Share

Bab 7

Penulis: Phoenixclaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-19 15:10:33

Naira menatap cincin di tangannya, jemarinya sedikit gemetar. Arga melamarnya bukan sekadar basa-basi atau sekadar janji kosong. Pria itu serius. Tanpa banyak berpikir lagi, ia mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil.

"Baiklah, Arga. Aku menerimanya."

Arga mengangguk, tak ada ekspresi berlebihan di wajahnya, tapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang terlihat lebih lembut dari biasanya. "Baik. Aku akan mengatur semuanya."

Beberapa hari kemudian, Naira duduk di dalam mobil Arga, memandangi jalanan yang semakin jauh dari kehidupannya yang dulu. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan debar jantungnya yang tak menentu. Ini bukan hanya tentang pernikahan ini tentang memulai kembali sesuatu yang baru.

Mobil berhenti di depan sebuah rumah megah dengan arsitektur klasik yang memancarkan kesan elegan. Pilar-pilar tinggi dan taman luas menyambut mereka, menandakan kebangsawanan keluarga ini yang tak bisa disangkal. Naira merasa perutnya sedikit bergejolak. Ia tak pernah membayangkan akan berdiri di tempat seperti ini.

Arga, yang duduk di sebelahnya, menoleh dan menyentuh tangannya sekilas. "Siap?"

Ia menelan ludah, lalu mengangguk. "Siap."

Begitu mereka masuk, nuansa rumah yang mewah tapi hangat menyelimuti suasana. Di ruang tamu yang luas, tiga sosok sudah menunggu ayah dan ibu Arga, serta sang kakek yang duduk dengan penuh wibawa.

"Jadi, ini wanita pilihanmu?" suara berat sang kakek terdengar, matanya tajam meneliti Naira, namun perlahan, senyuman tipis terukir di wajahnya. "Akhirnya kau membawa seseorang ke sini, Arga. Aku sudah hampir kehilangan harapan."

Ayah dan ibu Arga saling bertukar pandang sebelum tersenyum ramah. Sang ibu bangkit, mendekati Naira, lalu meraih tangannya dengan lembut. "Selamat datang, Naira. Kami sudah mendengar banyak tentangmu."

Naira mengangguk hormat. "Terima kasih, Tante. Om."

"Panggil saja Ibu dan Ayah," sang ayah berkata tegas, namun penuh kehangatan. "Kau sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga ini."

Naira menatap mereka dengan mata sedikit membesar. Ia mengira akan menghadapi tatapan meremehkan, pertanyaan tajam, atau sikap skeptis. Namun, tidak ada itu semua. Hanya penerimaan.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa benar-benar diterima. Benar-benar dihargai.

Satu bulan setelah Arga melamar Naira, kabar pernikahan pewaris tunggal Grup Wijaya kini mengejutkan karyawan perusahaan. Arga Pratama Wijaya yang dikenal dingin dan tak tertarik asmara, kini akan menikah.

Reyhan, yang sudah dua tahun bekerja di bawah Arga, tahu betul betapa dingin dan selektif bosnya itu. Maka, saat kabar pernikahan menyebar, rasa penasarannya tak terbendung.

"Siapa wanita yang berhasil menaklukkan Pak Arga?" gumamnya sambil menyeruput kopi di pantry kantor.

Beberapa rekan kerja hanya mengangkat bahu. Tidak ada yang tahu pasti. Nama calon pengantin masih dirahasiakan dari media, meskipun berita pernikahan ini sudah jadi perbincangan hangat di industri bisnis.

"Acaranya besok. Pasti media akan menyebarkannya," ujar salah satu rekan. "Direktur seperti Pak Reyhan pasti hadir, kan? Jadi, kasih bocoran dong soal paras Nyonya Bos nanti Pak."

Reyhan hanya tersenyum kecil. "Pasti dia wanita yang luar biasa. Tidak mudah menghadapi Pak Arga yang kaku dan dingin itu. Aku harus mengenalnya."

