Share

Bab 11

Penulis: Theresa Oliver
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:04:20
Pada hari itu, Grayson menelepon Carlton. Ia memang menekankan kepada Ari untuk tidak membocorkan hubungannya dengan AmericanMate, tetapi Carlton juga tahu tentang hal ini. Grayson tahu Carlton tidak akan membocorkan apa pun ke media, tetapi dia harus memastikannya.

"Ada apa?" Carlton menjawab pada dering pertama.

Grayson menghela napas, "Aku perlu bantuanmu."

Carlton tertawa, "Kau berubah pikiran mengenai gadis-gadis itu?"

"Tidak, tidak juga." Grayson memutar bola matanya. Selama ia berteman dengan Carlton, temannya itu mulai membuatnya kesal. Namun, mereka telah melalui banyak hal bersama dan tak ubahnya seperti saudara.

"Apa yang bisa kubantu?" Ketika mereka masih muda, Carlton tampak duniawi, memegang kendali. Dia selalu menjadi sahabat Grayson. Namun, semakin mereka bertambah tua, perlakuan-perlakuan itu pun juga semakin tidak pantas. Grayson bertanya-tanya apakah pria itu akan tumbuh dewasa. Namun, jelas sekali, Carlton mengidap Sindrom Peter Pan dan mungkin ia tidak akan pernah bersikap dewasa. Grayson hanya berharap suatu hari ia akan bisa merasakannya.

"Apakah kau ingat percakapan kita malam itu?" Grayson meringis, berharap Carlton akan membantunya, untuk kali ini.

Carlton tertawa. "Maksudmu, di pesta itu? Yang mana?"

Grayson memutar matanya, menunggu.

"Oh! Soal menghubungi Snow White Escorts atau AmericanMate?"

Grayson menghela napas. "Ya, yang itu"

"Bagaimana?" Ada jeda panjang di ujung telepon dan Carlton pun tertawa, kegembiraan memenuhi suaranya, "Apakah kau menghubungi mereka?"

Grayson terdiam membisu.

"Dasar anjing licik!" Carlton berteriak. "Kau memang memanggil mereka!"

Grayson menghela napas, "Dasar brengsek."

"Tapi kau masih mencintaiku," Carlton berkata lagi. Sepertinya itu jawaban standar Carlton akhir-akhir ini. "Aku tidak percaya kau menghubungi mereka, Bung! Lalu, bagaimana hasilnya?"

"Sshh!!" Grayson menjauhkan telepon tersebut dan mendekatkannya lagi ke telinganya yang lain. "Pelankan suaramu!"

"Oke," bisik Carlton.

"Aku serius."

Carlton tertawa. "Lalu bagaimana?"

"Aku mohon bantulah aku, dan jangan beri tahu siapa pun mengenai hal ini. Oke?"

Terdapat jeda sebentar, kemudian Carlton menjawab dengan datar, "Kau tidak memercayaiku?"

Grayson menghela napas, "Tentu saja aku percaya padamu."

"Selama bertahun-tahun kita berteman, apakah menurutmu aku akan menjualmu?" Kemarahan yang bercampur dengan rasa sakit hati mendominasi suara Carlton di ujung sana, meskipun terlihat jelas bahwa dia berusaha menutupinya.

Grayson menghela napas lagi, mengutuk dirinya sendiri atas keraguannya terhadap Carlton. "Maaf, Kawan, aku hanya berpikir-"

"Kau baru saja berpikir bahwa aku akan mengambil keuntungan dari masalahmu ini?" Carlton bertanya, tak percaya. "Setelah semua yang kita lalui bersama, aku bisa saja menjualmu sejak dahulu jika memang aku ingin memanfaatkanmu."

"Kau benar, maafkan aku." Grayson menggigit bibir bawahnya dan melepaskannya sebelum berkata, "Tapi tetap saja, jangan beritahu siapa pun, oke? Aku tahu kau akan meracau saat sedang mabuk."

