Share

Bab 4

last update Huling Na-update: 2024-05-18 22:18:49

“Paman!” Nona langsung berdiri begitu melihat Prabu datang.

“Ada apa? Kenapa penampilanmu tampak berantakan seperti ini?” tanya Prabu begitu berhadapan dengan sang keponakan.

Prabu pun mengajak Nona untuk duduk dulu, bahkan meminta sekretarisnya untuk membuatkan minuman.

“Ada Apa? Rafa menyakitimu lagi?” tanya Prabu menebak, seolah sudah biasa mendengar hal itu.

Nona menunduk karena merasa malu sebab dulu sering membantah apa yang diperingatkan sang paman, menyesal karena semua perkataan pamannya itu benar.

“Maaf Paman karena tidak mempercayaimu. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana sekarang,” ujar Nona. Air matanya kembali menetes di pipi, kesedihan kini benar-benar sedang membelenggunya.

Prabu menghela napas kasar, lantas mengambil tisu dan memberikan ke Nona.

“Coba ceritakan apa yang terjadi kepada Paman,” kata Prabu sambil menyodorkan lembaran berwarna putih itu ke sang ponakan.

Nona pun mengambil tisu itu, lantas menceritakan semua yang terjadi, termasuk perselingkuhan juga pengakuan Rafa jika hanya memanfaatkannya saja. Bahkan jika sekarang Nona diusir dan akan diceraikan. Prabu sangat terkejut mendengar cerita Nona, dia ikut geram karena Rafa benar-benar sudah kelewatan.

“Aku sudah tidak tahu lagi harus ke mana, Paman. Aku tidak punya rumah untuk pulang,” ujar Nona di sela isak tangisnya.

Prabu juga tidak bisa berbuat banyak jika sudah seperti ini, hingga akhirnya meminta Nona untuk tinggal sementara di tempatnya.

“Daripada kamu tinggal di tempat yang tidak jelas, lebih baik kamu di tempat paman dulu,” ucap Prabu menawari.

“Apa tidak akan merepotkan Paman?” tanya Nona sedikit ragu.

“Tentu saja tidak,” jawab Prabu meyakinkan, hingga akhirnya Nona setuju.

“Setelah aku dapat pekerjaan, aku janji akan segera pindah,” ucap Nona yang tidak enak hati dan sedikit malu meminta bantuan Prabu.

“Kamu jangan memikirkan itu dulu, yang terpenting sekarang kamu memiliki tempat tinggal,” ujar Prabu yang memahami kesedihan Nona saat ini meski dia sendiri pun sedang ditimpa masalah.

**

Di kantornya, Segara bertemu dengan Nic–ayahnya. Nic datang ke kantor karena ingin membahas hal penting dengan putranya itu.

“Kenapa Papa datang ke sini?” tanya Segara saat sudah duduk bersamaa Nic.

Nic memperhatikan Segara yang terlihat santai dan tenang, tidak menyangka jika putranya akan berubah sedrastis ini. Ternyata Nic diam-diam menyelidiki apa yang dilakukan Segara. Putranya itu semakin lama semakin menghindari interaksi dengan keluarga, hingga membuat Nic curiga. Tabiat Segara menjadi buruk, membuat Nic semakin cemas dengan kondisi mental salah satu putra kembarnya itu.

“Ga, katakan ke papa yang sejujurnya. Apa benar kamu selama ini sering bermain-main dengan wanita bayaran?” tanya Nic menyelidik, ditatapnya sang putra yang duduk di hadapannya.

Segara cukup kaget mendengar pertanyaan Nic, tapi pria itu mencoba tenang dan tidak menunjukkan rasa terkejutnya sama sekali.

“Jawab! Apa kamu sekarang suka bermain wanita?” Suara Nic meninggi karena Segara tidak menjawab pertanyaannya. Ditatapnya Segara yang terlihat tenang dan tidak merasa takut sama sekali.

“Ya,” jawab Segara singkat, bahkan tampak sangat santai hingga membuat Nic geram.

Nic terperangah mendengar jawaban Segara, tidak menyangka kalau putranya akan mengaku begitu saja, serta tidak mengelak sama sekali.

“Apa kamu sadar dengan yang sudah kamu lakukan, hah? Sikapmu kali ini benar-benar sudah keterlaluan! Hentikan semua kegilaan ini, jika kamu masih ingin aku anggap anak! Jika kamu tidak mau berhenti bermain-main dengan wanita tidak benar, maka aku akan mencoretmu dari daftar keluarga! Aku tidak akan pernah menganggapmu anak lagi!” Murka Nic karena mengetahui kelakuan putranya.

Bukannya takut, Segara malah tersenyum mencibir kemudian menyindir ayahnya itu.

“Memamg aku anak Papa? Bukankah anak Papa hanya Biru?”

