Share

Bab 8

Author: Ayu Kristin
last update Last Updated: 2022-10-28 18:38:48

Lelaki yang duduk pada bangku paling depan menjatuhkan tatapannya sekilas kepada Asma sebelum suara ketukan palu itu terdengar. Tanda jika persidangan akan segera dimulai.

"Saudara Asma ...!"

Belum sempat Hakim melanjutkan kalimatnya seseorang datang menghampiri lelaki itu. Mendekatkan tubuhnya lalu berbisik. Yang mulia hakim mengangguk tanda mengerti dengan apa yang lelaki itu katakan.

"Baiklah!" ucap Yang mulia hakim yang terlihat dari gerakan bibirnya pada lelaki yang berjalan meninggalkan ruang pesien.

"Ibu Asma shafiyyatul qolbu, sidang gugat cerai yang anda ajukan tidak bisa dilanjutkan," tegas suara lantang dari yang mulia Hakim. Wajah Asma seketika berbinar. Senyuman haru tersungging dari kedua sudut bibirnya. Ia tidak peduli mengapa Hakim menggagalkan persidangannya. Yang terpenting ia tidak jadi bercerai dengan Wisnu.

Abah bangkit dari bangku dengan wajah memerah. "Kenapa tidak bisa dilanjutkan yang mulia?" seru lelaki bertubuh kurus itu dengan wajah kesal. Suaranya menggelegar di seluruh penjuru ruangan.

"Asma!"

Suara yang tidak asing yang muncul dari bilik pintu ruangan yang terbuka menghentikan gerakan bibir yang mulia Hakim yang hendak menjawab pertanyaan Abah. Semua sorot mata tertuju pada lelaki yang berdiri di ambang pintu ruang persidangan.

"Abang!" seru Asma. Seketika wanita itu pun berlari menghampiri lelaki yang berdiri di ambang pintu ruang persidangan. Asma menjatuhkan pelukan pada tubuh Wisnu untuk sesaat.

"Maafkan Asma Bang, ini bukan keinginan Asma." Wanita berkerudung hitam itu terisak di dalam pelukan Wisnu, wajahnya terlihat sangat menyesal sekali.

"Tidak Neng, tidak apa-apa! Justru Abang yang harus meminta maaf sama Neng Asma. Karena sudah pergi meninggalkan Neng Asma tanpa pesan," jawab Wisnu.

Lelaki bertubuh kurus itu berdecak kesal, melangkahkan kakinya dengan hentakan keras menuju ke ambang pintu. Saat Wisnu hendak mengulurkan tangan untuk berjabat, Abah justru membuang wajahnya acuh dari tatapan Wisnu dan berjalan pergi.

____

Rasanya Asma sama sekali tidak ingin melepaskan genggaman tangan suaminya. Ia takut jika lelaki itu kembali hilang dari dalam hidupnya. Hampir satu bulan tanpa Wisnu kehidupan Asma seperti kehilangan arah. Ia terombang-ambing dalam batin yang tersiksa.

Sesekali Wisnu menatap ke arah Asma yang berjalan mensejajarinya. Senyuman merekah dari bibir wanita itu menatap lelaki yang selama ini ia rindukan.

"Maafkan Abang ya, Neng!" tutur Wisnu saat mereka sudah hampir tiba di rumah.

"Harusnya Neng yang minta maaf sama Abang. Karena Neng sudah menuruti permintaan Abah." Wajah cantik Asma yang masih seperti terlihat gadis berubah sedih.

Wisnu memutar tubuh Asma ke arahnya. "Tidak apa-apa, itu adalah hal yang wajar. Semua ini adalah karena kesalahanku, harusnya sebelum aku pergi, aku pamit dulu kepadamu." Wisnu mengusap lembut pucuk kepala Asma yang menatap ke arahnya. "Karena saat itu aku buru-buru pergi ke Sumatra jadi aku tidak sempat pulang dan berpamitan dulu sama kamu," tutur Wisnu dengan wajah penuh penyesalan.

