa kamu memakai baju biasa?"'Lantas apa aku harus memakai baju wonderwoman gitu?'Lisa nampak malas untuk berbicara dengan suaminya, ia ingin cepat-cepat sampai di kantor Raffa."Sayangku?" Raffa menunggu jawaban istrinya."Kenapa Raffa? Aku hanya akan pergi ke kantor mu saja kan? Ke salon juga selalu berpakaian seperti ini.""Tapi kan setidaknya jika bersamaku kamu mininal memakai gaun dan berdandan sedikit cantik."'Hellow, tidak dandan pun aku tetap cantik, Tuan muda.'"Aku akan memakai gaun dan berdandan cantik jika dirumah."'Kamu lupa perjanjian itu?'Raffa hanya tersenyum melihat jawaban s
"Perhatian! Saya umumkan pengumuman yang penting untuk kalian dengar. Sekali lagi, ini penting."Raffa mengumumkan di sumber suara, seisi gedung perusahaan saat ini tengah mendengarnya. Bersama Lisa yang menunggu duduk di sampingnya merasa malu dan tidak enak hati melihat tingkah bos sekaligus suaminya itu yang menurutnya terlalu kelewatan.Kejadian sebelumnya, Juna datang tepat disaat Raffa ingin memukul wajah pegawai yang menyebut istrinya sebagai OB, sekaligus pegawai itu adalah seorang perempuan. Beruntung, sekretarisnya itu berhasil mengendalikan suasana tidak menjadi riuh dan mencekam.Juna melirik Lisa agar segera menarik bos nya itu dari pantry dan wanita itu mengerti. Namun saat Lisa ingin membawanya kembali ke ruangan Raffa, lelaki itu malah berbelok ke ruangan sumber informasi. Dan di sinilah mereka sekarang."Saya, Raffa Triss Juanda selaku pemilik sekaligus atasan diperusahaan ini mengumumkan bahwa wani
"Mataku susah sekali menutup."Ya, Lisa kepikiran terus. Sudah berguling-guling kesana kemari pun tetap tidak bisa tidur. Dirinya memikirkan percakapan tadi saat di mobil dengan Raffa.***Beberapa waktu yang lalu, di mobil."Sayang, kau tadi membeli apa?" Raffa bertanya sambil menyetir.'Hallah, sok manis.'Lisa menjawab dengan wajah dingin. "Kue.""Ada lagi yang ingin kamu beli?"Dan jawaban Lisa selanjutnya adalah menggeleng. Lelaki itu kembali fokus mengemudi dengan satu garis senyum menghiasi wajahnya.'Lihat, bahagia sekali dia setelah menelpon si wanita bunting itu.'Dari beberapa buku yang pernah Lisa baca, ciri-ciri suami selingkuh adalah suka pergi tiba-tiba, sering menelpon sembunyi-sembunyi dan selalu senyum sendiri. Itu semua sudah tergambar jelas pada diri suaminya saat ini. Dan wanita itu semakin yak
Sebenarnya masih pagi, namun matahari mulai meninggi dan wanita yang semalam uring-uringan dengan hati nya yang entah bad mood berubah jadi good mood karena sebuah ciuman semalam, masih belum beranjak dari tempat tidurnya.Justru dia sepertinya masih tidur nyenyak dengan rambut mekar seperti singa betina. Ya, apa mungkin karena semalam Lisa tidak bisa tidur? Tidak biasanya dia jam delapan pagi belum bangun."Ekhem." Deheman Raffa akhirnya membuat Lisa terbangun.Mengerjap bingung dan silau karena matahari sudah masuk melewati jendela.'Matahari?'Lisa cepat memulihkan kesadaran. Mencari-cari dimana jam dinding menempel saking kagetnya wanita itu kesusahan mencari keberadaan sebuah jam dinding."Nyenyak sekali kau tidur, istriku." Suara suaminya terdengar lagi. Namun Lisa acuhkan.'Diam kau! Aku sedang mencari jam. Jam berapa ini?'"Jam d
"Ya ampun, Lisa. Udah jam berapa ini? Baru datang?""Jangan-jangan karena semalam ya? Sudah habis berapa ronde?" Icha bertanya dengan nada jahil."Duh, yang masih lagi manis-manisnya." Yang ini Sasa.Kedua sahabatnya itu bertanya saat Lisa sudah duduk di antara mereka menunggu pelanggan datang. Dengan wajah yang kusut, wanita itu tidak ingin menjawab semua pertanyaan dari Icha dan Sasa atau mungkin tidak mendengar mereka bertanya padanya. Saat ini dirinya hanya memikirkan apa saja yang Raffa dan wanita hamil itu lakukan dirumah. Semakin membuatnya jengkel."Ngomong-ngomong, untung bu Lia tidak datang ke salon hari ini. Kamu beruntung, Lisa. Jika ada bu Lia pasti kamu sudah di beri SP-1.""Arrrghht!!"Kedua sahabat itu terkejut mendengar Lisa menggeram. Mereka saling pandang sejenak. Tidak biasanya Lisa seperti ini, yang mereka tahu Lisa selalu ceria dan semangat saat bekerja.