Share

Bab 2. Kejutan dari Rio

Penulis: Adya Amerta
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-07 08:22:26

Irana menelan ludahnya sendiri, ia bahkan membiarkan Rio menyentuh pahanya yang terekspos jelas.

"Ri-rio apa perjalanan kita masih jauh?" tanya Irana dengan suara yang sedikit menahan tangis. Ia sebenarnya tidak suka saat Rio menyentuhnya dengan bebas dimanapun yang ia sukai.

"Sebentar lagi Sayang, mungkin lima menit lagi."

Irana membuang napasnya dengan kasar lalu ia menyenderkan tubuhnya dengan santai ke kursi tempatnya duduk.

"Aku lelah, entahlah sungguh aku ingin segera tidur," ucapnya dengan lemas.

"Kamu tidak seperti biasanya hari ini, apa kamu sakit Irana?" Di dasari kecurigaan yang begitu tajam membuat Rio begitu penasaran dengan keadaan Irana saat ini.

Rio memutar arah laju mobilnya dan tentunya Irana menyadari hal itu.

"Rio mengapa kita putar balik? Bukankah kamu bilang sebentar lagi kita akan sampai di apartemenmu?"

Rio dengan lugas menjawab "Kita ke rumah sakit dulu, aku takut kesehatanmu terganggu."

Irana begitu resah, ia tidak mungkin harus jujur sekarang perihal kehamilannya. Dia hanya takut Rio tidak akan menerima anaknya dengan baik seperti yang ia katakan beberapa menit yang lalu.

"Rio aku tidak apa-apa sungguh. Aku hanya lelah karena masalah ini, lebih baik kita segera ke apartemen Sayang tidak perlu ke rumah sakit."

Rio melihat wajah Irana yang begitu cantik, bibir ranum Irana yang terlihat semakin menggoda membuatnya berpikir dua kali untuk memperpanjang perjalanan mereka.

Rio mengelus pipi Irana "Benarkah kamu tidak apa-apa Sayang? Aku khawatir dengan kesehatanmu."

"Te-tentu aku tidak apa-apa. Aku sehat dan aku hanya butuh istirahat."

Rio tersenyum tipis "Baiklah ayo kita ke apartemen," ujarnya dengan melajukan mobilnya sangat kencang menuju tujuannya saat ini.

Di apartemen.

Tempat ini begitu nyaman, barang- barang tertata rapi dan juga bersih. Baru saja Irana masuk ke apartemen itu ia sudah jatuh cinta dengan apa yang ia lihat.

"Aku tidak pernah kesini," ujar Irana sedikit menyindir Rio.

Menyadari hal itu Rio pun menjawab "Ini apartemen baruku Sayang, aku sengaja membelinya untuk kita berdua. Bagaimana apa kau suka dengan tempatnya?"

Irana mengangguk lalu ia memeluk kekasihnya dengan erat.

"Jangan tinggalkan aku Rio."

"Aku tidak akan meninggalkanmu Sayang," lirih Rio membalas ucapan kekasihnya.

Irana begitu nyaman. Ia bahkan kini sudah menempati tempat tidurnya untuk beristirahat. Usia kandungannya yang masih muda tentu menjadi sedikit masalah untuk mood dan juga kesehatannya.

Irana bahkan tidak membereskan pakainnya. Ia ingin segera beristirahat dan melupakan semua masalahnya sejenak.

Rio sudah tidak ada di apartemen, lelaki itu sedang menyelesaikan urusannya. Tentu ada yang Rio selesaikan apalagi ia adalah lelaki yang sibuk merintis bisnis di mana-mana.

Irana tertidur dengan lelap, matanya menutup begitu nyaman. Sudah tuntas keinginannya untuk mengistirahatkan diri.

Di satu sisi, Rio memasuki sebuah kamar di salah satu hotel. Ia berjalan tergesa gesa dengan keringat yang sudah membasahi tubuhnya.

"Sayang, kau sangat lama!" suara manja milik Tania menyambut kedatangan Rio saat itu.

Rio yang disambut dengan suara Tania yang manja tanpa berlama lama langsung memeluk gadis itu dengan napas yang menggebu gebu.

"Apa kamu sudah lama menungguku Sayangku?" tanya Rio sambil membelai rambut gadis itu.