Asma membalas tatapan Wisnu berbinar. Sesaat ia menjatuhkan pelukannya pada tubuh Asma. Sebelum mereka melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

____

Lelaki tampan dan gagah itu terlihat sedang asyik bermain dengan putra semata wayangnya. Kerinduan terlihat jelas dari cara ia memperlakukan balita yang usianya hampir dua tahun itu. Selain Wisnu adalah lelaki yang penyabar, lelaki bertubuh tinggi dengan kulit putih itu juga adalah seorang penyayang pada keluarga.

"Pasti Akbar sangat rindu sekali dengan Abang," seloroh Asma meletakan cangkir teh hangat di atas meja yang berada di depan Wisnu.

"Benarkah sayang, ayah juga sangat rindu sekali sama kamu!" ucap Wisnu dengan nada menggoda pada Akbar. Ia membantu Akbar memainkan mobil-mobilan baru yang telah ia belikan untuk Akbar sebagai buah tangan.

"Bang!" panggil Asma yang sejak tadi menjatuhkan tatapan haru kepada Wisnu. Ia pikir rumah tangganya akan berakhir naas. Tapi ternyata Allah datang dengan pertolongannya yang sama sekali tidak dapat diduga.

Wisnu menatap pada Asma. "Kenapa, Neng!" jawab Wisnu.

"Abang kenal dengan Tuan Hamzah?" ucap Asma. Wisnu terdiam sesaat dengan wajah tanpa ekspresi apapun.

"Kenapa Neng?" tanya Wisnu. Ia mengalihkan tatapannya kepada Akbar yang duduk di atas pangkuannya.

"Dia datang ke sini, ngasih aku uang yang banyak," tutur Asma. "Kata Tuan Hamzah ini adalah uang bonus Bang Wisnu selama bekerja di perkebunan." Asma memperhatikan dengan intens tatapan Wisnu.

"Oh, ya Alhamdulillah Neng. Berarti selama ini perusahaan memperhatikan perkerjaan Abang," balas Wisnu setelah cukup lama ia terdiam. Senyuman terukir dari kedua sudut bibir Wisnu di akhir kalimat.

"Tapi Bang!" Asma menatap ragu, mengigit bibir bawahnya. "Mandor di perkebunan itu mengatakan jika Abang tidak pernah bekerja di perkebunan." Tatapan Asma berubah menyelidik. Genangan air mata sudah memenuhi pelupuk mata gadis itu.

Wisnu terdiam untuk sesaat. Memerhatikan wajah Asma yang nampak gusar menunggu penjelasannya.

"Oh, mungkin mandor itu adalah orang baru Neng. Jadi dia belum kenal dengan Abang," balas Wisnu.

"Tidak Bang! Bahkan dia melihat pada daftar nama pemetik teh dari beberapa tahun yang lalu. Tapi tidak ada satupun nama Abang." Asma bersikukuh meminta pertanggungjawaban atas apa yang selama ini menganggu pikirannya.

Wisnu terdiam. Perlahan menurunkan Akbar dari atas pangkuannya, kemudian beringsut mendekati Asma.

"Lebih baik Abang jawab saja jangan jujur!" tegar Asma, suaranya terdengar bergetar seperti sedang menahan tangis.

"Bener Neng, selama ini Abang memang bekerja di perkebunan." Wisnu bersikukuh memasang wajah penuh keyakinan kepada Asma.

"Tapi Bang, mandor itu mengatakan jika Abang bukan pemetik teh di perusahaan itu. Bahkan, aku sempat bertanya pada pemetik teh yang lainnya. Mereka juga tidak ada yang mengenal Abang." Butiran bening berjatuhan membasahi pipi Asma. Ia merasa di bohongi oleh Wisnu. "Aku hanya tidak ingin keluarga kita makan uang haram, Abang!" isak Asma penuh ketulusan.

Wisnu menghela napas panjang. Menarik tubuh Asma ke dalam pelukannya. "Baiklah jika Neng Asma masih tidak percaya dengan Abang. Besok kita datang ke perkebunan. Nanti biar Abang yang tanya sendiri sama mandor yang bekerja di sana," tutur Wisnu dengan nada lembut."

