Share

Bab 3. Rahasia yang terbongkar

Penulis: Adya Amerta
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-07 09:37:55

Sontak dengan cepat Rio memeluk Irana. Darah yang mengalir dengan luka yang ada di kening, leher dan pergelangan tangannya membuat Rio cemas.

"Shit! Apa yang kamu lakukan Irana!" bentak Rio.

Irana sudah tidak sadarkan diri, dan tentunya hal itu membuat Rio semakin khawatir.

"Dasar gadis bodoh!" umpat Rio dibalik kecemasannya yang luar biasa.

Rio tanpa berlama-lama langsung mengangkat tubuh Irana yang terkurai lemas di lantai kamar mandi. Buru-buru Rio membawa Irana ke dalam mobilnya.

"Ya Tuhan, Irana ada apa dengan dirimu?" tanya Rio kepada gadis di sampingnya. Dia mengelus rambut Irana dengan tangan yang bergetar karena khawatir.

Di rumah sakit.

Pihak rumah sakit menangani Irana dengan cepat. Apalagi mereka mengetahui bahwa Rio adalah salah satu pemegang saham rumah sakit ini.

Rio duduk di depan ruangan UGD dengan cemas. Ia merapatkan kedua tangannya menanti kabar Irana.

Pemeriksaan pun sudah dilakukan, Irana sudah ditangani dengan baik dan Rio sudah di berikan izin untuk menjenguk kekasihnya itu.

Saat masuk ke dalam ruangan itu, semerbak obat dengan udara yang dingin membuat suasana semakin mencekam.

Rio berdiri di samping Irana yang terbaring lemas dengan selang oksigen dan impus.

"Rio, sepertinya gadis ini sangat penting untukmu. Apa kau mempunyai hubungan dengannya?" tanya Gibran. Dia merupakan dokter yang menangani Irana sekaligus merupakan teman Rio.

Rio yang mendengar pertanyaan Gibran seketika melirik temannya itu "Dia Kekasihku."

Gibran tidak terkejut, dia paham bahwa temannya itu memang selalu mempermainkan perempuan.

"Rio aku harap kau menjaganya dengan baik. Dan jangan sampai dia tau hubunganmu dengan Tania."

Rio mengepalkan tangannya, dia tidak suka saat Girban menasehati apa yang harus ia lakukan.

Rio menarik kerah pakaian dinas Gibran "Apa maksudmu hah?!"

Gibran hanya tersenyum, ia tidak berniat membalas perlakuan Rio walau sebenarnya ia bisa melakukannya.

"Haruskah aku mengatakannya Rio?" tanya Gibran. Dan saat itu juga Rio melepaskan cengkramannya.

"Irana sedang mengandung," ucap Gibran dengan membenarkan pakaian yang sempat ditarik Rio itu.

Jleb!

Bagai disambar petir di siang hari, Rio terkejut dan membuka matanya dengan lebar.

"Aku harap kau tidak memberitahu tentang istrimu kepadanya Rio. Dan pilihlah salah satu diantara mereka jika kau tidak mau melihat salah satu diantara mereka mati. Asal kau tau Rio, gadis ini melakukan percobaan bunuh diri dan jika kau terlambat membawanya satu detik saja maka dia sudah dipastikan tiada."

Gibran pun pergi meninggalkan Rio yang sedang syok. Lelaki itu duduk di kursi yang ada dan memilih untuk menyendiri. Rio sungguh tidak menyangka bahwa semuanya akan terjadi seperti ini.

"Shit! Kenapa kamu tidak jujur kepadaku Irana?!" ujarnya sambil menarik rambutnya karena frustasi.

Sudah satu jam berlalu. Hari pun sudah semakin sore namun Irana tidak kunjung sadar.

Menyadari percakapan Irana di dalam mobil saat mereka akan ke apartemen, Rio berniat membelikan Irana bubur.

Irana pun sendirian di dalam kamarnya dan saat Rio pergi Irana mulai mendapatkan kesadarannya.

Perlahan lahan matanya terbuka, Irana membiarkan cahaya masuk ke retinanya.

"Arrgh," Irana mendesah menahan sakit di perutnya yang sepertinya mengalami kram.

