Share

03. Hari Perpisahan

Author: Hannfirda
last update Huling Na-update: 2024-07-08 21:36:23

Melewati hari-hari dalam bayang-bayang dunia, akhirnya perpisahan itu tiba. Palu diketuk senyaring mungkin, seolah-olah mengabarkan kepada semut sekalipun jika Marla telah resmi bercerai dengan Yudha. Menggenggam erat pakaian yang dikenakan, Marla menahan diri agar tidak terlihat cengeng.

Tidak!

Dia sudah terlalu lama meratapi nasib demi mengharapkan kembali cinta mantan suaminya itu, padahal semua sangatlah tak berharga di mata Yudha.

Keluar dari ruang persidangan, seseorang menjegalnya sehingga Marla jatuh tersungkur di hadapan banyak orang. Terdengar tawa angkuh yang berasal dari belakangnya. Tanpa perlu mendongak, Marla mengetahui siapa si pemilik suara.

Kamilia bersedekap, mendengkus kasar melihat tampang menyedihkan Marla. "Lihatlah wajahmu sekarang ini, Marla! Kamu terlihat seperti babu yang kehilangannya tuannya."

"Biarlah, Kamilia," Nyonya Besar datang dengan tatapan merendahkan yang senantiasa Marla dapatkan sejak dulu, "dia manusia lemah dan rendah. Wajar saja kalau penampilannya menyedihkan seperti itu."

Marla lekas berdiri setelah menilik arloji pada pergelangan tangan kirinya. Dia harus pergi secepat mungkin. Salah satu dampak dari perpisahannya dengan Yudha ialah, bekerja lagi di toko roti dengan pemilik kejam itu.

Dia sudah meminta izin untuk menghadiri sidang perceraian terakhirnya ini, tetapi ditanggapi dengan syarat harus kembali bekerja sebelum pukul sepuluh.

"Hei! Mau ke mana kamu?!"

Kamilia mencekal lengan Marla. "Aku belum selesai bicara ya!"

Marla menghela napas lelah. Dia akan menerima perpisahannya dengan Yudha, meskipun sakit. Namun, seharusnya semua itu sudah cukup kan?

Lagi pula, sepertinya sahabat tercintanya itu sudah mendapatkan apa yang dia mau. Sekarang Yudha telah bercerai darinya, dan semestinya Kamilia tidak akan mengganggunya lagi kan?

Lantas kenapa Nyonya Besar dan Kamilia seakan-akan enggan melepasnya? Tidakkah mereka lelah lantaran telah menaburkan kesedihan secara berlebih dalam hati Marla?

"Biarkan dia pergi!"

Seruan Yudha mengalihkan tiga pasang mata tersebut. Yudha baru saja kembali dari sisi lain pengadilan untuk menghubungi sekretarisnya.

Menenggelamkan kedua tangan pada saku celana, Yudha meninggikan dagu. "Pergilah! Manusia biasa sepertimu, pastinya harus bekerja agar dapat menyambung hidup kan? Oh ya, omong-omong, tinggal di mana kamu, Marla? Beberapa hari yang lalu, aku dan orang-orang di kantor memberikan sedikit sumbangan untuk panti menyedihkan yang dikelola oleh Bu Maryam-mu itu. Ternyata, kamu tidak tinggal di sana. Memangnya, sekarang tinggal di mana kamu?"

Marla membeliak, mengepalkan kedua tangan penuh kegeraman. "Kurang ajar kamu, Mas!"

"Hm? Terserah kamu mau bilang apa, yang jelas, Bu Maryam baru saja keluar dari rumah sakit. Makanya itu, aku baik kan, mau memberi sumbangan buat Bu Maryam yang sudah tua dan tidak mampu melakukan apa-apa itu?"

"Teganya kamu berkata seperti itu, Mas!" pekik Marla.

"Nah, mau mencoba menceramahiku? Tapi, kenyataannya memang begitu, Marla. Hidupmu menyedihkan sekali ya? Tidak punya orang tua, tinggal di panti semasa hidupnya, bekerja di toko roti yang tidak laku, lalu mempunyai ibu panti yang sakit-sakitan." Kata Yudha dengan nada meremehkan.

"Satu lagi, Sayang," lanjut Kamilia, "menikah dengan kamu, tapi kamunya tidak mempunyai perasaan apa-apa sama dia. Malang sekali. Astaga, kasihan ya, Marla, setelah ini kamu harus kembali ke panti untuk merawat ibu panti yang sudah membesarkanmu itu dengan uang pas-pasan. Kalau sudah begitu, bukankah lebih baik dibiarkan sakit dan mati saja? Kamu tidak akan—"

Plak!

