Share

Part 5: Selingkuhan Danu

“STOP!” Anna langsung berdiri dari duduknya, lalu mengacungkan telunjuknya ke depan. Danu pun berhenti tepat di ujung telunjuk itu.

“Mas mau KDRT? Ayo, pukul aku! Biar urusan ini bisa langsung ke kantor polisi setelah ini!” Anna menatap Danu tanpa rasa takut. “Mas pikir, aku belum antisipasi sebelum Mas datang ke sini? Nih, aku kasih tahu! Sekeliling rumah ini sudah aku pasang CCTV. Kamera pun sudah ada yang merekam ruangan ini. Ayo, pukul sekarang!”

Danu yang telah mengangkat tangannya untuk menampar wanita cantik itu langsung tertahan di udara mendengar ucapan dari Anna. Ia pun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tamu yang menyatu dengan ruangan tengah. Danu pun melihat ada beberapa titik kamera CCTV di pojok-pojok plafon rumah.

“Aaagggrrr!!! Sialan kamu, Anna!” geram Danu dengan wajah merah padam. Gagal sudah rencananya untuk bisa menceraikan wanita yang dibencinya itu. Mau tidak mau, ia harus membuat rencana baru untuk menyingkirkan Anna.

“Kamu menang kali ini, Anna! Aku akan menunda mengurus surat cerai kita sampai anak sialan itu lahir!” Danu memutar tubuhnya dan berjalan tergesa menuju pintu keluar. Tiba-tiba, pria berusia 31 tahun itu berhenti melangkah. Ia kembali menatap tajam Anna yang masih berdiri di belakang punggungnya.

“Jaga mulutmu! Awas saja, kalo sampai kedua orang tua kita tahu semua masalah ini!” ancam Danu lagi. Ia pun kemudian keluar rumah sambil membanting pintu.

“Astagaa … ternyata Mas Danu sangat mengerikan sekali orangnya.” Anna mengusap dadanya sembarli menghela napas lega. “Untung aja, tadi aku gak sampe kena pukul.”

“Hmm … aku akan bertahan sampai bayi ini lahir. Setidaknya, anak ini masih lahir dalam pernikahan yang sah,” desah Anna getir sembari mengusap perutnya yang masih langsing.

***

Harry masih melayani pelanggannya sebagai Bartender di bar club malam yang cukup terkenal di kota itu ketika ponselnya bergetar. Ada sebuah pesan untuknya. Pria yang juga bisa dibooking sebagai teman one night stand itu berjalan agak ke pinggir meja bar, lalu membuka pesan yang baru masuk.

Danu

[Saya sudah ketemu Anna barusan. Dia tetap ngotot bahwa dia hamil karena kamu. Tidak ada pria lain yang tidur dengannya setelah kamu. Saya akan menunda mengurus surat cerai kami sampai anak itu lahir. Setelah tes DNA nanti, kamu tidak bisa mengelak lagi, Harry!]

“Ini gimana ceritanya, aku tiba-tiba jadi bapak. Ach … sial banget,” gumam Harry sambil meremas rambutnya yang sedikit gondrong. “Hmm … aku harus kabur sebelum anak itu lahir.”

***

“Kamu sakit apa kemarin, An?” tanya Andara ketika mereka kembali makan siang bersama di kantin kantor di hari Senin siang itu.

“Oh, iya. Maaf, ya, Ndara, kita gak jadi ke salon hari Sabtu kemarin,” jawab Anna menatap wajah sahabatnya yang masih tetap menjadi teman dekatnya, walaupun ia pernah membuat Andara tersakiti oleh cinta butanya pada Danu.

“Iyaa, gak papa. Namanya juga kena sakit, ya … kita pasti tidak tahu kapan datangnya, kan? Tuh, wajahmu masih terlihat pucat. Emangnya sakit apa?” Andara menatap Anna penuh perhatian.

“Aku hamil,” jawab Anna mengalihkan tatapannya ke bubur ayam yang baru diantar oleh pelayan kantin. Tangannya mulai mengaduk-aduk bubur yang masih panas itu.

“Oh, em ji! Ha ….” Andara membekap mulutnya yang hampir berteriak lantang di kantin itu. Ia pun menjadi salah tingkah ketika berapa pasang mata melihat ke arah mereka dengan penuh tanda tanya. Buru-buru, wanita berusia 27 tahun itu tersenyum malu sambil menangkupkan kedua tangannya di dada.

“Terus gimana dengan Mas Danu? Katanya kalian sudah cerai?” tanya Andara penasaran.

“Ya … terpaksa ngurus surat cerainya ditunda dulu,” jawab Anna santai. Ia kemudian menatap teman sekantornya itu sambil tersenyum tipis di sudut bibirnya. “Mana tahu, hubungan kami membaik setelah hadirnya anak ini.”

Tiba-tiba, Andara terbatuk mendengar ucapan Anna. Wanita itu buru-buru mengambil air putih di atas meja. Anna mengerutkan alisnya, melihat heran sahabatnya yang tampak kaget mendengar ucapannya itu.

“Kamu gak apa-apa?” tanya Anna setelah dilihatnya Andara sudah berhenti batuk.

Andara mengelap mata dan hidungnya yang merah dan berair. “Sialan nih, baksonya kepedesan.” 

“Oh, kamu sih, tiap hari makannya bakso pedes melulu! Gak ada bosen-bosennya. Kamu type orang yang setia kayaknya, nih.”

“Sok tahu, kamu, An. Mana ada begitu.” Andara tertawa kecil mendengar analisa Anna yang sesuka hati itu.

***

Danu baru saja tiba di apartemennya malam itu, ketika ponselnya berbunyi. Sembari membuka kancing kemejanya, ia menjawab panggilan dari kekasihnya itu.

“Hallo, Sayang ….” Danu menjawab panggilan sang kekasih dengan mesra.

“Mas Danu! Kamu bilang sudah lama tidak tidur dengan Anna. Kok, dia bisa hamil sekarang? Kamu mau nyakitin aku lagi, ya, Mas?”

“Kapan Anna cerita sama kamu? Ember betul tuh mulut perempuan sialan!” Danu menghempaskan kemeja yang sudah dilepasnya ke lantai dengan kesal.

“Tadi siang pas di kantor. Jadi benar, Anna hamil anak kalian?”

“Bukan begitu kenyataannya, Andara Sayang … kamu tenang dulu ya?” bujuk Danu pada wanita yang ternyata adalah Andara, wanita yang masih mau menerima dirinya kembali sejak tiga bulan yang lalu.

“Gimana aku harus tenang mendengar ini, Mas? Harusnya, aku tidak pernah mengharapkan kamu kembali.” 

Andara mulai terisak di seberang sana.

“Aku mandi dulu sebentar ya, Sayang. Aku baru saja pulang. Habis itu aku ke tempatmu.”

Andara tak menjawab, tapi wanita itu langsung memutus panggilannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status