Share

Kehadiran Juan

Author: Dinara Sofia
last update Last Updated: 2024-01-19 19:22:03

“Andre, ngapain di situ? Sini bantuin aku buang sampah,” kata seorang petugas kebersihan.

Andre segera mengikuti petugas tersebut, sebenarnya banyak kejanggalan pada penampilan lelaki yang bernama Andre tersebut, entah mengapa kepala bagian kebersihan meminta untuk tidak terlalu peduli akan hal tersebut.

Melani merasa sangat senang karena sudah memamerkan kantornya kepada Candra tanpa dia harus bersusah payah. Dia juga puas karena sudah menghina lelaki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suami.

Kesibukan kembali menenggelamkan Melani, banyaknya berkas membuat dia lupa waktu, hingga Dewa Juanda sang asisten mengingatkan untuk makan siang.

“Masih banyak berkas yang harus aku periksa, Juan. Beliin makanan dong yang enak,” pungkas Melani.

“Siap, Bos. Mau makan apa nih? Jangan bilang terserah, pusing aku,” kelakar Juan.

Dewa Juanda atau biasa disapa dengan Juan adalah sahabat Melani sedari bangku SMA, hingga bisa berbicara santai  jika tidak ada tamu dan mereka hanya berdua atau bertiga dengan Candra.

“Asal jangan ada udang, kamu kan tau aku alergi,” sahut Melani.

Juan segera memesan beberapa jenis makanan dan juga hidangan penutup serta minuman yang sesuai dengan selera sahabatnya itu. Tidak sampai tiga puluh menit pesanan sampai di ruang tunggu dan Juan pergi menjemput.

“Silakan makan, Tuan Putri,” gurau Juan lagi.

Sebagai sahabat dia tentu tahu jika Melani sedang bermasalah. Namun, dia enggan untuk bertanya jika sahabatnya itu tidak menceritakan. Juan sebaya dengan Melani dan belum menikah hingga saat ini. Cintanya terpendam kepada wanita yang menjadi sahabat sampai detik ini.

“Ayolah makan, masa aku makan sendirian,” ajak Melani.

“Woiya jelas aku makan juga, kan itu ada makanan kesukaan aku, enak aja kamu makan sendiri.” Juan menyodorkan kotak makanan kesukaan Melani.

Melani tertawa lepas melihat tingkah sahabatnya itu, hingga saat ini dia tidak tahu perasaan Juan sebenarnya.

Untuk pertama kali sejak badai prahara rumah tangganya Melani tertawa lepas. Raut wajah bahagia dan sinar matanya sedikit kembali. Juan memandangi keindahan ciptaan Tuhan di depannya sambil sesekali melempar canda dan lelucon ringan.

Satu jam sudah makan siang pun usai. Melani merasa perutnya sangat penuh dengan makanan yang semuanya habis tak bersisa.

“Kamu ini paling pinter milih makanan, apa aja yang kamu pesan buat aku pasti abis aku makan,” puji Melani.

“Iya dong, namanya juga kekuatan semlehong hileng hongkeng,” kata Juan asal.

Melani kembali tertawa hingga tampak deretan gigi yang rapi serta lesung pipi di sebelah kanan.

Juan menatap Melani dengan penuh cinta, ‘ya Tuhan, indah sekali tawa sama senyuman wanita yang aku cintai ini,’ batinnya.

“Baiklah, berhubung waktu makan siang udah abis dan hari makin sore, sebaiknya Tuan Putri lanjut sibuk, karena aku Pangeran kurang kerjaan nan sok sibuk ini mau melakukan ritual di depan laptop.” Juan membereskan kotak makanan dan membuangnya ke tempat sampah.

Tanpa menunggu jawaban dari Melani, dia ke luar ruangan dan kembali ke mejanya yang berada tepat di seberang. Kaca transparan memungkinkan Juan untuk sesekali mencuri pandang pada wanita pujaan hati.

Melani kini kembali tenggelam dengan kesibukanya, hingga pukul empat sore masih saja berkutat dengan berkas dan laptop. Juan berinisiatif untuk ke kantin membeli kopi kegemaran Melani.

Kembali dari kantin, di dalam lift dia bertemu dengan Riana yang sibuk merapikan pakaiannya yang minim dan menatap sinis ke arah Juan.