Wisnu melepaskan tubuh Asma dari pelukannya. Lalu menyeka air mata yang membanjiri pipi wanita itu. "Sudah jangan menangis! Percayalah sama Abang, Abang sama sekali tidak melakukan pekerjaan haram untuk keluarga kita, Neng!" tutur lelaki itu menatap penuh keyakinan kepada Asma.

Wanita berbalut kerudung itupun mengangguk lembut. "Benar ya, Bang!" tutur Asma dengan tatapan penuh harap. Isakannya masih kerap kali terdengar. Menggerakkan bahunya naik turun.

Suara dering ponsel yang menggema di dalam ruangan membuat Asma dan Wisnu terkejut. Mereka saling bersitatap untuk sesaat.

"Bang, ponsel siapa itu?" seloroh Asma penasaran.

_____

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Knp sih hrs berbohong segala
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 282

    Tidak ada yang bisa menyembuhkan kerinduan kecuali pertemuan. Segalanya nelangsa sirna, saat raga mampu mendekap tubuh yang terkasih secara sempurna. Jarak yang membelah, kini hanya menjadi sepenggal cerita manis. Melebur menjadi sebuah kisah bahagia."Ibu!" Gala terisak di dalam pelukan Nada. Tangis dua manusia yang tidak memiliki hubungan darah itu pecah. Menumpahkan segala dahaga yang selama ini tertahan."Maafkan ibu, Gala!" lirih Nada di sela-sela tangisannya. "Jangan tinggalkan ibu!" pinta Nada, memohon.Gala mengusap lembut pipi Nada yang basah oleh air mata. Menjatuhkan tatapan teduh pada wanita yang lebih tinggi darinya itu."Tidak Bu, aku tidak akan meninggalkan ibu!" ucap Gala, suaranya terdengar sumbang. Karena terlalu banyak menangis.Wisnu yang mematung di halaman rumah hanya terdiam seraya menarik sebelah sudut bibirnya tersenyum kecil. Ia tidak menyangka jika darah dagingnya bisa sesayang itu pada Nada. Wanita yang telah ia benci selama ini._____Satu bulan telah berl

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 281

    Nada memutar tubuhnya sembilan puluh derajat. Melihat ke arah wanita dengan setelan seragam kerja yang sedang menatap ke arahnya."Saya sedang mencari pemilik apartemen ini?" Nada mengarahkan jari telunjuknya pada pintu apartemen yang ada di depannya."Saya pemilik apartemen ini!" jawab Hanum dengan tatapan sedikit bingung. Tetapi entah mengapa ia merasa pernah melihat sosok Nada sebelumnya. Tetapi lupa di mana ia pernah melihatnya.Kepulan asap putih dari gelas yang berada di depan Nada menyeruak ke udara. Aroma terapi Jasmine sedikit menghilangkan perasaan khawatir yang sejak tadi melanda hati Nada."Saya Nada, saya mencari keberadaan Gala?" seloroh Nada setelah meletakkan gelas teh yang baru saja ia sesap.Wajah Hanum berubah sesaat. Tatapan yang sulit sekali untuk Nada artikan."Apakah anda orang itu?" celetuk Hanum menebak. Puzzle kisah cinta segitiga Wisnu, Asma dan wanita yang duduk di sudut bangku ruangannya telah sempurna. Sekarang ia bisa membingkainya dengan baik.Dari pert

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 280

    Cuaca panas tidak hanya terjadi di kota Medan. Hampir di seluruh kota yang berada di Indonesia. Hal seperti ini akan terjadi selama kurang lebih enam bulan ke depan. Hingga musim kemarau berakhir dan berganti dengan musim penghujan.Pengacara Arif membawa Nada menuju sebuah restauran cepat saji yang berada di pusat kota. Sebuah restoran yang menjual makan khas Padang."Nyonya mau makan apa?" ucap pengacara Arif mengalihkan tatapannya dari buku menu pada Nada. "Terserah Pak Arif saja," balas Nada tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Wanita itu melipat kedua tangannya di atas meja. Netranya terus mengawasi Sekertaris Arif yang semakin lama menjadi salah tingkah oleh tatapan Nada.Setelah memesan makanan lelaki itu mulia dengan tujuannya untuk mendatangi Nada ke pulau seberang.Wajah pengacara yang tidak lagi muda itu berubah lesu, penuh dengan penyesalan. Sesekali ekor matanya melirik pada Nada yang sejenak tadi mengawasinya dengan tatapan tidak suka."Saya minta maaf, Nyonya Nada. Karen