Hari pernikahan yang dinanti akhirnya tiba. Hotel mewah yang menjadi lokasi pernikahan Arga dan Naira telah dihiasi dengan elegan, bunga-bunga putih dan emas mempercantik setiap sudut ruangan. Para tamu dari kalangan bisnis dan sosialita telah hadir, menjadikan acara ini salah satu pernikahan paling bergengsi tahun ini.

Reyhan melangkah bersama Raisa. Raisa tampak memesona dalam gaun malam berwarna navy, rambutnya disanggul elegan, dan tangannya bergelayut manja di lengan Reyhan.

Begitu mereka tiba, mereka hanya melihat Arga berdiri tegap di atas pelaminan. Tidak ada tanda-tanda mempelai wanita.

Waktu berlalu, dan tiga puluh menit kemudian, suasana mulai berubah. Alunan musik harpa lembut mengiringi pintu besar yang perlahan terbuka, memperlihatkan sosok Naira yang berjalan dengan anggun.

Langkahnya ringan, penuh percaya diri. Gaun putih gading melayang anggun, menciptakan kesan seorang ratu menuju tahtanya. Cahaya lampu kristal memantulkan kilauan berlian di mahkotanya.

Genggamannya erat pada buket mawar putih, sementara matanya lurus menatap Arga. Tatapannya tenang, seolah masa lalunya telah tertinggal. Setiap pasang mata terpaku padanya, terpesona oleh kehadiran yang begitu memikat.

Reyhan yang semula berdiri santai mendadak membatu. Napasnya tercekat saat sosok pengantin wanita itu semakin jelas di matanya. Mata Raisa juga membulat tak percaya.

"Tidak mungkin…" bisik Raisa lirih.

Sementara itu, Reyhan hanya diam dan menatap lurus. Matanya tak berkedip, menyoroti setiap langkah Naira di atas altar. Wanita yang dulu ia rendahkan, yang ia tinggalkan tanpa ragu, kini menjadi istri seorang Arga Pratama Wijaya.

Raisa, yang merasakan perubahan ekspresi Reyhan, meremas lengannya dan tersenyum kecil. "Rey, ayo duduk. Jangan terlalu lama melihatnya," bisiknya mesra, lalu menyandarkan kepalanya ke bahu pria itu, menunjukkan kepemilikannya.

Reyhan menghela napas panjang, tetapi tatapannya tetap terpaku pada altar. Tidak ada kata yang bisa diucapkannya.

Sementara itu, di depan altar, Arga mengulurkan tangan, menyambut Naira dengan tatapan penuh arti. Sorot matanya tajam namun tenang, seakan memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa menyentuh wanitanya.

Alunan musik semakin syahdu, suasana ruangan dipenuhi bisikan takjub dari para tamu yang menyaksikan pasangan itu berdiri berdampingan. Semua mata tertuju pada mereka, menanti janji suci 

Sesaat kemudian suasana di dalam aula mulai berlangsung khidmat. Janji suci akhirnya terucap.

Naira menarik napas sebelum menatap Arga dengan keyakinan. "Aku menerima Arga Pratama Wijaya sebagai suamiku."

Namun, dalam hati Naira, ini bukan sekadar pernikahan. Ini adalah awal dari permainannya. Ia telah melalui banyak hal untuk sampai ke sini, dan ia tidak akan melewatkan kesempatan membalas mereka yang telah menyakitinya.

Riuh tepuk tangan menggema. Beberapa tamu tersenyum hangat, sementara yang lain terpaku. Bagi Reyhan, suara tepuk tangan itu seperti dentuman keras seperti penghinaan.

Naira yang melihat kehadiran Reyhan bersama Raisa langsung mengulas senyum sinis di wajahnya. Ketika tatapan Reyhan ternyata juga tertuju padanya, Naira semakin merasa menang.

‘Setelah ini, balasan yang setimpal akan menerpamu, Reyhan,” batin Naira dengan penuh arti.

Setelah prosesi pernikahan selesai, resepsi dimulai. Para tamu berkumpul, memberi selamat, dan menikmati hidangan mewah yang telah disiapkan.

