Share

Bab 2. Kejutan dari Rio

Irana menelan ludahnya sendiri, ia bahkan membiarkan Rio menyentuh pahanya yang terekspos jelas.

"Ri-rio apa perjalanan kita masih jauh?" tanya Irana dengan suara yang sedikit menahan tangis. Ia sebenarnya tidak suka saat Rio menyentuhnya dengan bebas dimanapun yang ia sukai.

"Sebentar lagi Sayang, mungkin lima menit lagi."

Irana membuang napasnya dengan kasar lalu ia menyenderkan tubuhnya dengan santai ke kursi tempatnya duduk.

"Aku lelah, entahlah sungguh aku ingin segera tidur," ucapnya dengan lemas.

"Kamu tidak seperti biasanya hari ini, apa kamu sakit Irana?" Di dasari kecurigaan yang begitu tajam membuat Rio begitu penasaran dengan keadaan Irana saat ini.

Rio memutar arah laju mobilnya dan tentunya Irana menyadari hal itu.

"Rio mengapa kita putar balik? Bukankah kamu bilang sebentar lagi kita akan sampai di apartemenmu?"

Rio dengan lugas menjawab "Kita ke rumah sakit dulu, aku takut kesehatanmu terganggu."

Irana begitu resah, ia tidak mungkin harus jujur sekarang perihal kehamilannya. Dia hanya takut Rio tidak akan menerima anaknya dengan baik seperti yang ia katakan beberapa menit yang lalu.

"Rio aku tidak apa-apa sungguh. Aku hanya lelah karena masalah ini, lebih baik kita segera ke apartemen Sayang tidak perlu ke rumah sakit."

Rio melihat wajah Irana yang begitu cantik, bibir ranum Irana yang terlihat semakin menggoda membuatnya berpikir dua kali untuk memperpanjang perjalanan mereka.

Rio mengelus pipi Irana "Benarkah kamu tidak apa-apa Sayang? Aku khawatir dengan kesehatanmu."

"Te-tentu aku tidak apa-apa. Aku sehat dan aku hanya butuh istirahat."

Rio tersenyum tipis "Baiklah ayo kita ke apartemen," ujarnya dengan melajukan mobilnya sangat kencang menuju tujuannya saat ini.

Di apartemen.

Tempat ini begitu nyaman, barang- barang tertata rapi dan juga bersih. Baru saja Irana masuk ke apartemen itu ia sudah jatuh cinta dengan apa yang ia lihat.

"Aku tidak pernah kesini," ujar Irana sedikit menyindir Rio.

Menyadari hal itu Rio pun menjawab "Ini apartemen baruku Sayang, aku sengaja membelinya untuk kita berdua. Bagaimana apa kau suka dengan tempatnya?"

Irana mengangguk lalu ia memeluk kekasihnya dengan erat.

"Jangan tinggalkan aku Rio."

"Aku tidak akan meninggalkanmu Sayang," lirih Rio membalas ucapan kekasihnya.

Irana begitu nyaman. Ia bahkan kini sudah menempati tempat tidurnya untuk beristirahat. Usia kandungannya yang masih muda tentu menjadi sedikit masalah untuk mood dan juga kesehatannya.

Irana bahkan tidak membereskan pakainnya. Ia ingin segera beristirahat dan melupakan semua masalahnya sejenak.

Rio sudah tidak ada di apartemen, lelaki itu sedang menyelesaikan urusannya. Tentu ada yang Rio selesaikan apalagi ia adalah lelaki yang sibuk merintis bisnis di mana-mana.

Irana tertidur dengan lelap, matanya menutup begitu nyaman. Sudah tuntas keinginannya untuk mengistirahatkan diri.

Di satu sisi, Rio memasuki sebuah kamar di salah satu hotel. Ia berjalan tergesa gesa dengan keringat yang sudah membasahi tubuhnya.

"Sayang, kau sangat lama!" suara manja milik Tania menyambut kedatangan Rio saat itu.

Rio yang disambut dengan suara Tania yang manja tanpa berlama lama langsung memeluk gadis itu dengan napas yang menggebu gebu.

"Apa kamu sudah lama menungguku Sayangku?" tanya Rio sambil membelai rambut gadis itu.

Tania, seorang gadis yang memiliki tubuh berisi itu tentu membuat Rio menyukainya bahkan dua bulan ini mereka sudah melangsungkan pernikahan secara resmi.

Rio tersenyum lalu dia membawa istri sahnya itu ke ranjang untuk menuntaskan kewajibannya sebagai suami.