Carlton tertawa. "Kurasa sekarang sudah saatnya bagiku untuk berhenti minum"

Grayson menghela napas. "Kabari aku ketika kau melakukannya."

"Kau ingin berhenti minum juga?"

Grayson mengangkat bahunya. "Aku pikir-pikir dulu"

"Keputusan yang cukup baik." Carlton terdiam sebentar sebelum melanjutkan "Ngomong-ngomong, rahasiamu aman bersamaku."

"Terima kasih, Kawan," Grayson berkata, berharap dalam hati bahwa Carlton akan menepati janjinya.

Tiba-tiba, pintu kantornya terbuka dan muncullah sosok Declan Bates, seorang humas Kerajaan, yang mengintip dari celah pintu. "Apakah Anda ingin bertemu saya, Yang Mulia?"

"Carlton, kita akan bicara lagi nanti."

"Tunggu! Kau harus memberitahuku tentang dia!"

Grayson segera menutup sambungan telepon saat Carlton masih berteriak dengan penuh semangat di ujung sana.

"Ya, Declan. Silakan duduk." Grayson berdiri dan menunjuk kursi di depan mejanya.

Namun, Declan menggelengkan kepalanya. "Tidak, terima kasih. Saya lebih suka berdiri."

Grayson mengangguk. "Apa kau mau minum?"

"Saya sedang bertugas," Declan menjawab datar. "Kenapa Anda ingin bertemu saya, Yang Mulia? Jika sekarang bukanlah waktu yang tepat--"

"Tidak, ini saat yang tepat." Grayson menghela napas. "Aku hanya ingin memberitahumu tentang sesuatu yang aku rencanakan saat ini."

Declan melipat tangannya di depan dada. "Dan, apa rencananya, berdoa?" Declan menggeleng sembari berjalan menuju bar mini yang berada di sudut ruangan. "Setelah dipikir-pikir, saya ingin minum." Ia mengangkat sebuah gelas bir pendek. "Mau satu?" tawarnya.

"Aku akan menuangnya sendiri."

"Tidak, tidak." Declan mengibaskan tangan tak setuju. "Saya yang menuang, Anda silakan lanjutkan pembicaraan ini."

"Tunggu sebentar." Grayson mengambil tempat di sudut mejanya. "Kau bekerja untukku, ingat?"

Declan berjalan ke arahnya sembari menyerahkan minuman. Ia mengangkat gelasnya untuk bersulang dengan Grayson, gelas mereka pun berdenting. "Tidak hanya untukmu, tetapi untuk seluruh Keluarga Kerajaan," Ia menenggak minumannya dan meletakkannya di meja Grayson. "Jadi, hal penting apa yang membutuhkan perhatianku?"

Grayson menghela napas, ia mengetahui bahwa Declan adalah orang pertama yang harus ia beri tahu. Ia bergidik memikirkan bahwa rahasia ini akan bocor ketika ia belum siap sepenuhnya. "Aku telah memutuskan siapa pengantin wanitaku."

Alis Declan naik hingga hampir mencapai rambutnya. "Kau apa?" Ia membuang pandangannya sejenak dan mendengus. "Lalu, bagaimana dengan sang super model?"

"Dima Franz?"

Declan mengambil gelasnya lagi, menuang minuman untuk dirinya sendiri. "Ya, dia yang aku maksud."

"Ada apa dengannya?" Grayson tahu bahwa ia akan mendengar reaksi tentangnya dalam jangka waktu yang lama. Namun, ia dan Dima baru saja putus.

Declan mengangkat bahu sembari menyesap minumannya. "Kau baru saja putus dengannya." Ia menggelengkan kepalanya dan memberi isyarat menggunakan gelasnya "Gila! Dia ada di berita malam itu, memfitnahmu, mengatakan bahwa kau memukulinya--"

"Semua itu bohong," Grayson menyanggah.

Declan mengangguk. "Ya, aku tahu, tapi aku seharusnya menjadi orang pertama yang kau panggil ketika kau memergoki Dima dan kekasihnya ... di tempat tidurmu."

