“Tolong beri pelajaran pada istri saya!” Danu mendekat pada Harry, lalu membisikkan sesuatu. “Hah?! Apa kamu gila?" Harry berteriak tertahan. “Tidur dengan istrimu?” “Dia hanya istri di atas kertas. Saya tidak selera sama dia,” jawab Danu dengan sinis. “Jadi maksudmu, dia jelek? Kamu suruh saya tidur dengan perempuan jelek? Wah … ini penghinaan namanya.” Harry jadi emosi mendengar ucapan Danu. “Kamu jangan nolak dulu.” Danu meraih ponselnya, lalu membuka gallery foto. Kemudian, ia memperlihatkan sebuah foto pada Harry. “Apa kamu tidak punya mata? Istri secantik ini malah mau dikasih ke laki-lain lain? Wah … jangan-jangan kamu yang sinting, bukan dia,” ejek Harry. Ia pun memilih untuk beranjak dari depan Danu. “Ah, sudahlah, aku sibuk.” “10 juta untuk satu jam.” Ucapan Danu menghentikan langkah Harry. “Cukup sekali saja, setelah itu, saya pun tidak akan datang ke sini lagi.” Suara Danu kembali mengusik Harry. “Saya akan atur waktunya besok malam.”
View More“Teganya kamu, Mas!” Anna menatap geram bercampur rasa sakit di hatinya untuk sang suami yang sedang duduk tenang di kursi sambil berpangku tangan di dada. Air mata pun mengalir deras di pipi wanita berparas cantik itu.
“Tapi kamu puas 'kan dengan permainan dia?” Danu bertanya dengan senyum sinis di sudut bibirnya. Pria itu lalu menoleh pada lelaki bertubuh tinggi kekar yang sedang merapikan pakaiannya kembali. Laki-laki berambut sedikit gondrong yang sudah disewa Danu untuk tidur dengan istrinya.“Kamu boleh keluar sekarang. Ini uang bayaranmu.” Danu berdiri dari duduknya dan menyerahkan sebuah amplop yang isinya cukup tebal ke tangan pria itu.“Okey, and thank you,” jawab pria itu dengan tersenyum puas. Ia pun sempat mengedipkan sebelah matanya pada Anna yang masih terus menangis dengan tangan memegang erat selimut yang menutup tubuhnya di atas ranjang.Danu mengikuti laki-laki yang telah meniduri istrinya itu hingga ke pintu kamar hotel. Namun, sebelum keluar pria itu masih sempat berucap, “Istrimu legit banget. Ntar kalo kamu butuh saya lagi, jangan segan hubungin saya, okey?”Danu tak menjawab, ia hanya menatap dingin. Sorot matanya seolah-olah sudah mempersilakan pria itu pergi dari sana. Kemudian, berjalan kembali menghampiri Anna dan berdiri sekitar satu meter dari ranjang.“Gimana rasanya? Sakit 'kan? Tidur dengan orang yang tidak kita inginkan. Itu yang aku rasakan setahun yang lalu.” Danu menatap Anna dengan sinis.“Kamu dendam karena ucapanku kemarin 'kan, Mas? Aku kan udah minta maaf, kenapa kamu masih nyuruh orang untuk meniduriku. Aku ini istrimu, Mas! Bukan istri pria itu.” Anna mengusap air matanya kasar. Ia teringat akan ucapan yang terlontar dari mulutnya berapa hari yang lalu pada suaminya itu.“Oh, soal umpatan impoten dan loyo darimu?” Danu tertawa kecil. “Itu hanya pemicu aja sih. Soalnya aku memang tak berhasrat sedikit pun padamu. Kalau bukan karena kamu menjebakku dulu, tak akan pernah aku tidur dan harus nikah sama kamu!”Anna terdiam, ia memang telah bersalah pada Danu. Ia sangat menyukai kekasih Andara, sahabatnya sendiri. Hingga di pesta ulang tahun Andara yang diadakan di sebuah villa di puncak, Anna menjebak Danu dengan obat, mereka pun berakhir di atas ranjang. Saat itu, Danu sangat luar biasa. Pria berusia 30 tahun itu bisa membawa Anna menuju puncak kenikmatan berkali-kali. Setara dengan keperawanannya yang ia serahkan pada Danu.Andara yang menemukan kekasih dan sahabatnya tidur dalam selimut yang sama di pagi harinya, hanya bisa menahan luka dan kecewa. Ia pun merelakan Danu menikahi Anna sebulan kemudian. Anna dengan segala cara bisa membuat Danu terpaksa menikahinya.Setahun menikah dengan pria idamannya itu, tak seindah bayangan Anna. Danu bersikap sangat dingin, bahkan Anna harus berusaha sangat keras untuk menghangatkan ranjang mereka, akan tetapi berakhir dengan rasa kecewa di hati Anna. Berkali-kali dikecewakan di atas ranjang, membuat Anna mengumpat suaminya itu tanpa sadar, pastinya sangat menyakitkan bagi seorang pria mendengarnya. Danu pun membalasnya malam ini.