Share

Part 4: Gugurkan!

Anna tersenyum sinis melihat ponselnya yang langsung berbunyi setelah pesan untuk Danu terkirim.

“Kamu jangan macam-macam, Anna! Video mesummu masih aku simpan, ya!”

Anna menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga begitu langsung mendengar bentakan Danu di seberang sana.

“Kamu yang bikin masalah ini, Mas! Sekarang aku hamil! Mas yang harus tanggung jawab,” balas Anna tak kalah sengitnya.

“Itu udah jelas bukan anakku! Pasti kamu sudah menjajakan dirimu ke laki-laki lain di luar sana! Dasar, perempuan jalang!”

“Berhenti menyebutku seperti itu, Mas! Kamu kan tahu sendiri, aku masih perawan waktu tidur sama kamu dulu!”

“Hah, sudahlah! Yang jelas tidak mungkin juga si Harry yang sudah hamilin kamu!”

“Oh … jadi nama bajingan itu, Harry? Pokoknya, aku gak mau tahu, Mas! Kamu harus selesaikan masalah yang udah kamu buat ini. Aku gak peduli dengan semua ancaman kamu malam itu. Ayo, kita hancur sama-sama!”

“Gugurkan saja bayi itu! Masalah selesai!”

“Oh, No, no, no! Jangan kau bikin aku juga jadi seorang pembunuh! Apa pun yang terjadi, aku tidak akan menggugurkan anak ini!” balas Anna dengan berani.

“Annaaaa!!! Awas kamu, yaa!!!”

Anna menghela napas panjang begitu Danu langsung mematikan panggilannya usai berteriak keras padanya.

Hmm … lebih baik aku periksa ke dokter kandungan sekarang. Aku butuh surat dokter untuk membuat Mas Danu bertanggung jawab.

***

Sekitar pukul sembilan malam, Danu sudah tiba di depan sebuah club malam. Setelah memarkir mobilnya, ia langsung mengambil ponsel dan menghubungi orang yang bekerja sebagai bartender di club tersebut.

“Harry, saya sudah di parkiran depan club. Kamu keluar deh, sekarang.”

Danu langsung memutus panggilannya begitu orang yang dihubunginya itu menjawab.

Sekitar 10 menit kemudian, baru lah orang yang ditunggunya muncul. Danu yang sudah tidak sabaran karena menunggu cukup lama, langsung meraih kerah kemeja pria yang bernama Harry itu.

“Eh, eh, ada apa nih! Main tarik-tarik aja!” Harry yang bertubuh lebih tinggi dan kekar, langsung mengibas kasar tangan Danu yang mencengkeram kemeja hitam ketatnya.

“Saya kan udah bilang waktu itu. Pake kondom! Pakeee!” Danu melotot geram pada Harry.” Sekarang Anna hamil gara-gara kamu!”

“Loh, loh, loh? Anna istrimu itu hamil?!” Harry ikut melotot mendengar ucapan Danu.

“Iya! Itu karena kamu yang langsung main tancap aja, sampe lupa pake sarung!”

“Oh, itu ….” Harry langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian nyengir. “Habis istrimu itu liar banget sih. Dia sampai gak ngasih saya kesempatan buat pake sarung.”

“Istrimu-istrimu! Dia sudah langsung saya ceraikan malam itu,” balas Danu sengit. “Anna sudah bukan istriku lagi. Jadi kamu yang harus tanggung jawab pada kehamilannya itu!”

“Loh, nggak bisa begitu dong! Mana tahu, itu anakmu juga. Kan kalian masih suami istri waktu itu!” sergah Harry tak mau kalah.

“Saya sudah tiga bulan tidak tidur dengan Anna! Gak mungkin itu anak saya!”

“Pokoknya, saya juga gak mau tanggung jawab!” Harry mengibas-ngibaskan tangan di depan kepalanya yang ikut geleng-geleng. Tiba-tiba, Harry mengingat sesuatu. “Eh, tunggu dulu!”

“Apaan?!” bentak Danu kesal.

“Waktu itu kamu nyuruh saya minum obat kuat 'kan? Makanya saya bisa bikin istri kamu puas selama satu jam. Tapi, saat itu saya sadar tidak pake sarung. Jadi, saya keluarkan di luar.” Harry tersenyum lega. Ia sangat yakin bahwa bukan benihnya yang tumbuh di rahim Anna.”

“Kamu kan punya videonya, coba lihat lagi. Saya yakin banget itu,” lanjut Harry lagi sembari bersiap beranjak dari tempat itu.

“Keluarin di luar belum menjamin untuk tidak hamil! Kamu jangan main lepas tangan gitu aja dong!” Danu kembali menahan Harry yang sudah berbalik mau pergi.