Grayson mengernyit, prihatin. "Bagaimana kau tahu tentang hal itu?"

"Itu urusanku."

Grayson mengangguk. Declan menjadi bagian humas di kerajaan mereka memang bukan tanpa alasan.

"Sekarang, apa yang terjadi? Jelaskan semuanya kepadaku sebelum pers mengetahuinya," perintah Declan.

Grayson menghela napas, "Aku bertemu dengan seorang wanita muda, dan aku akan menikahinya."

"Oh?" Declan merespons tak percaya.

"Ini adalah perjodohan."

Declan menghela napas. "Lalu, mengapa kau melakukannya? Kerajaan tidak membutuhkan publisitas yang buruk lagi."

Grayson menyesap minumannya sebelum berjalan ke arah jendela, menikmati pemandangan dari bulir-bulir salju yang terjatuh di tanah yang hampir seluruhnya tertutup salju. "Setelah apa yang terjadi dengan Dima, aku tidak ingin mengambil risiko yang lebih besar lagi." Grayson berbalik untuk menatap mata Declan. "Nenek moyangku melakukan perjodohan sebelum menikah, kenapa aku tidak?" Grayson menggigit bibir bawahnya sebelum melanjutkan "Aku berada di urutan selanjutnya untuk memikul takhta kerajaan, sudah saatnya aku menetap dan memikirkan masa depan kerajaan." Ia menghela napas. "Sebesar apa pun aku mencintai saudara laki-lakiku, aku ragu apakah dia akan memiliki ahli waris."

"Tapi kau tidak pernah tahu." Declan menyesap minumannya.

Grayson mengangguk. Dia tidak menginginkan apa pun selain Xavier menemukan kebahagiaannya dengan orang lain, dan mungkin akan mengadopsi seorang anak ... atau menggunakan seorang ibu pengganti. Untuk saat ini, ia menyingkirkan hal-hal tersebut dalam benaknya dan bertekad untuk meluruskan segala permasalahan yang ada.

"Ini adalah kabar baik! Aku bisa memanfaatkannya untuk kepentingan kita." Declan hendak mengangkat gelasnya, tetapi Grayson menghentikannya lebih dahulu.

"Ada lagi."

Declan menghela napas. "Apa?"

"Aku mengatur pernikahannya melalui AmericanMate?"

"Kau akan menikahi seorang wanita Amerika?" Suara Declan meninggi beberapa oktaf.

Grayson terkekeh. "Itukah yang kau khawatirkan? Bahwa aku kan menikahi wanita Amerika?"

Declan mengangkat bahunya. "Yah, jika kau memberitahuku apa rencanamu, aku bisa meminta bantuan pencari jodoh yang tepat untuk mengatur kencanmu dengan gadis Estrea yang cocok denganmu."

Grayson menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku ingin sesuatu yang berbeda. Memang ini terkesan mendadak, tapi aku ingin menjalankan rencanaku ini sendirian."

"Keputusan yang cukup bijak." Declan duduk di kursi yang sebelumnya ditawarkan oleh Grayson, mengeluarkan secarik kertas dan pena kecil dari dalam jasnya. Grayson bertanya-tanya dalam hati, mengapa Declan tidak mencatat di telepon genggamnya. Kemudian, ia teringat jika Declan adalah manusia kuno. "Jadi, ceritakan mengenai calon pengantinmu dan aku akan mengurusnya." Ia mengangkat kepalanya dari pad-nya sembari berkata, "Apakah ayahmu sudah tahu?"

Grayson menggelengkan kepalanya. "Tidak, Ayahku belum tahu."

Declan memiringkan kepalanya. "Saya sarankan Anda memberitahunya terlebih dahulu sebelum dia melihatnya di berita."