Irana menangis, air matanya begitu mudah jatuh dan membasahi pipinya.

"Ibu," lirih Irana dengan sendu.

Saat Irana sedang meratapi nasibnya sendiri, tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan menampilkan sosok yang membuatnya trauma.

"Irana kamu sudah sadar sayang? Syukurlah!" ujar Rio.

"Ini aku membawakan bubur untukmu Sayang," ujarnya lagi dengan meletakan buburnya di atas nakas yang ada.

Irana menghapus air matanya namun sama sekali dia tidak mengatakan apapun kepada Rio.

"Irana?" Panggil Rio dengan gemas.

Irana masih diam. Dia memandang lurus ke depan tanpa melirik Rio sedikitpun.

"Kenapa kau melakukan hal sebodoh ini?! Apa kau tau itu semua akan membuatmu kehilangan nyawamu sendiri!" Rio mulai terlihat marah dari nada suaranya yang mulai berubah.

Irana menahan tangisnya begitu kuat. Tangannya bergetar menahan gejolak emosi yang menggebu di hatinya.

Rio mendekat ke arah Irana dan duduk di samping kekasihnya itu "Aku sudah tau kehamilanmu."

Irana membuka matanya dengan lebar. Ia pun terkejut dengan pengakuan Rio.

"Dan aku mau kau mengugurkannya."

Plak!

Irana dengan keras menampar Rio, air matanya kini sudah jatuh karena ia tidak mampu menahannya lagi.

"Kau sungguh lelaki biadab Rio!" teriak Irana dengan suara yang sangat lantang.

Tangisnya begitu hebat, Irana melepas oksigen dan impusan di tangannya sehingga darah mengalir dari bekas jarumnya.

"Kau lelaki pengecut! Kau pengkhianat! Kau pembohong!" teriak Irana dengan memukul keras dada bidang Rio.

Rio yang melihat Irana mengamuk seperti itu tentu masih khawatir dengan kesehatan kekasihnya itu.

"Irana apa yang kau lakukan!?"

"Kita putus!" bentak Irana. Gadis itu meronta dengan kasar saat Rio berusaha untuk memeluknya.

Rio yang mendengar perkataan putus sontak sangat emosi. Dia menarik Irana dengan keras sehingga gadis itu terjatuh dari ranjangnya dan keningnya terbentur ke ujung nakas.

"Aww," rintih Irana.

Rio yang tidak sengaja melakukan itu tentu sangat menyesal dan ia berniat membantu Irana untuk segera bangkit.

"Tidak Rio. Aku tidak butuh bantuanmu, kita sudahi saja semuanya sampai disini." Irana dengan dingin mengatakan hal itu. Dia menyentuh keningnya sendiri dan merasakan betapa hangat darah yang mengalir dari keningnya.

Rio sudah sangat marah, ia menarik lengan Irana dengan kasar lalu membanting tubuh gadis itu ke kursi yang ada.

Rio menjambak rambut Irana dengan kasar, lelaki itu menyakiti Irana tanpa ampun.

"Hentikan, itu sakit!" Irana memberontak dengan mendorong bahu Rio namun ia tidak sanggup lagi karena tenaganya sudah terkuras habis.

Irana membiarkan Rio melakukan apapun yang Rio inginkan. Irana sudah tidak mampu mengimbangi kekuatan lelaki yang menghancurkan hidupnya.

Rio sudah cukup puas, dia menghentikan perbuatannya dan memandangi wajah gadisnya dengan tersenyum.

"Kamu semakin cantik jika marah," ucap Rio dengan polosnya.

"Aku membencimu Rio," lirih Irana. Dia menutup matanya untuk merasakan air matanya jatuh dengan sesak di dadanya.

Rio mengangkat tubuh Irana lalu merebahkan tubuh gadis itu di ranjang semula. Dia memanggil perawat untuk membereskan kekacauan yang ada. Rio juga mengelus rambut Irana yang sempat ia jambak. Sungguh Rio adalah lelaki bermuka dua yang sangat biadab.