Tania, seorang gadis yang memiliki tubuh berisi itu tentu membuat Rio menyukainya bahkan dua bulan ini mereka sudah melangsungkan pernikahan secara resmi.

Rio tersenyum lalu dia membawa istri sahnya itu ke ranjang untuk menuntaskan kewajibannya sebagai suami.

Keresahan menyelimuti hatinya, saat Rio melakukan hal itu di dalam pikirannya wajah Irana justru terbayang. Rio dengan keras menyingkirkan bayang-bayang saat ia melakukan hal yang sama dengan Irana namun ia meyakini satu hal bahwa Irana lebih memuaskannya daripada Tania yang merupakan istri sahnya.

"Sial! Kenapa aku menginginkan gadis itu sekarang?!" batin Rio dengan terus bermesra dengan Tania.

****

Irana sudah terbangun, tidur selama tiga jam membuatnya begitu baik. Irana pun memutuskan untuk pergi ke dapur, semenjak dari mobil ia menginginkan bubur.

Irana menelusuri ruangan dapur itu, namun ia sama sekali tidak menemukan beras disana. Akhirnya Irana memutuskan untuk keluar untuk membeli beras.

Ia pergi mengendarai taksi online yang sudah ia pesan. Irana turun di sebuah toko yang sepertinya menyediakan segala macam kebutuhan.

Dibantu sopir taksi online itu Irana memasukan semua beras dan belanjaannya ke dalam mobil.

Namun saat ia ingin masuk ke dalam mobil itu ia tanpa sengaja melihat mobil yang sangat ia kenali. Mobil itu berjalan pelan dan entah angin dari mana Irana ingin mengikutinya.

"Pak ikuti mobil yang ada di depan itu ya!"

"Baik, nona."

Irana mengikuti mobil Rio kemanapun mobil itu melaju, hatinya sedikit curiga kepada ayah dari bayinya itu.

"Rio aku masih penasaran kenapa kamu tidak mau aku hamil? Sedangkan kamu selalu ingin bermain denganku? Aku butuh kejelasan Rio aku tau kamu pasti menyembunyikan sesuatu dariku," batin Irana.

Setelah mengikuti mobil Rio selama setengah jam akhirnya mereka berhenti di sebuah rumah mewah. Irana memperhatikan Rio yang membuka pintu mobil untuk seseorang. Dan betapa terkejut Irana saat ia melihat seorang gadis keluar dari mobil Rio dan dengan jelas Rio mengecup kening gadis itu.

Hati Irana begitu sakit, napasnya sangat sesak. Hancur semua hidupnya, Irana merasa menjadi perempuan terhina dengan keputusan salah yang ia ambil.

Air matanya jatuh tanpa diundang, pipinya sudah basah dengan napas yang kian sesak. Irana meremas perutnya dengan kuat, ia menahan rasa yang bergejolak dihatinya dan Irana sungguh berada dalam posisi yang sangat lemah saat ini.

"Mari kita pulang pak," ujar Irana dengan suara yang bergetar menahan tangis. Ia tidak mau melihat pengkhianatan kekasihnya lagi.

Rio yang telah mengantarkan Tania ke rumah mereka tentu tidak tinggal lama-lama. Ia menyadari harus segera ke apartemen untuk kembali bersama Irana.

Di sepanjang perjalanan hati Rio was-was. Pasalnya sudah beberapa kali telponnya tidak diangkat Irana. Rio seperti merasa bersalah atas apa yang ia lakukan namun di satu sisi lainnya Rio masih belum bisa melepaskan Tania karena hubungan bisnis dengan orang tua Tania masih harus berjalan.

Akhirnya perjalanan penuh kekhawatiran itu musnah saat Rio sudah sampai di apartemennya. Rio dengan cepat masuk dan berjalan menuju kamar Irana.

"Sayang aku kembali," teriak Rio.

Kosong, itulah yang dilihat Rio di kamar Irana. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari Irana ke semua ruangan namun nihil hasilnya tetap saja ia tidak melihat Irana.

Irana, gadis itu sedang berada di kamar mandi dengan satu buah pisau yang ada di tangannya. Irana melihat pergelangan tangannya dengan pikirannya yang sudah terisi penuh oleh bayang-bayang Rio bersama gadis itu.