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 279

    Tubuh Gala terhuyun jatuh di lantai. Wisnu tidak sempat menghalangi peluru yang hendak menembus dada Gala. Timah panas itu melesat cepat dan berhenti tepat di jantung Gala."Gala, bangun Gala!" Wisnu menarik tubuhnya Gala di atas pangkuannya. Dar*h dengan cepat menyebar pada bagian dada Gala yang tertembus timah panas. Kemeja putih yang Gala kenakan, berubah warna menjadi merah dar*h"Polisi, tolong!" teriak Wisnu panik.Wajah Danil mendadak berubah cemas. Para polisi yang sejak tadi memang mengintai cepat mengeluarkan diri dari persembunyiannya. "Sialan!" decak Danil meradang. Beberapa lelaki berseragam kepolisian muncul satu persatu masuk ke dalam ruangannya."Gala, bangun Gala!" Wisnu mengucang tubuh' Gala. Nafasnya yang mulia melemah membuat Wisnu semakin takut.Kedipan mata Gala melemah. Sakit yang mendadak menyiksanya, perlahan menjalar ke seluruh tubuhnya."Ibu ....!" lirih Gala sebelum akhirnya ia memejamkan kedua matanya dan tidak sadarkan diri."Gala, bangun!" teriak Wisnu

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 278

    Memilih tidak menceritakan apapun pada Wisnu adalah pilihan Gala. Sekalipun lelaki itu terus mendesaknya dan hampir seperti memaksa. Tetapi Gala tetap menyimpan permasalahan yang terjadi antara dirinya dan Danil sendirian.Berita kematian Gala semakin menyebar luas. Setelah sebulan berlalu di temukannya mobil yang Gala kendarai meringsek ke dalam jurang. Meskipun jenazah Gala tidak di temukan, tetapi media membuat berita sedemikian rupa. Jurang yang dalam menjadi dugaan tempat jasad Gala berada. Apalagi di bawah jurang itu ada aliran sungai yang cukup deras. Membuat pihak sars menyudahi pencarian setelah semua usaha tidak mendapatkan hasil.Selama pemulihan Gala memilih bersembunyi di rumah Wisnu. Hanya lelaki itulah yang menjadi andalan Gala saat ini. Menghilang dari Danil agar lelaki itu senang karena mengetahui jika Gala telah tiada."Sudah tidak terlalu sakit, Hanum!" suara yang terdengar seperti rengekan itu menghentikan langkah kaki Wisnu yang hendak menuju pintu utama rumah.Ke

  • Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya   Bab 277

    Aroma anyir menusuk pangkal hidung Wisnu. Perlahan setelah kesadarannya kembali. Tetapi entah mengapa kepalanya terasa sangat sakit sekali. Tanpa sadar, tangan kanan Wisnu memegangi sudut pelipisnya. Dan ia bisa merasakan ada sesuatu yang keluar dari pelipis lelaki itu dan sangat perih sekali.Wisnu membiarkan tubuhnya terbaring di atas rerumputan beberapa saat. Rekaman kejadian yang terjadi beberapa saat yang lalu berputar kembali di dalam kepalanya. Bergegas ia bangkit saat teringat dengan Gala dan mobil yang terperosok hampir masuk ke dalam jurang."Gala, di mana dia?" Wisnu bangkit dengan wajah panik duduk di atas rerumputan. Tatapannya menyapu ke sekeliling tebing. Tetapi ia tidak melihat keberadaan Gala. Hanya sebuah mobil yang terangkut pada pohon yang ada di bibir jurang.Perasaan khawatir seketika menguasai Wisnu. Seingatnya sebelum mobil yang kini tersangkut pada pohon yang berada di tepi jurang itu meringsek, Wisnu telah mendorong tubuh Gala ke arah pintu. Tetapi dia tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status