"Mengapa kamu melakukan ini kepadaku Rio? Bukankah kamu berjanji akan menikahiku? Dan menjadikanku ratu di dalam hidupmu, tapi apa ini? Kau malah bermain dengan gadis lain. Bahkan kau mengantarkannya pulang dan mencium kening gadis itu. Kamu pengkhianat Rio!" Irana mengucapkan semuanya dengan suara yang sangat pelan.

Jantung Rio semakin tidak aman. Beberapa kali Irana membuat jantungnya berdegup kencang.

"Gugurkan kandunganmu atau aku akan membunuh Ibumu?" bisik Rio.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
anggi oka
Semakin menarik nih ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan   Bab 22. Itu anakku

    "Jadi seperti itu ceritanya? Nona kau begitu kuat bisa bertahan sejauh ini," ujar lelaki itu dengan kagum. Irana meringis dalam diam. Dia tersenyum getir seraya menetralkan napasnya. "Kita ke rumah sakit dahulu Nona. Kau butuh penanganan medis!" ujarnya. Irana tidak menggubris ucapan lelaki itu. Entahlah di pikirannya hanya ada satu. Ia ingin mengetahui kabar Gibran. Di rumah sakit. Irana mendapat penanganan dengan baik. Orang yang mengenal Irana dengan cepat membersihkan luka dan mengobati Irana. Sedangkan lelaki itu menunggu di luar ruangan sembari sibuk dengan telpon genggamnya. "Nona istirahatlah. Jika anda perlu sesuatu panggil kami," ujar perawat itu dengan bijak. Irana mengangguk. "Terima kasih," ujarnya dengan lemah. Perawat itupun tersenyum manis, beberapa detik kemudian ia pergi meninggalkan Irana di dalam ruangan yang paling terbaik ini. ****"Di mana? Di mana Dia Johan!" teriak seseorang yang berada di ruangan Irana itu. Lelaki misterius yang dipanggil Johan itu

  • Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan   Bab 21. Bantuan dari orang misterius

    Deg! Deg!! Deg!! Detakan jantung Irana berpacu di atas rata-rata. Dia begitu terkejut dengan suara Rio yang cukup menggelegar itu. Tidak ada jalan lain untuk Irana selain melarikan diri. Terus berada dalam kurungan Rio tentu secara otomatis menyiksa dirinya sendiri. Irana berlari tanpa henti, di dalam ketakutannya gadis itu terus memacu kecepatannya. Irana keluar dari ruangan terkutuk itu, meski beberapa kali lelaki biadab itu mengejar dan berteriak untuk membuatnya berhenti, Irana tidak akan pernah menyerah. "Tuhan," lirih Irana. Tetap Tuhan yang maha kuasa yang selalu gadis itu sebutkan. Sebuah pintu keluar telah terlihat di depan mata. Irana yang menyadari Rio semakin dekat dengannya itu segera menambah kecepatannya. Walaupun rasa sakit menyerang perutnya, gadis yang sedang hamil muda itu terlihat gigih untuk lolos dari kejaran seorang lelaki bernama Rio. "Berhenti Irana!" Teriak Rio. Brugh! Brugh!! Suara pukulan terdengar memekakak telinga. Lelaki kejam itu saat ini denga

  • Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan   Bab 20. Mencoba melepaskan diri

    Rasa sakit kian merajalela. Rasa takut pun berhasil membuat mentalnya down. Hampir saja Irana menyerah, namun saat ia menatap perutnya yang saat ini telah berisi, seketika Irana ingin bangkit. Hatinya sudah bulat untuk melawan semua kedzaliman yang sedang dia rasakan. Irana mengamati postur lelaki itu. Diperhatikan dengan teliti setiap incinya. Irana yakin tidak salah orang. Berdasarkan ciri dan suara laki-laki itu Irana semakin yakin orang yang saat ini di depannya itu memang seorang lelaki yang selama ini menghancurkan kehidupan dan masa depannya. "Ri-rio." Irana menyebut nama lelaki itu dengan suara yang bergetar.Rio yang saat itu mendengar panggilan Irana dengan licik tersenyum tipis. Bibirnya tersenyum pahit seraya membuka topeng yang ia pakai. "Kau sudah mengenaliku gadis manis?""Bagaimana aku bisa lupa dengan suara orang yang membuatku sengsara?" jawab Irana dengan terus mencoba menetralkan suaranya. "Hahaha kamu terlalu munafik Irana. Bagaimana? Apa sekarang anak itu sud

  • Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan   Bab 19. Terbangun?