"Jaga perkataanmu, Kamilia!"

Kamilia terpaku, mendekat pada Yudha dengan tampang merajuk. "Yudha, lihatlah mantan istrimu yang tidak tahu diuntung ini! Dia malah menamparku! Padahal aku bicara soal kenyataan yang ada."

Yudha menggeram kesal, maju untuk memberikan tamparan balasan pada Marla. Melangkah mundur, Marla merasakan tangan Nyonya Besar menahannya supaya tidak ke mana-mana.

Marla hanya mampu menutup mata sembari menggigit bibir bawahnya hingga berdarah. Ini dia. Pria yang masih dicintainya akan menamparnya demi membela wanita lain, yang merupakan mantan sahabatnya sendiri. Betapa menyedihkannya kenyataan tersebut.

Akan tetapi—

Eh?

—kenapa Marla tidak merasakan apa-apa? Padahal, telah terhitung sepuluh detik sejak Yudha mengangkat tangan kanannya untuk menampar Marla.

Perlahan-lahan, Marla membuka mata. Napasnya tercekat saat mendapati kehadiran seorang pria yang sudah beberapa pekan ini tak ditemuinya, sedang menangkal pergelangan tangan mantan suami Marla dengan mudah. 

“Apa tidak malu, enteng tangan ke wanita?”

•••••

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   62. Hadiah?

    Pasangan Purnama tengah bercakap dengan rekan bisnis lain. Melihat kesempatan tersebut, Mariana meneruskan langkah ke arah Marla yang berdiri agak menepi. Selagi hidangan belum disajikan, sebenarnya Marla ingin sekali pergi keluar ruang naratama untuk mencari angin segar—sekaligus melarikan diri. Namun, sepertinya dia tidak akan bisa lolos dengan mudah. "Ternyata benar dugaanku. Kita akan bertemu di sini lagi, Nona Marla. Kamu terlihat cantik sekali," puji Mariana setengah hati dengan tatapan merendahkan. Tidak perlu diragukan, Marla bisa mengenalinya. Mariana seperti mengejek penampilan Marla yang tidak dalam balutan gaun mewah nan mahal seperti yang Mariana kenakan. "Kamu juga cantik sekali, Mariana. Jujur saja, aku menyukai gaya rambutmu malam ini." Balasnya. Alis kanan Mariana meninggi. "Benarkah? Yah, aku mengaturnya di salon sejak dua jam yang lalu, sekaligus melakukan perawatan rutin. Kalau seluruh tubuhku tidak dijaga dengan baik, apalah gunanya uang yang telah Ayah dan B

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   61. Pertemuan Bisnis

    Marla telah mendapati sang suami menanti di meja makan, melahap makanan seraya memindai tablet yang terpampang pada sisi kanan piring pria itu.Entah kapan Arjuna pulang ke rumah, saking pudarnya kehangatan dalam hubungan mereka, Marla tidak tahu kapan suaminya pulang. Tidak seperti dulu, saat dia menunggu kepulangan Arjuna dengan hati berdebar, sekarang rasanya berbeda.Mau ditunggu, rasanya seakan-akan suaminya itu sengaja memperlambat diri pulang ke rumah. Alhasil, Marla jadi kelelahan sendiri hanya untuk menunggu kepulangan sang suami.Menarik napas perlahan, Marla memantapkan diri sebelum mengambil tempat di meja makan. Wanita itu berupaya untuk tak mencuri lirikan ke arah sang suami.Jujur saja, semalam tidurnya tidak nyenyak sama sekali. Bahkan, dia mendapati diri terjaga di tengah malam setelah bermimpi buruk.Tidak bisa dimungkiri, mimpi buruk itu datang lantaran dipicu oleh foto yang didapatkannya. Arjuna dan Julie. Sebetulnya apa yang mereka sembunyikan darinya?Apakah bena

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   60. Si Pengancam (1)