“Aku akan menceraikanmu!” Ucapan Danu memutus ingatan Anna tentang awal pernikahannya dengan Danu.“Apa?!” Anna berteriak kalap mendengar ucapan suaminya itu. Mulutnya sampai melongo dengan mata membelalak.“Aku tidak suka punya istri yang sudah tidur dengan pria lain,” lanjut Danu sambil tertawa sinis. Ia pun kemudian berjalan menuju pintu keluar sambil bersiul senang.“Kamu yang sudah membuat aku tidur dengan pria itu, Mas!”“Oh iya, aku lupa. Hahaha. Ya udah, selamat tinggal, Anna. Kalau mau bersenang-senang lagi, silakan pesan sendiri teman tidurmu malam ini.”“Tunggu dulu! Kamu nggak bisa pergi begitu saja, Mas! Kamu harus tanggung jawab atas semua ini!” teriak Anna lagi penuh amarah. Tanpa rasa malu pada tubuhnya yang tak berbusana, ia melompat turun dari ranjang mengejar Danu.“Stop! Jangan mendekat! Aku jijik lihat tubuhmu itu!” Danu merentangkan satu tangannya ke depan.“Kamu mau apa? Mau laporin aku ke polisi? Silakan! Siapa takut? Hahaha.” Danu terkekeh geli. Sebelah tangannya kemudian mengambil ponselnya dari saku celana bahannya, lalu mengacungkannya di depan Anna yang berdiri dengan napas terengah menahan tangis dan amarah.“Semua adegan liar dan panas kamu dengan pria bayaran tadi, terekam semua di sini. Jadi jangan ceroboh kalau tidak mau kamu viral di sosmed.”“Brengsek kamu, Danu!” umpat Anna dengan hati yang terluka. Pria yang sangat dicintainya selama ini, tega melakukan itu semua padanya.“Kamu yang lebih brengsek, Perempuan Jalang!” balas Danu sembari membuka pintu kamar, lalu membantingnya dengan keras.Akhirnya, keesokan harinya, Anna bersama Harry dan kedua orang tuanya datang ke kantor polisi membezuk Danu. Mereka juga membawa dokter ahli jiwa yang terkenal untuk memeriksa kondisi Danu. Mereka ingin mendengar langsung dari dokter itu, apakah Danu perlu dirawat dokter jiwa atau depresi pria itu hanya sesaat saja akibat terguncang karena tiba-tiba masuk penjara.Di sana sudah menunggu Irsyad dan Rahma. Kedua orang tua Danu itu sudah tiba sejak pagi. Anna langsung menyapa dan menyalami mantan mertuanya itu dengan tulus. Bahkan, Anna memeluk Rahma. Ia benar-benar kasihan melihat kedua orang tua yang juga sangat ia sayangi sejak masih remaja dulu."Gimana keadaan Ayah dan Ibu?" tanya Anna usai menyalami Irsyad dan memeluk Rahma."Alhamdullillah, keadaan kami baik, Nak. Cuma kemarin habis pulang dari rumah kamu, Ayah sedikit drop kondisinya, tapi tadi habis subuh, alhamdullillah sudah membaik," jawab Rahma sambil tersenyum haru melihat kebaikan hati mantan menantunya itu. Andai dulu, Da
Semuanya menatap pada Harry, tak menyangka Suami Anna itu akan langsung bertanya seperti itu pada orang tua Danu.Tak lama, Rahma menunduk, lalu terlihat mengusap matanya dengan ujung jilbabnya. Sedangkan Irsyad, hanya menghela napas panjang."Pas datang ke Jakarta, kami langsung ke kantor polisi menjenguk Danu. Polisi yang menjawab Hp Danu saat Bapaknya telpon Danu hari Minggu itu." Setelah cukup tenang, Rahma menjawab pertanyaan Harry."Bapak tetap memarahi Danu ketika kami bertemu di sana walaupun wajah Danu terluka," sambung Rahma lagi."Dia pantas menerima semua itu! Aku tidak pernah mendidiknya jadi manusia jahat! Kamu yang selalu memanjakannya sejak dulu!" Irsyad malah balik memarahi istrinya."Sudahlah, semua ini sudah terjadi. Semoga Danu bisa menjadi lebih baik setelah masa tahanannya berakhir nanti." Thohir akhirnya tidak tahan juga. Jauh disudut hatinya, ia juga tidak tega pada mantan besannya itu sekaligus sahabat karibnya sejak masa kuliah dulu. Hubungan mereka merenggan