    "Bangun!!" bentak seorang lelaki dengan wajah yang tertutup topeng. Suaranya menggelegar dengan segala kekejaman yang ia perlihatkan. Byurr!! Lelaki itu dengan tega menyiram Irana dengan satu ember air. Air dingin itu seolah olah menyuruh Irana untuk tersadar. Irana yang semula tertidur dalam pengaruh obat kini terbangun dengan wajah yang pucat pasi. Irana bahkan basah kuyup dengan tubuh yang bergetar. Dia menatap lelaki di depannya dengan gusar. "I-itu hanya mimpi?" tanya Irana kepada dirinya sendiri."Akhirnya kita bertemu lagi Irana," ucap lelaki bertopeng itu. Sorot matanya tajam seolah mengatakan bahwa dirinya tidak menyukai keberadaan Irana. Irana yang belum mendapatkan semua kesadarannya itu menggeleng gelengkan kepalanya. Ia mencoba mengenali siapa yang ada dibalik topeng itu dan apa ini? Irana sedang berada di mana? Irana melihat ke semua arah. Diperhatikanlah semua barang-barang yang ada di ruangan itu dengan seksama. Irana mencoba mengenali tempat ini. Tapi sekeras a

  • Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan   Bab 18. Pemakaman?

    Tangis begitu membuncah di tempat pemakaman. Terlihat begitu banyak orang yang berduka, semua yang hadir memakai pakaian serba hitam. Semerbak wangi bunga begitu harum menusuk hidung namun semuanya kalah dengan duka yang sedang terasa.Seorang perempuan terlihat berjongkok di depan nisan, tanah kuburan yang masih basah itu begitu menyakitkan untuk dilihat. Perempuan itu memegang perutnya dengan erat seolah ia sedang berdialog dengan anak bayinya.Senja sudah menampakan dirinya, senja yang biasanya indah itu kini berubah menjadi sebuah luka yang sangat luar biasa. Perpisahan itu terasa nyata dengan sebuah penyesalan. Irana dengan menangis tersedu sedu memeluk nisan atas nama Gibran itu.Di sampingnya pun ada seorang perempuan, Ia adalah ibu dari orang yang namanya tertulis di sebuah kayu itu.“Sekarang kau sudah puas?” tanya bu Sinta begitu dingin.“PUAS KAU, HAH? LIHAT GADIS MURAHAN! ANAK SAYA SUDAH TIADA!” bentak bu Sinta. Ia menekan pergelangan tangan Irana begitu kencang.Irana han

  • Dibuang Mantan, Diratukan Dokter Tampan   Bab 17. Kecelakaan

    Malam ini adalah malam yang buruk untuk Gibran. Lelaki itu dengan gusar terus mencari tahu keberadaan Irana dengan berbagai cara. Seluruh bodyguard yang ia punya sudah di kerahkan semuanya. Kini Gibran pun sedang mencari Irana ke tempat yang menurutnya gadis itu berada.Waktu malam terasa begitu cepat namun orang yang dicari tidak kunjung di dapati. Gibran begitu kacau, penampilannya begitu kusut dengan rambut yang berantakan. Gibran tidak munafik, sungguh dirinya tidak mau sesuatu yang buruk terjadi kepada Irana. Bagaimanapun gadis itu tetap menjadi pilihan dalam hatinya.Gibran duduk di dalam mobilnya dengan lesu, ia sesekali memijat pangkal hidungnya untuk mengusir rasa pusing yang melanda dirinya. Mobil BMW keluaran terbarunya itu parkir di tepi jalan, dengan situasi yang sepi membuatnya sedikit bisa mengistirahatkan dirinya. Jalanan yang sepi nan gelap itu membuat Gibran memilih menepikan mobilnya disana.“Irana sebenarnya kemana kamu? Siapa yang membawamu, hah?” lirih Gibran. Di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status