“Apa liat-liat, kaya ga pernah liat orang cantik aja,” sungut Riana.

Juan tidak peduli dengan Riana hingga lift berhenti di lantai lima. Lelaki itu melipat kening dan memperhatikan ke mana wanita tadi berjalan.

‘Ngapain itu ondel-ondel kesiangan ke kantornya Candra?’ batinnya.

Pintu lift tertutup dan kembali menuju lantai tujuh, sesampainya di meja dia melihat Melani sedang memijat kening. Waktu yang tepat untuk minum kopi, begitu pikirnya.

“Mel, minum kopi yuk. Nih aku bawain buat kamu, ada donat sama Cinnamon Roll kesukaan kamu.” Juan meletakkan kopi dan kue yang dibawanya di atas meja sofa tamu.

Mata Melani berbinar. Keadaan Juan benar-benar membantunya saat ini. Selain menghalau rasa sedih dia juga paham betul apa yang menjadi kesukaannya juga mampu memilih waktu yang tepat.

Melani menggigit kue terlebih dahulu daripada menyeruput kopinya. Memang begitulah kebiasaannya, menyadari di pandangi Juan sedari tadi Melani tersedak.

“Wo ..., pelan-pelan gaes ga bakalan aku minta,” ujar Juan.

Lelaki itu menyodorkan satu botol air mineral yang diambil dari lemari pendingin di ruangan tersebut.

“Kamu ngapain sih ngeliatin aku begitu, kan aku jadi keselek,” gerutu Melani.

“Aku tadi ketemu sama ondel-ondel kesiangan yang ke kantor suamimu. Otakku mulai mikir dari tadi, ada apa sama sahabatku ini? Kenapa sih dia ga berubah dari dulu ga mau cerita bahkan sama aku sahabatnya yang paling ganteng, rupawan seantero jagad ini,” cakap Juan.

Senyum di wajah Melani mendadak sirna. Wajah sendu tampak jelas. Melihat perubahan itu Juan merasa tidak enak hati.  

“Ngeliat muka yang lecek kaya duit buat bayar parkir, ditunda aja kapan-kapan kalo inget,” tandas Juan.

Lelaki itu meninggalkan Melani sendiri. Lagi-lagi dia tersenyum di tengah gempuran suasana hati yang sedang perih.

Tidak mau ambil pusing, dia kembali tenggelam dengan kesibukan hingga kini pukul delapan malam. Juan kembali dan mengajak Melani pulang.

Melani bersiap pulang dan merapikan meja serta memeriksa semua perangkat elektronik di mejanya kalau-kalau ada yang belum di padamkan.

“Mel, kamu capek? Ikut aku yuk!” seru Juan.

“Boleh, yuk lah,” sahut Melani.

Keduanya menuju lahan parkir yang sudah mulai sepi. Mereka mengendarai mobil masing-masing. Juan membawa Melani ke sebuah cafe yang memiliki atap tinggi, tempat itu sangat unik di tengah kota seperti ini. Pemandangan indah dengan lampu khas kehidupan kota.

Melani menatap takjub dan sangat senang dengan pandangan itu, matanya berbinar dan sejenak melupakan penatnya hati,  tubuh serta pikiran.

Wanita itu kembali terkejut ketika dua orang pelayan cafe membawa tiga kotak kembang api. Juan membakar ujung kembang api dan menyerahkannya kepada Melani.

“Kereeen banget, aku suka, Juan,” celetuk Melani.

Juan terus saja membakar kembang api hingga habis. Dia tahu betul jika Melani sangat menyukai kembang api. Mereka kembali menatap indahnya lampu dan kesibukan kota sambil berdiri di besi pembatas.

“Kok kamu bisa tau sih tempat begini? Bagus banget tau. Sering ke sini sama pacar kamu ya,” goda Melani.

“Aku biasa ngabisin waktuku di sini sampe diusir, hahaha,” sahut Juan.

Melani menatap Juan. Lelaki yang ditatap malah gugup. Jantungnya berdegup kencang seolah akan melompat dari dalam. Tangannya sedingin es dan tingkahnya menjadi aneh serta wajah memerah dan telinga terasa panas.

