Share

6.

“Ngapain sih ondel-ondel kesiangan ke sini? Ganggu aja,” gerutu Juan.

“Heh, apa kamu bilang? Ondel-ondel kesiangan? Jangan kurang ajar ya, kamu!” bentak Riana.

“Yang kurang ajar itu kamu, seenaknya masuk ruangan orang gak permisi. Pergi sana,” usir Melani.

Riana mendengus kesal, kemudian dia menatap Alex dengan tatapan tidak suka.

“Alex, kamu udah bilang belum pesan Candra, suamiku,” ulang Riana.

Alex mengabaikan Riana seolah tidak ada wanita itu di sana. Mereka berbicara tentang bisnis yang membuat kepala istri Candra itu berdenyut.

Lima belas menit tidak ada jawaban, Riana ke luar sambil membanting pintu.

“Dasar gak punya sopan santun. Udah miskin harta miskin etika lagi,” cibir Alex.

“Kamu jangan menghina gitu Lex. Dia itu pelakor yang gak tau malu kesayangan si Candra,” timpal Juan.

Melani diam dan menatap kedua lelaki di depannya, lama dia menatap Alex seolah meminta jawaban atas apa yang dikatakan oleh Riana.

Alex menyadari maksud dari tatapan itu, dia batuk kecil sejenak lalu membuka suara.

“Candra minta pemisahan harta gono gini secepatnya,” tandas Alex.

Melani tersenyum patah mendengar itu.  Meski sudah bercerai tetapi hatinya sangat sakit, dan juga sedih saat mantan suami menuntut pembagian harta.

“Ternyata bener-bener gak ada aku di hatinya,” ucap Melani lirih.

Juan diam dan menatap Alex, dia merasa sedih dan prihatin atas perasaan Melani. 

“Udahlah, ngapain sih mikirin orang modelan begitu. Lupain aja dan mulailah cinta sama aku yang keren dan ganteng sejagat ini, masa matamu tertutup liat aku yang sangat tampan paripurna saat bulan purnama,” kelakar Juan.

Sontak saja Melani dan Alex tertawa mendengar perkataan Juan. Lelaki itu berusaha melempar guyonan segar, agar tidak lagi melihat wajah murung dari Melani. 

Melani kehilangan semangatnya untuk bekerja hari ini, dia menghabiskan banyak waktu untuk bersenda gurau dengan kedua lelaki tersebut.

“Eh  udah sore nih, pulang, yuk,” ajak Alex.

Mereka ke luar ruangan sambil melempar canda, bak perangai anak SMA di masa lalu. Alex menekan tombol lift dan tidak lama pintu terbuka.

Mereka masuk dan pintu kembali tertutup. Pintu kembali terbuka saat berada di lantai kantor Candra. Lelaki itu dan istri barunya masuk ke dalam. Sontak tawa yang tadi terdengar tiba-tiba diam. 

Hening …, tidak ada pembicaraan apapun, hanya suara helaan napas saja yang berasal dari Alex.

“Juan, anter ke toilet yuk. Aku pengen buang air,” ajak Melani.

“Mau kencing doang minta ditemenin, norak,” ejek Riana.

Melani tersenyum dan berlalu dari lift usai pintu terbuka. Candra menarik lengan Riana dengan keras hingga wanita itu kesakitan.

“Duh, sakit loh tanganku, Sayang,” keluh Riana.

Candra memilih diam dan berjalan menuju mobilnya. Saat akan ke luar dari area parkir dia melihat Juan sedang menyeka tangan Melani sementara Alex memegangi tas mantan istri.

“Ngapain sih itu orang deket-deket? Bikin kesel aja,” gumam Candra.

”Kamu bilang apa, Sayang? Aku ga denger jelas,” cakap Riana.

“Kamu bisa diem ga sih? Berisik tau gak,” kata Candra dengan ketus.

Riana mengerucutkan bibir dan melempar pandangan ke sembarang arah. Perasaan kesal di hatinya bertambah dengan sikap dan kata-kata dari suaminya.

Di tempat lain, seorang lelaki bertubuh tegap sedang berdiri di belakang seorang pria sepuh yang sedang bermain golf.

“Andre, katamu Melani udah cerai dari si benalu itu? Apa Dewa Juanda masih nemenin dia?” tanya Wandra Hartawan, Kakek dari Melani.