“Kamu tidak bisa membuat saya yang harus tanggung jawab! Kamu pikir, saya percaya kalau kamu tidak tidur dengan wanita secantik itu selama tiga bulan?” Harry mencibir. “Atau, jangan-jangan, dia juga tidur dengan laki-laki lain. Saya lihat, dia itu hyper, lho! Pikir aja sendiri, mana kuat dia tidak tidur dengan laki-laki dalam waktu yang lama. Wah … repot kalo begini. Ah, sudahlah! Itu urusanmu! Kamu yang memulai semuanya, kan?”

Danu tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia membenarkan apa yang diucapkan oleh Harry. Anna memang mempunyai gairah yang tinggi. Selama ini, Anna selalu saja menggodanya dengan berbagai cara agar bisa tidur dengannya. Tapi, karena Danu sangat membenci wanita itu, ia hanya sesekali memberi nafkah batin pada Anna. Itu pun, Danu hanya ingin membuat Anna sakit kepala karena tidak tuntas dalam bercinta.

Danu menggeram menahan emosi, melihat Harry yang melenggang masuk kembali ke dalam club. Ia pun kemudian masuk ke dalam mobilnya. Sebelum menjalankan kendaraannya, ia menghubungi ponsel Anna. Tidak menunggu lama, wanita itu telah mengangkatnya.

“Tunggu aku di rumah sekarang!”

Tanpa menunggu jawaban dari Anna, ia langsung memutuskan panggilan itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Danu tiba di rumah kontrakan yang telah ditinggalkannya sebulan yang lalu. Ia memarkir kendaraannya di pinggir pagar. Danu yang masih menyimpan cadangan kunci pagar dan rumah itu langsung saja membukanya.

Anna yang sedang menunggu di ruangan tamu langsung mengintip dari jendela kaca begitu mendengar suara mobil Danu datang. Ia pun buru-buru duduk kembali di kursinya begitu melihat Danu menuju pintu rumah.

“Mana buktinya kalau kamu hamil!” Danu langsung bicara begitu melihat Anna duduk menunggunya di ruang tamu. Ia pun kemudian menghenyakkan tubuhnya dengan kasar di kursi yang berhadapan dengan wanita yang mengaku tengah hamil itu.

Tanpa menjawab, Anna menyerahkan selembar kertas hasil lab yang diperolehnya dari klinik dokter kandungan siang tadi. Ia telah mem-fotocopy dan memotret kertas itu untuk berjaga-jaga seandainya kertas asli tersebut dirobek oleh Danu.

Danu meneliti kertas itu sejenak, kemudian menatap tajam wajah Anna yang duduk di hadapannya dengan tenang.

“Kamu jujur sekarang! Siapa yang telah menghamili kamu!” tanya Danu tegas. Wajahnya terlihat memerah menahan amarah. Danu benar-benar kesal setelah melihat hasil POSITIF yang tertera di kertas yang baru saja dilihatnya.

“Hanya dua pria yang telah tidur denganku. Selain kamu, tentu saja bajingan itu,” jawab Anna tenang. Ia tidak mau lagi terintimidasi oleh pria tak punya hati yang ada hadapannya itu.

“Huh! Jujur aja kenapa sih? Harry juga gak mungkin bikin kamu hamil. Tadi, aku nemuin dia. Katanya, dia keluarin di luar! Kamu jangan coba-coba nipu aku, ya, Anna!”

“Terserah kamu, Mas! Aku capek jelasinnya. Kamu mau bunuh aku sekarang pun, jawabanku akan tetap sama.”

“Sialan, Kamu!” Danu memukul ke dua sisi kursi yang didudukinya dengan geram.

“Gugurkan! Harry tidak mau tanggung jawab! Dia bilang, kamu pasti tidur dengan orang lain juga!” Danu menatap Anna dengan mata mengkilap marah.

“Aku gak peduli dengan si Harry itu! Aku gak kenal dia juga. Kamu yang harus selesaikan semua ini, Mas!” bantah Anna tak mau kalah. Ia kemudian menatap Danu dengan tajam. “Kalau Mas masih terus seperti ini, terpaksa aku akan menghubungi orang tuaku di Malaysia dan orang tua Mas di Surabaya. Terus terang, aku belum cerita sama mereka kalau kita sudah bercerai. Hmm … bagaimana ya, reaksi orang tua kita, jika mendengar kamu yang sudah menistakan aku pada pria lain?”

“Brengsek kamu, Anna!” geram Danu. Ia pun berdiri dari duduknya, lalu melangkah lebar menuju tempat duduk Anna yang secara hukum masih sah sebagai istrinya karena ia belum mengurus surat perceraian mereka ke pengadilan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status