Menutupi gugup, Juan pura-pura batuk dan meminum air. Sayangnya air di dalam gelas menjadi tumpah membasahi wajah serta kemeja karena tangan yang tidak berhenti gemetar.

“Kamu kenapa? Biasanya kamu begitu kalo gugup. Ada apa? Takut ketinggian? Katanya sering ke sini, gimana sih,” resah Melani.

Juan menatap Melani lalu tersenyum kecut. “Dasar gak peka,” gumamnya.

“Hah? Apa? Aku gak denger,” sosor Melani.

“Kamu seneng gak? Udah ilang capeknya?” tanya Juan.

“Aku seneng pake banget. Makasih yah, emang kamu yang terbaik deh,” puji Melani.

Juan tersenyum lalu mengajak Melani pulang.

‘Indah banget malem ini, terima kasih, Tuhan,’ batin Juan berbisik. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibuang Suami Dinikahi Pengagum Rahasia   Tamat

    Diam-diam Juan dan Ambar menyusun rencana dengan cermat untuk menyelamatkan Melani dan menangkap Alex, lalu menyerahkan kepada pihak berwajib. Tidak lama, tiga unit mobil berwarna hitam mengapit kendaraan Juan, lelaki itu meminta Alex agar berhenti. Empat lelaki bertubuh kekar datang dan mengetuk jendela, Juan meminta Alex membuka pintu. Seorang pria dengan sigap menarik Alex dari balik kemudi, asisten Melani tersebut meronta dan salah seorang merogoh saku untuk mengambil ponsel milik Aex. “Hei, apa-apaan ini? Bos, tolong!” teriak Alex panik. “Bawa dia dan tunggu kabar dariku,” perintah Juan. “Baik, Tuan,” ucap seorang lelaki dengan suara bariton yang khas. Juan ditemani salah seorang pengawal yang mengemudi segera menuju tempat Melani disekap, sementara Ambar menunggu Juan tiba. Sebuah pesan masuk ke ponsel Juan, dia membuka pesan yang berbentuk rekaman video. Seketika wajahnya memerah karena marah dan terdengar umpatan berkali-kali. “Kurang ajar, mereka main-main sa

  • Dibuang Suami Dinikahi Pengagum Rahasia   53

    Keesokan harinya Melani mulai mengurangi interaksinya dengan Alex, meski tidak tampak sedang menghindar tetapi sang asisten bisa merasakannya.Sudah seminggu Melani selalu bersama Ambar, Alex lebih sering mengurus tugas di kantor dan sesekali mereka pergi bertiga.Alex semakin kesal karena tidak bisa berduaan dengan Melani, di mejanya dia meremas kertas yang sedang dipegang dengan tatapan penuh amarah.‘Baiklah, sepertinya ini terlalu lama untuk aku biarkan. Juan sialan itu harus merasakan akibatnya,” batin Alex.Dia menatap komputer dan memilih beberapa file penting dan mengirimkan ke seseorang, dia kemudian menyunggingkan senyum licik.[Bos, data penting sudah kukirim. Jangan lupa bayaran ya.] Alex menulis pesan kepada seseorang.Tidak lama sebuah pesan masuk ke ponsel Alex, ternyata notifikasi atas sejumlah pembayaran secara daring. Lelaki itu tersenyum puas kemudian dia menulis pesan dan mengirimkan kepada beberapa orang dengan isi yang sama.Sesuai kebiasaan Melani, dia pulang te

  • Dibuang Suami Dinikahi Pengagum Rahasia   52

    Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat, satu bulan sudah Alex dan Ambar bekerja dengan Melani. Mereka sangat akrab bak saudara.Alex selalu berperan penting dan selalu berada di depan jika Melani membutuhkan bantuannya dan juga dua rekannya, alasannya karena dia adalah lelaki di sana. Tentu saja Ambar dan Lisa merasa sangat senang, tanpa tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dengan baik oleh lelaki tersebut.Kabar bahagia juga datang dari Rita dan Candra, ternyata wanita tersebut hamil tiga minggu. Hal ini diketahui saat mereka memeriksa kesuburan Candra. “Apa rumah sakit yang dulu salah kasih hasil? Jangan-jangan anak riana kemaren itu beneran anakku? Ah, kok jadi bingung aku,” kata Candra.“Kamu ini sebenernya seneng gak sih aku hamil? Kok malah mikirin masa lalu,” rajuk Rita.“Seneng dong, Sayang. Cuma kepikiran aja kok tadi aku minta maaf ya, lain kali gak aku ulangi,” sesal Candra.Begitulah kehidupan mereka berjalan dengan baik dan penuh bahagia, begitu juga dengan Melani

