Share

Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan
Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan
Penulis: Adya Amerta

Bab 1. Pergi dari rumah

Plak!

Sebuah tamparan yang begitu menyakitkan di dapatkan Irana dari ibunya sendiri. Tamparan itu begitu keras hingga membuat pipinya begitu perih.

"Dasar anak durhaka! Anak tidak tau diuntung! Bosan aku mengingatkanmu Irana!" seru bu Nina dengan amarah yang bergejolak dihatinya.

Irana hanya bisa terdiam, ia tidak berani mengatakan apapun. Air mata yang sudah diujung matanya ia tahan agar tidak jatuh di hadapan ibunya.

Irana memegang pipinya beberapa detik kemudian ia mencoba bangkit untuk berdiri setelah sebelumnya ia tersungkur akibat tamparan dari ibunya.

"Irana hanya ingin bahagia dengan cara Irana sendiri Bu. Tolong jangan halangi aku untuk hidup bahagia bersama Rio." Dingin dan tanpa ekspresi Irana mengatakan hal itu kepada ibunya sendiri.

Bu Nina tentu merasa kesal, anak semata wayangna kini sudah melanggar prinsip yang sudah ia ajarkan sejak kecil.

"Apakah kebahagianmu adalah mengandung sebelum menikah Irana Putri Nabella?! Apa kebahagiaanmu hanya sebatas menikah dengan pujaanmu hah? Katakan bagaimana bisa kamu melanggar prinsipmu sendiri Irana? Kenapa kamu tega dengan Ibumu? Apakah kamu akan bahagia jika berhasil menyeret Ibu dan Ayahmu ke dalam nerakanya Allah?!" bu Nina sengaja menekankan kata di akhirnya untuk membuat anaknya sadar, dan dengan isak tangis bu Nina berteriak melontarkan berbagai pertanyaan kepada anaknya.

Napas Irana menggebu gebu, ia tidak suka saat ibunya membawa nama Tuhan seperti itu.

"Stop menyebut nama Tuhan Bu! Semua manusia pasti mempunyai dosanya masing-masing bukan?! Tidak ada yang suci Bu, bahkan Ibu pun pasti mempunyai dosa!" seru Irana dengan menatap mata ibunya yang sudah berair.

"Irana cape Bu! Sudah sepantasnya Irana menikah, umur Irana juga sudah semakin bertambah! Irana lelah jika Ibu terus memaksa mencari calon pasangan yang terbaik untuk Irana."

Bu Nina memegang dadanya dengan tatapan sendu.

"Irana cinta ke Rio Bu! Irana cinta! Bahkan asal Ibu tau Irana melakukan itu dengan Rio atas dasar suka sama suka. Bukan Rio yang maksa!" Irana berkata dengan nada tinggi. Ia membuat bu Nina seketika menatapnya tajam.

Bu Nina menunjuk arah pintu keluar, dia dengan napas yang menggebu gebu menatap anak semata wayangnya.

Air matanya sudah jatuh, bu Nina bahkan menangis saat menatap anaknya yang dengan bangga memamerkan dosanya.

"Pergi Irana! Pergi! kamu adalah anak yang berdosa! Tapi asal kamu ingat Irana apa yang kamu lakukan dengan Rio itu bukan cinta melainkan hawa nafsu semata! Mulai detik ini kamu bukan anakku lagi, Irana Putri Nabella!"

Dengan amarah yang kian bergejolak dan ada sedikit perih dihatinya saat ia mendengar ucapan ibunya Irana pun memutuskan berjalan ke arah kamarnya.

Di dalam kamar, Irana memasukan semua pakainnya ke dalam koper. Di usia kandungannya yang baru tiga bulan itu Irana bertekad untuk hidup bersama ayah dari anaknya yaitu lelaki bernama Rio.

Dia sudah yakin bahwa Rio akan bertanggung jawab meski lelaki itu belum mengetahui kehamilannya. Irana yakin Rio akan mencintainya dengan tulus apalagi di dalam rahimnya sudah ada darah dagingnya sendiri.

Irana sudah mengemas semua barangnya, ia sudah siap untuk menjemput pilihan hidupnya.

Dengan berjalan cepat Irana keluar dari rumah milik ibunya yang sudah berumur itu.

Sedangkan bu Nina hanya bisa menatap anaknya sambil duduk dikursi yang ada, ia memandang Irana dengan hati yang begitu sakit. Ibu mana yang tega melihat putrinya ternyata lebih memilih seorang laki-laki yang jelas-jelas sudah merusak anaknya?

Bu Nina tetaplah mempunyai perasaan yang lembut, ia berjalan ke arah pintu keluar dan berdiri memandang Irana yang sedang memasukan barang-barangnya ke dalam mobil entah milik siapa.