Srett!

Irana melukai pergelangan tangannya dengan pisau itu sehingga darah mengalir begitu deras. Lalu Irana melakukan hal yang sama di lehernya, ia berniat mengakhiri hidupnya sendiri.

Karena terlalu banyaknya darah yang keluar, Irana pun tidak sadarkan diri dengan keadaan yang mengenaskan. Rambutnya berantakan dengan wajah yang pucat.

Rio mendekati kamar mandi karena hanya itu yang belum ia periksa. Dan benar saja kamar mandi itu terkunci, buru-buru Rio mencari kunci cadangan dan saat mendapatkannya ia langsung membukanya.

"Irana!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
anggi oka
Menarik nih dari awal udah ke konflik yang menegangkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan   Bab 22. Itu anakku

    "Jadi seperti itu ceritanya? Nona kau begitu kuat bisa bertahan sejauh ini," ujar lelaki itu dengan kagum. Irana meringis dalam diam. Dia tersenyum getir seraya menetralkan napasnya. "Kita ke rumah sakit dahulu Nona. Kau butuh penanganan medis!" ujarnya. Irana tidak menggubris ucapan lelaki itu. Entahlah di pikirannya hanya ada satu. Ia ingin mengetahui kabar Gibran. Di rumah sakit. Irana mendapat penanganan dengan baik. Orang yang mengenal Irana dengan cepat membersihkan luka dan mengobati Irana. Sedangkan lelaki itu menunggu di luar ruangan sembari sibuk dengan telpon genggamnya. "Nona istirahatlah. Jika anda perlu sesuatu panggil kami," ujar perawat itu dengan bijak. Irana mengangguk. "Terima kasih," ujarnya dengan lemah. Perawat itupun tersenyum manis, beberapa detik kemudian ia pergi meninggalkan Irana di dalam ruangan yang paling terbaik ini. ****"Di mana? Di mana Dia Johan!" teriak seseorang yang berada di ruangan Irana itu. Lelaki misterius yang dipanggil Johan itu

  • Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan   Bab 21. Bantuan dari orang misterius

    Deg! Deg!! Deg!! Detakan jantung Irana berpacu di atas rata-rata. Dia begitu terkejut dengan suara Rio yang cukup menggelegar itu. Tidak ada jalan lain untuk Irana selain melarikan diri. Terus berada dalam kurungan Rio tentu secara otomatis menyiksa dirinya sendiri. Irana berlari tanpa henti, di dalam ketakutannya gadis itu terus memacu kecepatannya. Irana keluar dari ruangan terkutuk itu, meski beberapa kali lelaki biadab itu mengejar dan berteriak untuk membuatnya berhenti, Irana tidak akan pernah menyerah. "Tuhan," lirih Irana. Tetap Tuhan yang maha kuasa yang selalu gadis itu sebutkan. Sebuah pintu keluar telah terlihat di depan mata. Irana yang menyadari Rio semakin dekat dengannya itu segera menambah kecepatannya. Walaupun rasa sakit menyerang perutnya, gadis yang sedang hamil muda itu terlihat gigih untuk lolos dari kejaran seorang lelaki bernama Rio. "Berhenti Irana!" Teriak Rio. Brugh! Brugh!! Suara pukulan terdengar memekakak telinga. Lelaki kejam itu saat ini denga

  • Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan   Bab 20. Mencoba melepaskan diri

    Rasa sakit kian merajalela. Rasa takut pun berhasil membuat mentalnya down. Hampir saja Irana menyerah, namun saat ia menatap perutnya yang saat ini telah berisi, seketika Irana ingin bangkit. Hatinya sudah bulat untuk melawan semua kedzaliman yang sedang dia rasakan. Irana mengamati postur lelaki itu. Diperhatikan dengan teliti setiap incinya. Irana yakin tidak salah orang. Berdasarkan ciri dan suara laki-laki itu Irana semakin yakin orang yang saat ini di depannya itu memang seorang lelaki yang selama ini menghancurkan kehidupan dan masa depannya. "Ri-rio." Irana menyebut nama lelaki itu dengan suara yang bergetar.Rio yang saat itu mendengar panggilan Irana dengan licik tersenyum tipis. Bibirnya tersenyum pahit seraya membuka topeng yang ia pakai. "Kau sudah mengenaliku gadis manis?""Bagaimana aku bisa lupa dengan suara orang yang membuatku sengsara?" jawab Irana dengan terus mencoba menetralkan suaranya. "Hahaha kamu terlalu munafik Irana. Bagaimana? Apa sekarang anak itu sud

  • Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan   Bab 19. Terbangun?