  • Dibuang Suami Dinikahi Pengagum Rahasia   51

    [Ada kabar baru nih, Tuan Juan lagi cari asisten sekaligus bodyguard buat istrinya. Kamu tau kan harus apa,] ucap wanita muda yang mencuri dengar pembicaraan Juan.[Oh ya? Kerjaan bagus. Nanti aku transfer uang jajan kamu kalo udah gajian.] Lelaki yang menjadi lawan bicara mengakhiri pembicaraan telepon.Keesokan harinya seorang lelaki datang menemui Rita dan melamar pekerjaan, karena memiliki kriteria yang dibutuhkan oleh atasannya maka dia menerima lelaki itu dan seorang wanita lain yang cakap dan juga cekatan.Juan kini kian sukses dan bertambah sibuk. Dia sengaja menutupi dari Melani tentang kesibukannya belakangan ini, Juan merasa tertekan karena tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat dan kerap kesulitan membagi waktu untuk keluarga kecilnya di rumah. Apalagi saat melihat Melani yang kerap memarahi putra mereka, sebenarnya dia merasa sedih karena perhatiannya terbagi.Juan memiliki ide untuk membantu mengurangi beban pekerjaan sang istri di kantor, Juan memutuskan untuk mempe

  • Dibuang Suami Dinikahi Pengagum Rahasia   50

    Candra menghela napas kemudian diam sejenak sebelum mengutarakan pikirannya.“Iya, Sayang. Memang disiplin harus sejak dini supaya kelak dia gak seenaknya, kalau aku boleh saran nih, gimana kalo disiplin itu dimulai umur tiga tahun? Kan dia udah mulai tuh paham, udah bisa ngomong juga. Kamu gak perlu sering marah, tinggal tegur trus hukum dia kalo melanggar lagi. Gimana?” tawar Juan.“Masuk akal sih, Sayang, tapi kayanya bakal rada telat kalo kita ngajarin Rafael dari umur tiga tahun deh. Pas hamil aku kan baca-baca di internet, masa keemasan anak itu dari dia hidup sampai umur dua tahun, ada juga yang menulis masa itu dari baru lahir hingga umur lima tahun. Aku gak mau anak kita terlambat dididik, makanya tadi aku marah,” urai Melani.“Oke, jangan terlalu keras ya. Aku gak ulangi bela dia kalo lagi kena marah, biar dia tau kesalahannya dan gak diulang. Kamu jangan marah lagi dong.” Juan merayu sang istri dengan mencium puncak kepalanya.Bagi Juan, kehidupan rumah tangganya penuh deng

  • Dibuang Suami Dinikahi Pengagum Rahasia   49

    “Apalagi sih? Perasaan dari tadi aneh terus deh sikap kamu,” sembur Rita.“Itu liat.” tunjuk Candra.Tampak oleh Rita seorang wanita dengan wajah sombong berjalan ke arah mereka.“Ah, dunia ini sempit ya, Mas. Takdir bawa kamu kembali sama aku.” Riana bergelayut di bahu Candra.Rita mendorong Riana agar menjauh dari sang suami, meski dia tidak mengenal siapa wanita yang berada di depannya, istri Candra meyakini bahwa yang sedang menggoda suaminya bukan wanita baik-baik.Candra memeluk pinggang sang istri dengan mesra kemudian mencuim mesra pipinya, wajah Riana tampak merah karena merasa sedang diejek.“Ini istri aku, sebaiknya kamu menjauh dari hidup kami karena aku punya kebahagiaanku sendiri. Minggir sana,” usir Candra.“Kamu jangan gitu dong, Sayang. Dia pasti gak bisa melayani kamu dengan baik, pasti jauh lebih aku dari dia. Kamu inget kan kalo aku yang terbaik,” ucap Riana penuh rasa percaya diri.“Maaf, aku gak tertarik lagi sama pelakor seperti kamu,” cemooh Candra.Sepasang pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status