ВойтиSaat pagi hari.Alisa mendapati dirinya berada didepan cermin. Meraba bibirnya yang kenyal dan penuh dengan jari. Melihat bayangan bibirnya, ia kembali teringat kejadian semalam, dimana Tuan Malik menciumnya disana. Ciuman yang diberikan pria dewasa itu begitu beda dari sebelumnya. Dia melakukannya dengan sadar dan sengaja. Tanpa ada minuman beralkohol yang mempengaruhi pikirannya.Alisa masih bisa merasakan tekanan bibir Tuan Malik di bibirnya yang cukup kuat tapi tidak sampai menyakiti. Menghisap pelan seolah-olah sengaja ingin berlama-lama hinggap di bibirnya. Tangannya yang keras dan kuat, masih terasa di pipi dan dagunya. Panas membakar dan menekan lembut, seakan berkata agar dirinya jangan sampai melawannya.Ciuman yang dilakukan tepat di bibir itu, membuat jantungnya hampir berhenti berdetak saking kagetnya. Kepalanya terasa kosong dan darahnya seolah berhenti mengalir saat itu juga. Namun, ada perasaan yang menggeliat didalam dadanya. Dan ia tahu perasaan apa itu.Parahnya lag
POV Alisa.Aku berlari meninggalkan pria dewasa itu sendiri di ruang tamu dengan lantai yang penuh pecahan kaca porselen dari vas bunga yang baru dibantingnya.Untunglah aku masih memakai sepatu olah ragaku sehingga kakiku tidak terluka saat aku tak sengaja menginjaknya.Dengan tergesa, aku memasuki kamarku, lalu menguncinya rapat-rapat. Menghempas tubuhku diatas tempat tidurku yang luas. Kubiarkan lampu kamar ini gelap gulita, karena aku tidak ingin melihat sisi diriku yang lemah ini. Begitu rapuh dan tidak berdaya.Aku meraih bantal dan memeluknya erat-erat. Berniat membenamkan wajahku disana dan menangis sekeras-kerasnya hingga puas, tapi aku menahan diri.Aku menghela nafas panjang-panjang dan menghembuskannya pelan-pelan, sambil memikirkan Tuan Malik dan apa yang sudah dilakukannya padaku tadi.Tuan Malik hanya marah dan membentakku. Aku tidak perlu menangis untuk alasan konyol seperti itu. Akan tetapi, dia membuatku takut. Tidak pernah dia semurka ini padaku. Pasti ada sesuatu y
POV Tuan Malik. AKU, Tuan Malik. Diusiaku yang ke-31, aku adalah salah satu Pengusaha paling sukses di daratan Asia. Tidak ada yang tidak mengenal Mr. Ibnu Malik Al Fatir. Pebisnis yang merajai tempat hiburan malam dengan puluhan cabang yang menyebar rata diseluruh kota-kota besar di Asia. Dari Dubai, Tokyo, Seoul, Hongkong, Bangkok, Singapore, Jakarta hingga Surabaya. Kehidupan Hedonis, glamour dan gemerlap, sering disematkan semua orang terhadap diriku. Mereka tidak salah, hidupku memang bergelimang harta sejak aku masih kecil. Itu karena almarhum ayahku juga Pengusaha tempat hiburan malam yang terkenal di negerinya, dan aku kini mewarisi usaha dan kekayaannya. Semuanya ada pada diriku. Kekayaan, kekuasaan, wajah dan fisik yang tidak bosan-bosannya untuk dipandang. Seperti paket yang sempurna, itulah AKU. Itulah sebabnya, kenapa Aku selalu dikelilingi para wanita cantik yang menyebalkan. Menyebalkan karena mereka rela memamerkan tubuh-tubuh polos mereka yang terpoles make-up m
Di bar and diskotik yang ada di lantai 3 Klub malam Sugar Babe, Marlena merasa haus dan lelah setelah menari selama dua jam non stop diatas panggung ditemani DJ. Vino. Ia melangkah ke meja bar yang berada cukup jauh diseberang panggung. Kebetulan sekali Farel sedang incharge di sana. Marlena pun duduk santai didepan meja bar sambil menyapa Farel. “Sebotol air mineral, please!” Pinta Marlena tanpa melihat ke arah Farel. Tanpa berkomentar, Farel bergegas mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas. Dan diletakkannya persis didepan Marlena. “Thanks. Tumben kamu gak banyak ngomong!” Sambil membuka penutup botol, Marlena melayangkan pertanyaannya. “Hanya tidak ingin ngobrol saja. Kenapa?” Jawab Farel dengan nada sinis dan balik bertanya. Sejenak, Marlena membasahi kerongkongannya dengan menenggak setengah botol air mineral di tangannya. “Kenapa?” Marlena tersenyum sinis. “Aku tahu kamu sudah bertengkar dengan Lisa beberapa hari yang lalu. Aku kira kamu benar-benar menyukainya.
Malam itu, didalam kamarnya, perlahan Alisa mulai bisa melupakan kejadian tadi, ketika mendapat telpon tidak terduga sebelum tidur dari Tuan Malik.“Malam, Tuan! Ada apa, Tuan? Tumben telpon malam-malam?” Sapa Alisa yang langsung memberikan pertanyaan pada Tuan Malik. Sambil tiduran, Alisa menjawab panggilan telpon dari Tuan Malik.“Tidak bolehkah saya... mm, aku menelponmu, Lisa? Kamu khan baru sembuh?” Jawab Tuan Malik berasalan.“Ya boleh sih, Tuan!” Jawab Alisa dengan wajah bersemu merah.“Bagaimana keadaanmu?” Lanjut Tuan Malik bertanya diujung ponsel. “Baik-baik saja, Tuan? Tuan sendiri bagaimana?” Jawab Alisa dan balik bertanya.“Tentu saja baik, sama seperti pagi tadi.” Jawab Tuan Malik sambil merebahkan punggungnya disisi headboard tempat tidurnya. Berusaha rileks berbincang dengan Alisa.“Oh begitu.” Jawab Alisa singkat. “Mm...”HeningAlisa masih menimbang-nimbang. Apakah dirinya perlu menceritakan kejadian malam tadi, mengenai kelalaian supir pribadinya saat berada di j
“Jadi ini apartemen barumu? Yang hadiah dari Bos besar pacarmu itu kah? Bagus bangets.” Tanya Alisa dengan rasa penasaran yang membuncah. Tak lupa pujian terus meluncur di bibirnya. Marlena tersenyum dan mengangguk dengan bangga. “Wah, Perabotanmu Keren, Lena!” Begitu kagumnya Alisha melihat desain interior serta furniture yang terpajang apik, modern, dan terkesan mewah itu. Sepulang sekolah tadi, Alisha mengantar Marlena pulang ke apartemennya yang baru. Marlena sengaja memintanya. Ia berencana memperkenalkan Alisha pada Bosnya sekalian ingin pamer padanya. Selain itu, ada rencana tersembunyi yang sudah disusunnya. “Apakah Tuan Malik Bos besar kita itu tinggalnya disini?” Tanya Alisa ketika sudah memasuki lift, dan tangan Marlena bergerak menekan tombol angka 29. “Dia juga punya rumah sendiri, Liz! Hanya kadang dia sering tinggal disini juga. Tergantung mood-nya dia.” Jelas Marlena didalam lift yang membawanya ke lantai 29. Setelah denting lift terdengar, seketika pintu pun ter