    Arjuna melirik arloji yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Pria itu mendesah lelah, menyandarkan diri pada punggung kursi kerjanya.Seharian ini dia sudah dibuat kesal lantaran Yudha datang tanpa pemberitahuan ke rumahnya hanya untuk membujuk Marla lagi.Kening pria itu berkerut, tidak memahami mengapa sekarang Yudha ingin sekali kembali mengambil Marla, setelah dulu memperlakukan wanita itu semena-mena."Tuan, saya mendapat laporan dari mata-mata, semuanya berjalan sesuai rencana."Arjuna hanya mengangguk sekilas saat mendengar ucapan Julie. Seharusnya dia merasa puas atas segala sesuatu yang berjalan sesuai rencana. Namun, mengingat belakangan ini dia harus menjaga jarak dengan Marla meski sebentar, membuat suasana hatinya memburuk."Lalu, apakah sudah ada kabar dari si pengancam?" tanyanya dengan tangan mengepal erat.Mendengar pertanyaan tersebut, sepasang alis Julie bertaut serius. Bukan hanya Arjuna, tetapi Julie turut waspada akan si pengancam yang selama ini sedang meng

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   59. Culprit

    Marla tengah melayani salah satu pembeli saat dia mendapatkan pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal. [Hai, Marla? Apa kamu tidak penasaran dengan seseorang yang sudah menjebakmu sehingga tidur dengan Arjuna malam itu? Ya, malam terakhir di mana kamu bermalam di kediaman Anugerah, seseorang menjebak kalian berdua.] Kening wanita itu berkerut, memindai kata-kata yang tersusun tepat di layar ponselnya. Kemudian, ditiliknya nomor asing yang tidak pernah diketahui sebelumnya itu. "Siapa pun yang mengirim ini, sepertinya dia mengetahui banyak hal tentangku yang tidak aku ketahui sama sekali." Marla menahan pergerakan ibu jarinya yang hendak melayangkan pesan balasan. Untuk sesaat, dia berdiam diri dengan mata berkedip gelisah. Haruskah dia menanggapi pesan tersebut? Bagaimana kalau semua itu hanya berupa tipuan belaka? Jangan-jangan pesan tersebut berasal dari Yudha? Mengingat pagi tadi, mantan suaminya itu telah menimbulkan keributan kecil di rumahnya. "Tapi ... Yudha tidak m

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   58. Di Balik Topeng

    "Cepat bawa orang itu keluar dari sini!"Marla belum genap mencerna perkataan Yudha, ketika Arjuna datang dengan dua pengawal yang datang bersamanya. Sepertinya, suaminya itu sudah berada di perjalanan ke suatu tempat, terlihat dari setelan Arjuna yang cukup rapi seperti hari-hari biasanya.Yudha berdecak kesal, tak mengira jika Arjuna akan datang lebih cepat dari perkiraannya. Lantaran dia enggan diseret secara paksa, Yudha mengangkat kedua tangan tanda menyerah."Baiklah, baiklah, aku akan pergi dengan sendirinya, puas?"Meski Yudha berkata demikian, tatapan pria itu membuat Arjuna kesal bukan main. Sebelum Yudha memutar langkah, dia sempat bertatapan dengan Marla.Segaris kebingungan masih mendominasi wajah wanita itu. Marla ingin bertanya, tetapi yang ada malah memperlihatkan jika dirinya mudah terpancing oleh omongan Yudha.Tidak. Bisa saja Yudha sedang bermain-main dengannya. Bisa saja mantan suaminya itu ingin mengetahui seberapa bodoh Marla agar bisa ditipu untuk yang kesekian

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   57. Kepingan Baru

    Malam itu, Marla pulang lebih larut dari biasanya. Dia sudah mempersiapkan alasan bila Arjuna bertanya mengenai keterlambatannya, atas eksistensinya saat membantu Bu Sani di festival. Lantaran sudah telanjur tahu, Marla akan berterus terang saja soal rencananya yang ingin membangun cabang baru, tetapi atas namanya. Dia ingin memperlihatkan passion yang satu-satunya dimiliki. Akan tetapi, rumah dalam keadaan sepi, sunyi, senyap. Begitu meniliki garasi, mobil suaminya juga belum datang.Mengembuskan napas perlahan, Marla merebahkan diri di sofa. Berhenti sejenak selagi memutar kejadian hari ini.Tentu saja, kilas yang berisikan Arjuna dan Julie di festival tadi menjadi hantu nomor satu dalam pikirannya.Semakin lama, seolah-olah Marla tengah diejek oleh dunia, bahwa tempatnya memang bukan berada di samping Arjuna. Dia tidak ada apa-apanya dibanding Julie."Astaga, lagi-lagi pikiran semacam ini ...."Marla mendesah lelah, memijit pelipis dengan insekuritas yang kembali membayangi tiap

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status