Ketika kemudian Grayson bercerita mengenai Ari, ia menyadari betapa terhormatnya Ari karena telah menyetujui perjodohan untuk saudara perempuannya. Meskipun begitu, Grayson tahu bahwa orang akan dapat melakukan apa pun untuk keluarganya. Walaupun Grayson melakukan hal ini agar ia tidak harus mengalami pengalaman kencan yang pahit setelah kandasnya hubungan dia dengan Dima, ia juga melakukan hal ini untuk keluarganya, untuk melanjutkan garis keturunan mereka, dan untuk memberikan perubahan dalam hidupnya. Grayson berharap, apa yang ia lakukan kali ini tidak akan menjadi bumerang baginya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 147

    Grayson bangga pada usaha Ayahnya untuk menyatukan Estrea sekali lagi. Jelas baginya bahwa cara yang lama sudah tidak bekerja. Sudah waktunya untuk permulaan baru. Dan Raja Maxwell dari Estrea bertekad untuk melakukannya.Pemilihannya dilaksanakan bulan selanjutnya, seperti yang dijanjikan Raja Maxwell, dan Anggota Dewan Kerajaan telah dipilih. Setelah melewati segalanya, keadaan di Estrea telah berubah menuju sebuah harapan baru. Di media massa, Raja Maxwell dipuji atas inisiatif beraninya untuk membawa negaranya menuju Abad Dua Puluh Satu.Beberapa minggu kemudian, pertemuan pertama Dewan Kerajaan dilaksanakan pada 1 April. Dewan memilih untuk terus melaksanakan pertemuan untuk dua kali dalam sebulan, pada hari Senin pertama dan ketiga, untuk membuat dewan selalu tahu tentang keadaan terkini Estrea. Raja lalu berjanji untuk membuat semua laporan rapat dan keputusan yang dibuat oleh dewan diketahui oleh masyarakat secara transparan. Terdapat juga prosedur untuk penyampaian keluhan

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 146

    Keesokan harinya, Grayson sedang bekerja di kantornya di kastel saat Xavier masuk. Tanpa berkata-kata, pria itu menyusuri ruangan menuju televisi dan menyalakannya. Ia kemudian berdiri dan melipat tangan di depan dadanya."Dan berita hari ini," Ella J. Scott berkata kepada kamera. "Mayat Pangeran Marcus Pierce ditemukan di sebuah gudang tua yang terbengkalai, bersama beberapa mayat lain. Salah satu mayat yang teridentifikasi adalah Piers Wingfield, mantan kepala keamanan Keluarga Kerajaan. Raja Maxwell Pierce dan anggota Keluarga Kerajaan belum memberikan komentar tentang penyebab kematian mereka. Untuk berita lain - "Xavier menghela napas, tangannya masih terlipat di depan dada. "Kurasa kau tak perlu mengkhawatirkan harus membayar Piers sekarang.""Ayo bicara dengan Ayah," kata Grayson, sudah beranjak menuju pintu.Xavier mengikuti di belakangnya. "Apa yang harus kita bilang kepadanya?"Grayson mendesah, berbalik untuk menghadap adiknya dengan tangan yang terletak pada pint

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 145

    Seminggu kemudian saat Ari sudah pulih, ia akhirnya bertemu dengan direktur rumah sakit untuk membahas Rumah Henley. Kali ini, Henley, ibunya, serta Vickie hadir di pertemuannya. Grayson juga ingin hadir, tetapi Ari harus membujuknya untuk membiarkan dirinya pergi tanpa pria itu. Lagi pula, ia tak bisa terus-menerus hidup dalam rasa takut."Ini merupakan ide yang mengagumkan. Saya menghargai Anda telah menyarankannya pada kami," kata sang direktur rumah sakit, dr. Sienna Gallagher. "Kami akan menunggu kabar lebih lanjut tentang ini. Dan tolong beri tahu Baginda Raja Maxwell Pierce serta Yang Mulia Pangeran Grayson Pierce betapa bersyukurnya kami. Pasien kanker dan keluarga mereka pasti akan sangat berterima kasih."Setelah berbicara dengan dr. Gallagher, dan dari desakan Henley, Ari memutuskan untuk mengembangkan layanan Rumah Henley agar mencakup semua pasien kanker yang dirawat di Rumah Sakit Medis Estrea, bukan hanya pasien leukemia.Ari menyodorkan tangannya. "Kami turut sena