"Di ujung jalan rumah kita. Dia parkir mobilnya di sana. Pas dia mau masuk mobil, kami datang sama polisi," jelas Harry sembari merengkuh bahu istrinya. "Sekarang kamu tenang ya, akan kupastikan dia mendekam di penjara dalam waktu yang lama, biar nggak bikin masalah lagi sama kita!" "Iya, Pi. Aku juga lega sekarang. Tapi, aku nggak habis pikir sama sikapnya tadi. Aku nggak nyangka aja dia bakal minta maaf dan sikapnya sama Arez juga baik banget. Padahal aku sempat kepikiran pas Arez hilang, dia bakal jahatin anak kita, tapi malah diantar sendiri ke sini." Anna mengungkapkan kebingungannya atas sikap Danu yang tidak seperti biasanya. "Mungkin pas bersama Arez dia jadi sadar. Ya, nggak ngertilah, tiba-tiba, dia bisa berubah baik kayak gitu. Tapi yang pasti, kita jangan sampai lengah gara-gara sikapnya itu. Dia harus dihukum, biar tahu rasa," ujar Harry. "Betul, walaupun Arez tidak apa-apa, papa juga tidak mau memaafkannya begitu saja. Dia harus mendapat balasan dari semua perbuatan
"Oh, Alhamdulillah. Ayo, Pa, kita jemput Arez." Harry sampai ingin menangis mendengar ucapan ayah mertuanya itu. Ia tak bisa membayangkan, kalau anak balitanya itu tak bisa ditemukan malam itu juga. Memikirkan anaknya yang ketakutan, atau mungkin kelaparan dan kehausan, membuat Harry merasa frustasi. Apalagi membayangkan respon istrinya, kalau ia gagal membawa pulang anak sulung mereka ke rumah malam itu juga. * Anna duduk di ruang tamu dengan mata merah dan sembab. Ia ditemani Adinda yang juga sama kondisinya dengan sang kakak. Keduanya menunggu khabar Arez dengan harap-harap cemas. Tak ada yang berbicara. Keduanya terus berdoa dalam hati. Sedangkan ibu mereka yang juga sangat terpukul oleh peristiwa itu sudah disuruh Anna untuk istirahat di kamar saja berapa saat yang lalu, begitu juga dengan Bu Ningsih, yang masih setia tinggal di rumah Anna untuk mengawasi para pengasuh kedua anak Anna. Suasana hening di ruangan itu dipecahkan oleh suara bel pintu yang berbunyi. Anna dan adik
Harry berjalan mengikuti di belakang tiga orang petugas polisi bersama ayahnya, ayah mertua, dan asisten ayahnya.Satu orang petugas polisi langsung mengetuk pintu rumah Danu. Awalnya tidak begitu keras, lama-lama semakin keras. Tapi, tetap tidak terdengar apa-apa dari dalam rumah. Tidak sabar, polisi itu pun kemudian memegang handle pintu dan menekannya ke bawah. Tiba-tiba, pintu itu terbuka dengan mudahnya. "Sialan! Ternyata tidak dikunci!" umpat aparat polisi itu kesal sembari mengibas-ngibaskan tangannya yang kebas karena cukup lama menggedor-gedor pintu itu. Kemudian, ia kembali siaga dengan senjatanya. "Ayo, kita masuk!"Dua orang temannya menganggukkan kepala sembari mengacung pistolnya ke depan. Tiga orang polisi itu pun mengendap masuk ke dalam rumah yang lampunya tidak dinyalakan. Tapi, sinar lampu teras yang masuk cukup untuk menerangi ruang tamu yang terhubung dengan ruang keluarga itu.Harry pun ikut mengendap masuk bersama Thohir dan Hendrawan, sedangkan Bimo, asisten H
"Kamu tunggu di sini, Mi. Jangan kemana-mana. Aku akan coba cari tahu ke ruangan CCTV," jawab Harry yang juga terlihat panik. Apalagi melihat Anna dan ibu mertuanya sudah mulai menangis."Papa akan telepon polisi." Ayahnya Anna pun segera mencari bantuan."Sialan! Siapa yang berani menculik cucu berhargaku! Akan kucincang sendiri orangnya nanti!" Hendrawan, ayah Harry yang juga hadir di acara ulang tahun cucu kesayangannya sekaligus sang penerusnya itu ikut mencak-mencak panik. Pria paruh baya itu pun kemudian mengajak Bimo, pengawalnya untuk turun tangan sendiri. Kedua orang itu pun buru-buru pergi dari tempat itu.***"Mami...Mami...." Arez langsung menangis lagi begitu mulutnya bebas dari bekapan Danu. Bocah kecil itu menatap takut pria yang kini mendudukkannya di jok depan mobil, lalu memasang safetybelt di tubuh mungilnya."Cup, cup, Sayang. Jangan nangis. Kita akan jalan-jalan berdua, ya?" Danu mengusap pelan pipi dan rambut bocah tampan itu."Om ciapa? Alez mau cama Mami...." A
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments