Share

Resmi Bercerai

[Kamu di mana? Kok jam segini belom pulang sih?] tulis Candra dalam sebuah pesan.

[Bukan urusanmu,] balas Riana sengit.

Candra kesal dan membanting ponselnya ke atas kasur. Bagaimana bisa Riana tidak pulang sudah larut malam seperti ini. 

[Awas aja kalo berani macem-macem. Kamu itu bukan apa-apa kalo gak ada aku, Cuma seonggok daging yang jual diri demi gaya hidup,] cemooh Candra dalam pesannya.

Riana merasa sangat marah dengan balasan pesan tersebut. Kilat mata benci pun tampak dari sorot mata wanita tersebut.

“Sabar, Riana. Kamu itu kan emang pelakor, sebelum dapet hartanya kamu harus sabar,” gumam Riana.

Akhirnya dia memilih pulang daripada kehilangan sumber uang. Tiba di rumah dia melihat sang suami sedang berbaring sambil menatap serius ponselnya. Dia sengaja membanting tas di meja rias agar Candra menyadari keberadaannya.

“Udah pulang kamu? Kirain lupa jalan pulang,” sapa Candra dengan ketus.

“Ya ingetlah, masa lupa. Emang aku hilang ingatan apa,” cibir Riana.

“Kamu kenapa sih? Aneh banget,” ucap Candra.

Riana merutuk kesal di dalam hatinya, dia kemudian mengubah wajahnya menjadi sangat sedih sebelum menjawab pertanyaan Candra.

“Kamu yang aneh. Masa tadi aku ditinggal gitu aja kan kita berangkat bareng,” sungut Riana.

“Oh ... maaf yah, Sayang. Aku buru-buru jadi kelupaan,” ujar Candra sambil menepuk dahinya.

“Lupa apa lupa? Jangan-jangan kamu gak terima kalo bentar lagi mau cerai sama dia,” gerutu Riana.

Candra menjelaskan bahwa kini dia tidak memiliki perasaan apapun kepada Melani. Dia juga menceritakan rencananya untuk segera memisah harta serta saham miliknya, agar dengan mudah dia membuat usaha baru saat menjual sahamnya.

“Jadi kamu harus sabar dan buang cemburumu kalo masih mau idup enak,” pungkas Candra.

“Ah ..., jadi makin cinta deh.” Riana memeluk Candra dengan senang.

Candra kembali fokus pada ponselnya sementara Riana menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Bayangan senyum manis Melani, langkah anggun dan sikap manjanya berkelebat begitu saja di dalam pikirannya. Gelenyar rindu merayap di sudut hatinya.

“Kangen kamu, Mel,” bisik Candra.

Candra tersentak saat Riana memeluknya dari belakang, dan membuyarkan lamunannya. Istri barunya itu menciumi leher memancing gairah lelaki.

Aneh, Candra menepis dengan halus usaha yang dilakukan oleh Riana, hal yang biasa sangat dia sukai. Pikirannya kini tidak menentu saat bayangan Melani mengusiknya. 

Mendapat penolakan Riana merajuk dan memilih tidur dan menarik selimut hingga menutupi kepalanya, Candra tidak peduli dan kembali menatap ponselnya. Dia kemudian membuka akun sosial media, tampak olehnya unggahan Melani di sebuah tempat dan membaca keterangan gambar yang diunggahnya.

[Langkah terbaik adalah melepasmu membawa cinta yang dulu pernah ada, Meski sakit ini bukanlah apa-apa dari rasa sakit itu, dan membuatku sadar bahwa dunia di luar sana ternyata indah.]

Lama Candra menatap unggahan tersebut, bayangan masa silam berputar begitu saja mengisi benaknya sekarang. Rasa menyesal diam-diam menyelinap di palung hatinya.

“Dih, ngapain juga aku inget dia. Gak penting banget, sekarang aku udah bahagia punya istri cantik dan asik di ranjang,” cibir Candra. 

Candra meletakkan ponsel di atas nakas, lalu memilih tidur menyusul Riana  yang sudah terlelap terlebih dahulu. Suara dengkuran halus terdengar teratur, Riana perlahan bangkit dan mengambil ponsel milik Candra yang berada di atas nakas.

Matanya membulat sempurna saat melihat akun sosial media milik suaminya sedang melihat profil Melani. Dia kemudian memeriksa apa saja unggahan wanita itu, dia juga memeriksa semua pesan di ponselnya.

“Gak bisa dibiarin ini. Susah payah aku menjerat si Candra masa direbut lagi sama dia, enak aja,” gumam Riana.

Dia kemudian memblokir semua akun sosial media, termasuk aplikasi pesan berlambang gagang telepon tersebut. Riana juga menyadap ponsel Candra menggunakan aplikasi untuk mengetahui di mana keberadaannya, tidak lupa menyadap semua pesan masuk agar terkirim kepadanya juga.

Rasa tidak percaya pada pasangannya serta ambisi menjadi orang kaya membuat Riana melakukan tindakan yang demikian. Usai melakukan sesuatu pada ponsel suaminya dia meletakkan kembali dan membaringkan tubuh di sisi sang suami.

Alex mengurus sidang perceraian dengan baik dan putusan sidang diterima, dia memberikan akta cerai kepada Candra kemudian dia menuju kantor Melani.

“Wah, udah kelar aktanya? Sebulan doang yah nunggunya, keren kamu, Lex,” puji Melani.

“Idih aneh deh kamu. Di mana-mana orang kalo cerai itu mukanya sedih, melow, muram, nangis. Lah ini malah bahagia,” cetus Alex.

“Kamu ini berbisa banget deh ah. Sedih pastilah Lex, mana ada yang cerai gak ada sedih meskipun hati sakit begini. Aku mikirnya udah cukup aku bodoh selama ini, nerima semua kekurangannya yang dibalas dengan pengkhianatannya. Aku terima dia mandul, sikap kasarnya, kata-kata yang suka memaki, kemiskinannya, rela dibuang keluarga. Aku berharap bisa maju sama-sama dan menunjukkan sama keluargaku kalo dia bukan benalu, eh ternyata bener. Aku berhak bahagia dengan caraku sendiri, siapa tau dengan ini aku bisa dapet jodoh yang bener mencintai aku dengan tulus,” tutur Melani.

“Udah jelas orang yang bakal jaga kamu selamanya adalah aku,” celetuk Juan.

Melani mengarahkan pandangannya ke arah Juan, dia tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya yang dianggap sedang bergurau. Tawanya terhenti saat menyadari Alex dan Juan menatapnya dengan tatapan serius.

Juan menghampiri Melani dan duduk di sisi Alex kemudian menoleh sahabatnya itu. Mereka bertiga adalah sahabat di masa bangku sekolah menengah.

“Eh ada apa sih? Kok mukanya jadi serius banget,” tanya Melani dengan rasa penasaran.

“Ck, kamu ini bener-bener deh gak peka. Biasanya tuh laki-laki yang punya sikap begitu masa ini malah perempuan. Denger baik-baik Melani Hartawan, Dewa Juanda alias Juan itu serius sama kata-katanya barusan. Dia tuh memendam rasa dari sejak kita SMA bahkan kami pernah berantem rebutan kamu, begitu juga pas kuliah dia masih tetep cinta sama kamu. Apa kamu gak ngerasa aneh dia ikut aja ke luar negeri dan kuliah di kampus yang sama? Dia bener-bener  jagain jodoh orang pas kamu milih nikah sama si Candra, apa kamu tau dia rela jadi asisten kamu dan gak mau nerusin perusahaan punya Papanya? Gak tau kan? Tau apa kamu selain Candra brengsek itu,” ungkap Alex dengan kesal.

Dewa Juanda diam dan Melani menatap lelaki itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia merasa tidak percaya jika ternyata Juan mencintainya sedalam dan selama itu, mereka bukan berasal dari keluarga biasa saja, sudah pasti berulang kali dijodohkan dengan putri pengusaha kaya lainnya.

“Malah asik-asikan ngobrol bukannya kerja. Lagi ngatur pesta jadi janda ya? Seru kayaknya tuh,”

Mereka bertiga menoleh ke arah sumber suara dan kemudian saling bertukar pandang dengan wajah heran.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status