Keresahan menyelimuti hatinya, saat Rio melakukan hal itu di dalam pikirannya wajah Irana justru terbayang. Rio dengan keras menyingkirkan bayang-bayang saat ia melakukan hal yang sama dengan Irana namun ia meyakini satu hal bahwa Irana lebih memuaskannya daripada Tania yang merupakan istri sahnya.

"Sial! Kenapa aku menginginkan gadis itu sekarang?!" batin Rio dengan terus bermesra dengan Tania.

****

Irana sudah terbangun, tidur selama tiga jam membuatnya begitu baik. Irana pun memutuskan untuk pergi ke dapur, semenjak dari mobil ia menginginkan bubur.

Irana menelusuri ruangan dapur itu, namun ia sama sekali tidak menemukan beras disana. Akhirnya Irana memutuskan untuk keluar untuk membeli beras.

Ia pergi mengendarai taksi online yang sudah ia pesan. Irana turun di sebuah toko yang sepertinya menyediakan segala macam kebutuhan.

Dibantu sopir taksi online itu Irana memasukan semua beras dan belanjaannya ke dalam mobil.

Namun saat ia ingin masuk ke dalam mobil itu ia tanpa sengaja melihat mobil yang sangat ia kenali. Mobil itu berjalan pelan dan entah angin dari mana Irana ingin mengikutinya.

"Pak ikuti mobil yang ada di depan itu ya!"

"Baik, nona."

Irana mengikuti mobil Rio kemanapun mobil itu melaju, hatinya sedikit curiga kepada ayah dari bayinya itu.

"Rio aku masih penasaran kenapa kamu tidak mau aku hamil? Sedangkan kamu selalu ingin bermain denganku? Aku butuh kejelasan Rio aku tau kamu pasti menyembunyikan sesuatu dariku," batin Irana.

Setelah mengikuti mobil Rio selama setengah jam akhirnya mereka berhenti di sebuah rumah mewah. Irana memperhatikan Rio yang membuka pintu mobil untuk seseorang. Dan betapa terkejut Irana saat ia melihat seorang gadis keluar dari mobil Rio dan dengan jelas Rio mengecup kening gadis itu.

Hati Irana begitu sakit, napasnya sangat sesak. Hancur semua hidupnya, Irana merasa menjadi perempuan terhina dengan keputusan salah yang ia ambil.

Air matanya jatuh tanpa diundang, pipinya sudah basah dengan napas yang kian sesak. Irana meremas perutnya dengan kuat, ia menahan rasa yang bergejolak dihatinya dan Irana sungguh berada dalam posisi yang sangat lemah saat ini.

"Mari kita pulang pak," ujar Irana dengan suara yang bergetar menahan tangis. Ia tidak mau melihat pengkhianatan kekasihnya lagi.

Rio yang telah mengantarkan Tania ke rumah mereka tentu tidak tinggal lama-lama. Ia menyadari harus segera ke apartemen untuk kembali bersama Irana.

Di sepanjang perjalanan hati Rio was-was. Pasalnya sudah beberapa kali telponnya tidak diangkat Irana. Rio seperti merasa bersalah atas apa yang ia lakukan namun di satu sisi lainnya Rio masih belum bisa melepaskan Tania karena hubungan bisnis dengan orang tua Tania masih harus berjalan.

Akhirnya perjalanan penuh kekhawatiran itu musnah saat Rio sudah sampai di apartemennya. Rio dengan cepat masuk dan berjalan menuju kamar Irana.

"Sayang aku kembali," teriak Rio.

Kosong, itulah yang dilihat Rio di kamar Irana. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari Irana ke semua ruangan namun nihil hasilnya tetap saja ia tidak melihat Irana.

Irana, gadis itu sedang berada di kamar mandi dengan satu buah pisau yang ada di tangannya. Irana melihat pergelangan tangannya dengan pikirannya yang sudah terisi penuh oleh bayang-bayang Rio bersama gadis itu.

Srett!

Irana melukai pergelangan tangannya dengan pisau itu sehingga darah mengalir begitu deras. Lalu Irana melakukan hal yang sama di lehernya, ia berniat mengakhiri hidupnya sendiri.

Karena terlalu banyaknya darah yang keluar, Irana pun tidak sadarkan diri dengan keadaan yang mengenaskan. Rambutnya berantakan dengan wajah yang pucat.

Rio mendekati kamar mandi karena hanya itu yang belum ia periksa. Dan benar saja kamar mandi itu terkunci, buru-buru Rio mencari kunci cadangan dan saat mendapatkannya ia langsung membukanya.

"Irana!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
anggi oka
Menarik nih dari awal udah ke konflik yang menegangkan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status