    "Bangun!!" bentak seorang lelaki dengan wajah yang tertutup topeng. Suaranya menggelegar dengan segala kekejaman yang ia perlihatkan. Byurr!! Lelaki itu dengan tega menyiram Irana dengan satu ember air. Air dingin itu seolah olah menyuruh Irana untuk tersadar. Irana yang semula tertidur dalam pengaruh obat kini terbangun dengan wajah yang pucat pasi. Irana bahkan basah kuyup dengan tubuh yang bergetar. Dia menatap lelaki di depannya dengan gusar. "I-itu hanya mimpi?" tanya Irana kepada dirinya sendiri."Akhirnya kita bertemu lagi Irana," ucap lelaki bertopeng itu. Sorot matanya tajam seolah mengatakan bahwa dirinya tidak menyukai keberadaan Irana. Irana yang belum mendapatkan semua kesadarannya itu menggeleng gelengkan kepalanya. Ia mencoba mengenali siapa yang ada dibalik topeng itu dan apa ini? Irana sedang berada di mana? Irana melihat ke semua arah. Diperhatikanlah semua barang-barang yang ada di ruangan itu dengan seksama. Irana mencoba mengenali tempat ini. Tapi sekeras a

  • Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan   Bab 18. Pemakaman?

    Tangis begitu membuncah di tempat pemakaman. Terlihat begitu banyak orang yang berduka, semua yang hadir memakai pakaian serba hitam. Semerbak wangi bunga begitu harum menusuk hidung namun semuanya kalah dengan duka yang sedang terasa.Seorang perempuan terlihat berjongkok di depan nisan, tanah kuburan yang masih basah itu begitu menyakitkan untuk dilihat. Perempuan itu memegang perutnya dengan erat seolah ia sedang berdialog dengan anak bayinya.Senja sudah menampakan dirinya, senja yang biasanya indah itu kini berubah menjadi sebuah luka yang sangat luar biasa. Perpisahan itu terasa nyata dengan sebuah penyesalan. Irana dengan menangis tersedu sedu memeluk nisan atas nama Gibran itu.Di sampingnya pun ada seorang perempuan, Ia adalah ibu dari orang yang namanya tertulis di sebuah kayu itu.“Sekarang kau sudah puas?” tanya bu Sinta begitu dingin.“PUAS KAU, HAH? LIHAT GADIS MURAHAN! ANAK SAYA SUDAH TIADA!” bentak bu Sinta. Ia menekan pergelangan tangan Irana begitu kencang.Irana han

  • Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan   Bab 17. Kecelakaan

    Malam ini adalah malam yang buruk untuk Gibran. Lelaki itu dengan gusar terus mencari tahu keberadaan Irana dengan berbagai cara. Seluruh bodyguard yang ia punya sudah di kerahkan semuanya. Kini Gibran pun sedang mencari Irana ke tempat yang menurutnya gadis itu berada.Waktu malam terasa begitu cepat namun orang yang dicari tidak kunjung di dapati. Gibran begitu kacau, penampilannya begitu kusut dengan rambut yang berantakan. Gibran tidak munafik, sungguh dirinya tidak mau sesuatu yang buruk terjadi kepada Irana. Bagaimanapun gadis itu tetap menjadi pilihan dalam hatinya.Gibran duduk di dalam mobilnya dengan lesu, ia sesekali memijat pangkal hidungnya untuk mengusir rasa pusing yang melanda dirinya. Mobil BMW keluaran terbarunya itu parkir di tepi jalan, dengan situasi yang sepi membuatnya sedikit bisa mengistirahatkan dirinya. Jalanan yang sepi nan gelap itu membuat Gibran memilih menepikan mobilnya disana.“Irana sebenarnya kemana kamu? Siapa yang membawamu, hah?” lirih Gibran. Di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status