Nic terkejut dan bingung, kenapa Segara sampai bicara demikian. Semua orang tidak pernah tahu kalau Segara sebenarnya menyukai Senja-calon adik ipar yang merupakan anak angkat Nic dan Mina, mereka hanya tahu kalau Segara menyayangi Senja sebatas adik, beda dengan Biru yang memang sejak awal tidak mengakui Senja sebagai adik. Sampai akhirnya mereka pun tidak tahu kalau perubahan Segara diakibatkan karena Senja yang akan menikah dengan Biru.

“Apa yang kamu katakan, hah?” Nic masih emosi karena pengakuan Segara.

“Coba Papa yang pikirkan baik-baik,” ucap Segara begitu santai.

Nic sampai mengepalkan telapak tangan, benar-benar tidak menyangka kalau Segara akan berubah menjadi pria dingin dan pembangkang.

“Aku tidak ingin berdebat denganmu, hanya saja aku ingin kamu menghentikan semua perbuatan gilamu ini. Stop tidur dan bergonta-ganti wanita. Kamu lebih baik mencari pendamping hidup, yang benar-benar mau bersamamu!” Nic mencoba menyudahi perdebatan yang dia mulai sendiri.

“Aku belum memikirkan sampai ke sana, aku masih ingin menikmati hidupku. Berhentilah menasihati dan mengekang, jangan lagi ikut campur urusanku!” Segara mengakhiri perdebatan mereka, dengan cara meminta ayahnya diam dan tidak lagi mendebat dirinya.

Nic benar-benar pusing karena kelakuan Segara, tidak menyangka tabiat Segara bisa berubah dan sangat bertolak belakang dari sebelumnya.

_

Setelah ayahnya pergi, Segara memilih pulang ke rumahnya. Dia memang tinggal sendiri dan memilih memisahkan diri sejak Biru dan Senja mendeklarasikan hubungan. Bukankah dia akan tersiksa jika masih tinggal satu rumah dengan mereka. Cinta yang bertepuk sebelah tangan, kemudian sang pujaan hati memilih saudara kembarnya, itu sangat melukai hati Segara.

Segara melepas jas dan dasi lantas meletakkan di sandaran sofa. Dia pergi ke dapur untuk menyeduh secangkir kopi, saat menunggu air mendidih, Segara tiba-tiba mengingat Nona yang tadi ditemuinya di depan ruangan Prabu.

“Wanita itu? Siapa dia?” Segara tiba-tiba memikirkan Nona yang baru sekali ditemuinya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dibuang Suami Dinikahi Sultan   Bab 115 : Final

    Delapan bulan kemudian.Suasana sebuah rumah sakit tampak ramai seperti biasa. Di salah satu ruang inap yang ada di sana, Nona berbaring dengan wajah pucat dan tampak lemas karena baru saja melahirkan.Nona memandang orang-orang yang ada di ruangan bersamanya, meski dia lelah, tapi semua itu terbayarkan dengan melihat senyum orang-orang yang ada di sana, terutama Segara.“Dia menggemaskan, ‘kan?” tanya Segara ke Mina yang sedang menggendong anaknya dan Nona.“Iya, dia tampan sekali,” balas Mina dengan tatapan tidak teralihkan dari bayi yang ada di gendongan.Nona melahirkan anak laki-laki yang sangat tampan. Di saat Nona bahagia dengan kelahiran bayinya, ada Senja yang dua kali lipat merasakan kebahagiaan, sebab sebentar lagi dia bisa menikah dengan Biru.“Bisa tampan begini, dia mirip siapa ya?” Mina memperhatikan dengan seksama wajah cucunya.“Sepertinya mirip Nona dan Se

  • Dibuang Suami Dinikahi Sultan   Bab 114

    Setelah makan siang di kantin. Nona kembali ke ruang kerja bersama Segara. Di sana dia duduk di sofa sambil memandang suaminya yang kini sudah fokus ke pekerjaan.“Apa benar kalau kamu yang melaporkan Austin ke polisi?” tanya Nona yang sejak tadi penasaran.“Bukan, aku hanya cepu,” jawab Segara dengan entengnya.Nona berdecak mendengar jawaban sang suami. “Itu sama saja,” balasnya gemas.Segara melirik Nona yang terlihat cemberut dan kesal karena ucapannya, hingga dia tersenyum-senyum dan membuat Nona akhirnya tertawa.“Oh ya. Tante Maya ingin pergi dari panti asuhan bu Dewi untuk melanjutkan hidupnya.”Segara mengerutkan kening menatap Nona sekilas, kemudian berkata, “Baguslah, setidaknya dia tidak patah semangat dan tidak terus bergantung kepada orang lain.”“Hem … meski sebenarnya aku merasa sangat kasihan, tapi mau bagaimana lagi,” ujar Nona sambi