Tak lama kemudian, Reyhan dan Raisa turut mendekat. Reyhan, dengan ekspresi profesionalnya, menjabat tangan Arga dengan sopan. "Selamat, Pak Arga. Semoga pernikahan ini membawa kebahagiaan dan kesuksesan bagi Anda."

Arga mengangguk singkat. "Terima kasih, Reyhan."

Saat Arga berpaling untuk menyapa beberapa tamu lainnya, Reyhan melipat tangannya, menatap Naira dengan ekspresi penuh tanda tanya dan rasa kesal. Sejujurnya, Reyhan masih belum mengerti kenapa Naira bisa menikah dengan bosnya.

Naira mengangkat dagunya sedikit, senyumnya bertambah lebar. "Dulu kau membuangku, Reyhan. Sekarang, aku yang akan memastikan kau membayar semuanya."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 120

    Hari H pernikahan akhirnya tiba setelah 1 bulan lamanya mengurus segala hal.Gedung megah di pusat kota Jakarta dipenuhi tamu penting. Kilatan kamera, musik klasik yang lembut, dan hiasan bunga mawar putih menambah kemewahan pesta pernikahan Arga dan Arumi.Media berdatangan, dan semua mata tertuju pada pasangan “calon pengantin” yang kini berdiri di pelaminan, bersiap mengucap janji suci.Arga mengenakan jas hitam klasik, sementara Arumi tampak cantik memesona dalam gaun putih mewah, menyembunyikan kegelisahan dalam senyumnya.Tepat saat MC bersiap memulai prosesi janji nikah, pintu utama terbuka keras.“HENTIKAN!”Semua mata menoleh. Tamu-tamu terdiam. Kamera-kamera berputar ke arah wanita cantik bergaun biru tua yang berjalan penuh keyakinan ke tengah aula.Itu Naira.Di belakangnya, Reyhan mengejar, mencoba menahannya.“Naira, cukup. Kau tak harus lakukan ini. Kembalilah padaku. Aku akan terima kau apa adanya asal bukan bersamanya.”Tapi Naira menepis tangan Reyhan, lalu berjalan

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 119

    Dirumah besar keluarga Wijaya.Di halaman belakang rumah besar keluarga Wijaya, Arga sedang duduk bersila di atas rumput, bermain dengan Gio. Bocah itu tertawa-tawa riang, melemparkan bola kecil ke pelukan Arga yang berpura-pura menangkap dengan susah payah.Sesekali, Arga memandangi wajah bocah itu diam-diam. Ia tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa anak itu menggemaskan dan pintar.Tapi hatinya masih penuh sangsi. Maka saat Gio berlari mengejar bola dan rambutnya tersibak angin, Arga diam-diam mengambil sehelai rambut Gio dengan modus ada serangga.Dengan gerakan halus, ia memasukkannya ke dalam amplop kecil. Tak lama setelahnya, di parkiran rumah, Bima datang dengan mobil hitamnya.Tanpa banyak bicara, Arga menyerahkan amplop itu.“Lakukan secepatnya. Aku ingin hasilnya sebelum pesta ulang tahun perusahaan,” bisiknya.Bima mengangguk.“Anda yakin, Pak?”“Jelas Aku yakin, pilih rumah sakit terbaik,” jawab Arga, suaranya pelan tapi mantap.Sementara itu, di ruang keluarga, suasan

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 118

    Beberapa hari setelah Naira menghilang…Arga mulai bergerak diam-diam, namun bukan untuk menyelamatkan pernikahannya melainkan untuk mengungkap kebenaran di balik semua kekacauan.Dia tahu, kunci dari semua kekacauan ini bukan hanya Arumi atau Gio, tapi seseorang yang selama ini berada di balik layar.Arga menghubungi seorang mantan detektif yang pernah menyelidiki kasus internal perusahaan, dan nama pertama yang muncul… Alex.Alex yang telah membawa Arumi dan Gio ke kota ini, juga dia yang membiayai seluruh keperluan Arumi selama di Jakarta termasuk menentukan hari dimana penobatan Arga baru dia muncul.“Jika memang itu maumu, aku akan layani kamu Alex!” Lirih Arga menatap lurus ke depan mengepalkan tangannya.Arga lalu meminta Bima menyampaikan pada Arumi jika ia akan bertanggung jawab untuk segala hal termasuk menikahinya.Tapi kenyataannya? Itu semua hanya sandiwara dingin.Di belakang layar, ia menyelidiki lebih dalam. Ia memasang CCTV tersembunyi di kamar Arumi. Ia menanam track