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 144

    Ari tertidur di perjalanan pulang, meski ia sudah berusaha dengan sebaik mungkin untuk tetap terjaga. Namun kekurangan tidur dan Grayson yang terus menerus mengelus rambutnya dengan lembut membuat tidur menjadi tak terhindarkan. Dengan kembalinya dia di sisi Grayson, dunia bisa saja runtuh dan ia tak akan peduli.Perutnya nyeri sedikit, membangunkannya."Kau tak apa-apa?" Grayson bertanya, terdengar kecemasan dalam suaranya.Ari mengangguk. "Perutku sedikit sakit, tapi aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh istirahat.""Dan makan," tambah Xavier, memandanginya dari spion tengah. Ari tertawa. "Yah, itu, 'kan, wajar." Ia tertegun sejenak, ingin menyusun kata-katanya dengan benar. "Xavier, Grayson, terima kasih sudah menyelamatkanku.""Dengan senang hati, Nyonya," goda Xavier"Kau tahu, 'kan, kalau aku rela melakukan segalanya demi menyelamatkanmu," Grayson menjawab, suaranya rendah dan serak.Xavier mengangguk. "Dan dia tidak berlebihan."Ari tertawa. "Yah, aku sungguh men

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 143

    Ari berlari menyusuri hutan secepat yang ia mampu, menuju ke tempat entah berantah. Ia ingat terdapat sebuah jalan yang mengarah kembali ke desa, dan ia harus menemukannya. Wanita itu tak bisa pergi ke pantai karena ia tak akan bisa pulang ke rumah.Rumah.Sebuah kata sepele yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Selagi ia berlari, yang terlintas di pikirannya hanyalah Grayson dan pulang ke rumah, rumah mereka bersama, di kastel. Ia lalu terjatuh, tersandung akar yang mencuat dari tanah, tetapi ia berhasil menahan tubuh dengan tangannya. Ia pun kembali berdiri dan lanjut berlari. Setelah beberapa saat, ia melihat ke belakang untuk melihat apa ada seseorang yang mengikutinya ... dan menabrak sesuatu. Ketika ia mendongak ... ia telah menabrak Piers."Tidak!" Wanita itu menjerit dengan sekuat tenaga, lututnya melemas. Namun, di luar dugaannya, Piers menangkapnya."Diam!" kata Piers sambil menaruh jari telunjuk di depan bibir."Berhenti di sana." Ketika Ari mendongak dan melihat

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 142

    Grayson berkendara dengan Xavier menuju pantai pada malam hari. Meski kemungkinan mereka menemukan Ari di tengah malam sangatlah kecil, ia tahu setidaknya ia harus berusaha. Dan begitu Xavier mendengarnya, adiknya langsung ikut tanpa banyak tanya."Terima kasih untuk ini," kata Grayson sambil menatap adiknya.Sudut bibir Xavier menyunggingkan sebuah senyuman. "Kau tak perlu berterima kasih padaku. Kau akan melakukan hal yang sama, jika situasinya terbalik.""Tanpa ragu."Xavier mengedikkan bahu. "Lagi pula, aku akan melakukannya demi Ari."Grayson terkekeh. "Tentu saja kau akan melakukannya," ledeknya. "Aku senang kalian sangat akrab dengan satu sama lain.""Apa yang bisa kukatakan? Ari gadis yang baik ...." Xavier lalu tersenyum lebar. "dan aku adalah pria baik-baik."Grayson tertawa. "Benar ... tapi aku tidak bilang begitu.""Tentu saja tidak." Xavier menatap kakaknya dan tersenyum. "Jadi, apa kau melihat sesuatu yang mencurigakan?"Grayson menggeleng. "Tidak. Tak a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status