  • Dibuang Suami Dinikahi Sultan   Bab 113

    [Terima kasih Nona, karena kamu sudah mau membantu kami.][ Oh… ya apa mungkin kamu mau membeli rumah Papa? Kami akan menjual rumah itu untuk mencari rumah yang agak kecil ]Nona terdiam. Ia tiba-tiba saja merasa kasihan, tapi tidak mungkin bisa membantu dengan membeli rumah itu. Mencoba untuk bersikap biasa, Nona pun membalas pesan Sandra.[Bagaimana kondisi Paman?]Nona mengirimkan pesan itu dan menunggu jawaban dari sang sepupu, hingga beberapa saat kemudian Sandra membalas.[ Kondisi Papa sudah membaik setelah menjalani operasi.]Meski membenci prabu, tapi Nona merasa lega. Ia pun meminta Sandra untuk terus menjaga Prabu dengan baik.Segara yang baru selesai rapat tampak berjalan sambil memasukkan tangan kirinya ke saku celana. Ia pun menyapa Emir dan diberitahu kalau Nona ada di ruangan. Segara terlihat senang dan langsung masuk. Begitu melihat Nona yang sedang fokus menatap ponsel, pria itu pun mendekat dan langsung mereb

  • Dibuang Suami Dinikahi Sultan   Bab 112

    Mata Nona langsung berbinar, dia senang mendengar kata rujak yang baru saja Senja ucapkan.“Kamu turun dulu, aku akan menyusul,” balas Nona.Senja mengangguk dan meninggalkan Nona lebih dulu. Kakak iparnya itu berniat pamit ke Segara.“Mama bikin rujak, aku mau ikut makan,” kata Nona tanpa mendekat karena takut ditahan oleh sang suami.“Tidak! kamu tidak boleh keluar dari sini. Kamu harus membayar hutang dulu,” balas Segara.“Tapi aku pengen banget. Kamu harus tahan dulu nafsumu, ini demi anak kita.”Setelah mengatakan itu, Nona pun kabur keluar kamar. Ia berjalan cepat takut jika sampai sang suami mencegah.Segara pun berteriak-teriak frustasi melihat Nona kabur, hingga akhirnya dia pun memilih keluar dari kamar dan menyusul Nona ke bawah.Segara ikut makan rujak, sengaja menunggui Nona agar cepat selesai dan segera kembali ke kamar.

  • Dibuang Suami Dinikahi Sultan   Bab 111

    Hari Minggu pagi Nona memilih pergi ke rumah mertuanya bersama sang suami. Pembantu rumah mengatakan jika Mina dan Senja ada di belakang sedang berkebun, sehingga Nona pun memilih menyusul ke sana meninggalkan Segara yang berbelok ke dapur untuk mengambil minum.Saat sampai di belakang rumah. Nona melihat Senja sedang membantu Mina menanam bunga, Nona pun mendekat dan langsung menyapa.“Eh, kamu datang sama Segara 'kan?” tanya Mina saat melihat sang mantu.“Iya, Ma. Dia di dalam tuh, langsung mau minum katanya,” jawab Nona.“Kayak habis lari-lari aja dia, datang-datang langsung minum,” seloroh Senja.Mina dan Nona pun tertawa mendengar candaan Senja. Semenjak dibantu gadis itu dari penculik yang ingin membuatnya celaka, Nona memang bersikap baik ke Senja.“Ngomong-ngomong Nona, apa kamu tidak ngidam?” tanya Mina tiba-tiba. Ia sampai menghentikan gerakan tangannya yang sedang memegang sekop kecil untuk menoleh Nona.&nb

  • Dibuang Suami Dinikahi Sultan   Bab 110

    Segara benar-benar berubah menjadi suami idaman yang sangat perhatian. Sosoknya yang kaku seperti kanebo kering kini hangat bak selimut bulu.Nona melebarkan senyum, dia senang karena Segara menemaninya seharian. Mereka duduk sofa yang terdapat di kamar, menikmati buah sambil menonton acara televisi.Hingga saluran televisi yang sedang ditonton Nona, menayangkan acara sekilas info, yang berisi berita atau peristiwa terbaru.“Buka mulutmu,” perintah Segara yang siap menyuapi Nona dengan potongan buah mangga.Nona membuka mulut dan membiarkan sang suami menyuapi, bahkan mengabaikan pembawa berita yang sedang membacakan berita terkini.‘Seorang wanita menjadi korban penusukan. Di depan banyak pengunjung sebuah kafe, pria berinisial RF menusuk wanita bernama KR berulang kali, hingga membuat korban terluka sebelum akhirnya meninggal dunia.’Mendengar inisial nama yang seperti familiar di tel

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status