“Sudah, Tuan. Sepanjang jam kerja Tuan Dewa Juanda selalu menemani nona muda Melani,” jawab  Andre.

“Panggil Dewa Juanda kemari. Kamu lanjutkan mengawasi Melani,” pungkas Wandra. 

Lelaki yang bernama Andre, merogoh ponselnya lalu menghubungi seseorang. Usai berbincang beberapa saat dia kembali menghampiri Wandra.

“Tuan, saya sudah menghubungi Tuan Dewa Juanda. Katanya dia akan datang ke rumah Anda tiga jam dari sekarang,” tutur Andre.

Wandra mengangguk tanpa mengeluarkan suara, Andre pun pergi meninggalkan lelaki itu di sana.

‘Benalu sialan, beraninya bikin cucu kesayanganku sengsara. Tunggu saja waktunya maka akan ku balas rasa sakit Melani,’ batin Wandra.

Alex, Juan dan Melani kini sudah berada di kediaman pribadi milik mantan istri Candra tersebut. Mereka kini terlibat pembicaraan yang serius.

Juan tidak lagi melempar gurauan, dia turut memilah berkas serta membantu membuat surat pernyataan yang akan dikirimkan melalui surat elektronik esok hari.

“Udah sih kayanya ini,” cetus Alex.

“Aku juga udah kelar bikin surat pemberitahuan. Besok tinggal kirim email aja,” timpal Juan. 

Juan merogoh ponselnya di dalam saku, dia melihat sebuah pesan masuk di sana.  Usai membalas pesan lelaki itu menatap Melani kemudian menundukkan kepalanya.

Alex mengajak Juan untuk pulang karena sudah larut malam, Melani pun mengatakan bahwa dia lelah dan akan beristirahat.

“Kami pulang dulu, kamu jangan mikirin Candra lagi. Tidurlah,’ pesan Alex.

“Siap, Bos,” kelakar Melani.

Saat Juan akan masuk mobilnya, Alex menahannya sejenak kemudian melirik ke arah teras. Tidak ada Melani di sana, dia segera membuka suara.

“Juan, aku ngerasa gelagat kamu aneh dari tadi. Kamu gak merencanakan sesuatu yang melanggar hukum, kan? Gerak gerik kamu mencurigakan,” tandas Alex.

“Ngawur aja kamu. Tadi Kakek Wandra bilang mau ketemu, aku bilang bisanya malam dan langsung ke rumah beliau. Nah tadi pesannya Melani jangan sampe tau tentang pertemuan kami,” terang Juan.

Juan menemui Wandra di kediamannya. Tanpa basa-basi lelaki sepuh itu bertanya akan hubungannya dengan Melani.

“Maaf, Kek. Aku dan Melani tidak ada hubungan apa-apa selain pekerjaan dan pertemanan semasa SMA. Melani sudah tau perasaanku, tapi gak ada respon,” kata Juan.

“Anak itu bodoh sekali. Dia pasti masih mikirin si benalu itu, Juan, aku minta kamu temani Mel, ya,” pinta Wandra.

Juan mengangguk dan berjanji akan menjaga serta mengawasi Melani semampunya.

“Aku merestui hubungan kalian jika memang cintamu berbalas,” lanjut Wandra.

Siapa yang tidak mengenal keluarga Dewa Juanda? Pengusaha konglomerat, yang rendah hati serta sederhana.

Di tempat lain, Melani termenung menatap pantulan dirinya di cermin. Dia tidak habis pikir mengapa Candra memilih untuk berkhianat.

“Apa dia ga selera liat aku? Aku jelek ya. Ah, mungkin karena aku gak bisa melayani dia di ranjang. Dia suka yang binal sementara aku sendiri kaku banget,” gumam Melani. 

“Ah, sudahlah. Bukan gak berjodoh, tapi karena aku bodoh dan egois waktu itu. Mataku buta melihat kejanggalan dan setiap perubahan dari dia, aku terlalu bodoh untuk mau mendengarkan pendapat orang lain tentang dia. Ini pelajaran berharga,” sambungnya lagi.

Bulir bening membasahi pipi, ponselnya yang bergetar membuyarkan lamunan. Matanya membulat saat membaca nama yang tertera pada layar ponselnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status