Share

Bab. 6 Penghinaan terpahit

Tania menunjukan ekpresi kesalnya. Dia melihat Gibran dengan tatapan marah.

"Kau bilang Rio yang menentukan pilihan? Jelas-jelas dia akan memilihku! Mana mungkin jalang sepertinya dipilih!" seru Tania dengan menunjuk kasar wajah Irana. Sorot matanya begitu tajam penuh amarah dan benci.

Irana yang menyadarai kedatangan Rio hanya bisa meremas seprai. Rasa sesak dan rasa sakit menyatu sempurna di dalam hatinya. Air matanya hampir saja terjatuh, Irana hanya pura-pura tegar dengan mata yang terasa panas.

Irana tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menatap Rio dengan penuh harap sekaligus benci. Melihat Irana yang mematung seperti itu Tania pun mengikuti arah tatapan Irana dan ia pun melihat Rio yang kini melihat ke arahnya.

"Sayang! Jelaskan semua ini!" Tania sontak langsung menghampiri Rio dan memegang tangan Rio.

"Sayang! Apa ini? Cepat perjelas!" desaknya lagi. Wajahnya begitu kesal, Rio pun menyadari hal itu.

Gibran yang berada di ruangan itu hanya bisa gerak cepat membantu Irana untuk menjaga kondisinya. Gibran sebenarnya bisa saja memukul Rio, ia juga merasa kesal dengan perbuatan temannya yang jelas-jelas menyakiti Irana.

"Tunggu sampai keadaan Irana membaik, akan aku beri pelajaran kau Rio!" batin Gibran sambil membenarkan impusan yang sudah berantakan.

"Kamu jelas-jelas pilih aku kan, Sayang?" Tania masih bersikukuh bertanya kepada Rio.

Tatapan Rio masih kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Disatu sisi ia sangat mencintai Irana tetapi ia tidak munafik Tania begitu sempurna untuknya apalagi gadis itu mendukung perusahaannya sepenuhnya.

"Ri-rio?" Dengan bergetar Irana memanggil nama kekasihnya itu.

Rio pun memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Dia memegang erat tangan Tania lalu berjalan ke arah Irana dan Gibran yang sedang memperhatikannya dari jarak yang cukup jauh.

"Kamu pasti tidak akan meninggalkanku kan Rio? Ka-kamu pasti akan menikahiku, kan?" lirih Irana. Gadis itu sudah tidak mampu menahan air matanya.

"Katanya dia istrimu? Lalu aku bagaimana Rio?" ujar Irana lagi. Gadis itu menyeka air matanya dan berkata dengan tegas.

"Kamu tidak boleh meninggalkanku. Kamu sudah berjanji akan menjadikanku ratu dalam hidupmu. Apa kamu lupa?!" seru Irana. Dia mulai meninggikan suaranya.

Gibran memperhatikan semuanya dengan baik. Dia yang tidak harus berbuat apa hanya bisa melerai jika nanti terjadi kericuhan.

Tania, gadis itu malah tersenyum tipis. Kemudian dia dan Rio yang sudah berdiri di dekat Irana pun seketika mendekat ke arah Rio.

Cup!

Tania mencium pipi Rio dengan mesra. Ia mendekatkan bibirnya lalu berbisik tepat di telinga Rio.

Melihat hal itu Irana pun marah. Dia mencoba bangkit dan mendekat ke arah Rio.

"Wanita murahan!" bentak Irana.

Irana berhasil mendorong Tania dengan sekuat tenaganya. Saat itu Tania yang belum siap menerima serangan dari Irana pun langsung tersungkur.

"Tania!" teriak Rio.

"Aww," ringis Tania sambil memegangi lengannya yang terbentur nakas.

Melihat Tania didorong dengan keras. Amarah Rio pun memuncak. Lelaki itu langsung menarik lengan Irana dengan kasar.

Rio dengan kasar menekan kedua pipi Irana. Rio membuat Irana begitu takut.

"Apa yang kau lakukan gadis bodoh!? Sudah kubilang gugurkan kandunganmu itu! Aku tidak menginginkan anak dari gadis miskin sepertimu, cuih!"

Gibran sudah berjaga-jaga untuk menghindari hal yang tidak diinginkan "Rio, kau jangan kasar kepadanya. Ingat itu anakmu sialan!" seru Gibran dengan kesal.

Setelah mengatakan hal itu Rio pun melepaskan cengkramannya. Dia melirik Gibran lalu tersenyum kecut kepada sahabatnya itu.

"Ambil saja gadis kotor ini! Aku sudah puas memakainya," ucap Rio sambil mendorong Irana ke arah Gibran.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Raya Majnun
Seru bikin sakit hati bacanya tapi penasaran...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status