Tidak berselang lama setelah Irana selesai memasukan barang-barang miliknya dengan bantuan seorang lelaki, lelaki itu melirik bu Nina dan tersenyum getir.

Bu Nina yang melihat wajah lelaki itu seketika semakin marah, ia menatap lelaki itu dan sungguh bu Nina ingin mencaci lelaki yang sudah membuat anaknya hamil di luar nikah.

"Bagus Sayangku, pilihanmu untuk hidup bersamaku sudah tepat. Aku akan menikahimu dan menjadikanmu ratu di rumahku," kata Rio dengan sengaja mengeraskan suaranya. Rio pun mencium kening Irana dengan mesra tepat saat bu Nina masih memandang ke arahnya.

****

Cinta itu dapat membakar orang yang merasakannya. Seperti itulah yang dirasakan Irana. Dia sampai bisa berbuat nekat meninggalkan ibunya dan dengan bangga melakukan hubungan terlarang bersama kekasihnya.

Di dalam mobil milik Rio, Irana memejamkan matanya. Ia merasa tubuhnya begitu lemas ditambah kepalanya terasa sangat sakit. Mobil itu pun perlahan-lahan melaju meninggalkan halaman rumah bu Nina.

Irana terdiam, ia tidak membuka suaranya sama sekali. Begitupun dengan Rio, dia tidak mengatakan satu patah kata pun.

Sepuluh menit sudah berlalu, mobil pun sudah semakin jauh meninggalkan daerah tempat tinggal Irana dan ibunya.

"Sementara ini kita akan tinggal di apartemenku saja ya Sayang," bisik Rio tepat di telinga Irana.

"Hmm," balas Irana dengan lemas.

Rio tersenyum kecut seraya memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil. Dia memfokuskan dirinya mengemudikan mobil tanpa tau ada dua nyawa selain dirinya yang ia bawa di dalam mobilnya.

Irana merasakan perutnya mual, ia tidak suka dengan bau pewangi mobil yang dipakai Rio. Entah mengapa ia tidak menyukainya padahal pewangi itu adalah pilihannya sendiri dari sejak ia kenal Rio.

"Hoekk! Hoek!" Setelah mati-matian Irana menahannya, akhirnya ia tidak mampu menahan rasa mualnya.

Rio mendengarnya dan langsung melirik Irana yang sedang memunggunginya. Irana memposisikan tubuhnya menghadap jendela dengan menutup mulutnya.

"Sayang! Hey ada apa?" tanya Rio dengan gelisah.

Irana menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia semakin merapatkan tangannya untuk menutup mulutnya.

"Sayang apa kau sakit?" Rio bertanya dengan lembut. Ia mengusap kepala Irana dengan penuh cinta.

Irana yang mendapat perlakuan seperti itu membuat hatinya meleleh. Ia dengan spontan memeluk Rio dengan erat.

"Rio, bolehkan nanti kita makan bubur? Sungguh aku ingin makan bubur ayam."

Rio menyambut pelukan Irana dengan bahagia namun ia mengerutkan keningnya saat mendengar permintaan Irana yang baginya cukup aneh.

"Hah apa?" tanya Rio karena ia menyangka dirinya salah mendengar.

Irana memukul dada bidang Rio dengan tangannya, masih dalam posisi memeluk Rio membuatnya cukup mudah melakukan hal itu.

"Aku pengen makan bubur sayang!" seru Irana dengan nada yang terdengar kesal.

Rio semakin heran, namun meskipun ia tidak paham dengan keinginan Irana yang terbalik dari biasanya itu, Rio tetap memberi kesempatan kepada Irana untuk memeluknya.

Irana bukan tipikal orang yang suka bubur, dan apa ini? Kekasihnya justru meminta makan bubur ayam kepadanya.

"Sayang kamu seperti yang ngidam saja, keinginanmu sungguh aneh! Hahaha," seru Rio dengan tertawa begitu renyah.

Deg!

"Ngidam?" batin Irana dengan begitu terkejut. Irana bahkan melepaskan pelukannya ke tubuh Rio dan membiarkan kekasihnya itu mengemudi mobil dengan benar.

Dirinya menyadari satu hal, apa yang dikatakan Rio adalah suatu kebenaran.

"Apa aku ngidam?" batinnya lagi. Kini tangannya meraba perut yang masih datar itu dengan nanar.

"Aku harap kamu masih ingat dengan ucapanku Sayang. Aku tidak mau punya anak saat ini, aku harap kamu mendengarnya dengan baik atau kamu akan menerima akibatnya." Tiba-tiba Rio mengatakan hal itu dengan tatapan yang tajam.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
anggi oka
Cerita yang langsung diawali konflik, Irana dicoret dari KK...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status