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 117

    Flashback – Sehari Sebelum Hasil Tes DNA KeluarLangit di luar mendung. Kantor mulai sepi setelah rapat evaluasi bulanan. Liza melangkah masuk ke pantry dengan langkah malas. Ia lelah secara fisik, tapi lebih dari itu hatinya terasa kosong.Di sudut ruangan Tina, asisten pribadi Naira, sedang merapikan map yang berserakan. Liza hanya melirik sekilas, lalu membuka lemari es mengambil air mineral.Sebuah map jatuh dan isinya tercecer ke lantai. Kak Tina membungkuk cepat, tapi sebelum ia sempat meraih semua, Liza ikut jongkok membantunya. Tanpa banyak bicara."Terima kasih, Liza..." ucap Tina pelan.Liza diam. Lalu tiba-tiba bertanya sambil menatap kosong ke lantai, “Kak Tina… Kakak udah lama ya kerja sama Naira?”Tina mengangguk pelan. “Sejak awal Bu Naira masuk Wijaya Group. Waktu itu dia langsung jadi wakil direktur dan banyak diragukan. Tapi dia kerja keras banget untuk diakui… Bahkan saat semua orang termasuk aku ragu sama dia.”Liza tertawa kecut. “Kerja keras, tapi akhirnya jadi pa

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 116

    Dirumah Ibu Rina.Ruangan itu penuh ketegangan. Arga duduk di kursi pemeriksaan dengan lengan masih memeluk Naira, yang belum sepenuhnya pulih dari trauma penculikan.Di seberangnya, Arumi berdiri gemetar, wajahnya kusut dengan amarah, sementara seorang anak kecil lelaki berdiri kebingungan sambil memegang ujung bajunya.“Arga, kamu pikir kamu bisa semudah itu menyingkirkan aku?” bentaknya parau, “Aku bawa anakmu ke pesta itu bukan buat dihina, tapi buat kamu tanggung jawab!”Arga menatap tajam, matanya tak bergeming. “Anak itu belum tentu anakku, Arumi. Dan satu-satunya jalan adalah kita lakukan tes DNA. Aku nggak akan nikahi kamu hanya karena ancaman atau rasa bersalah.”“TES DNA?!” Arumi tertawa sumbang. “Setelah semua yang aku alami? Setelah keluargamu tinggalin aku, setelah ibumu buang aku seperti sampah, sekarang kamu minta bukti?!”Tepat saat itulah Liza masuk ke ruang tamu, didampingi oleh Bu Rina. Langkahnya penuh percaya diri, suaranya tajam seperti pisau yang siap membelah s

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 115

    Malam itu terasa panjang, seperti enggan beranjak dari luka yang terbuka. Naira kembali ke kamar tamu di rumah Tari, meninggalkan Arga yang berdiri diam di ambang pintu, menatap punggung perempuan yang dulu begitu yakin ia cintai dan kini nyaris tak sanggup ia sentuh tanpa rasa bersalah.Sementara itu, Arga kembali ke mobilnya, melempar tubuhnya ke kursi dengan napas berat. Kepalanya bersandar pada kemudi, mata terpejam, menahan gejolak emosi yang semakin menyesakkan dada.Seluruh hidupnya terasa seperti reruntuhan pewarisan harta yang ia dapatkan kini tak berarti, karena wanita yang paling ia ingin bagi semuanya tengah menggantung di tepi jurang keputusan.Ia menginap di dalam mobil malam itu, di depan rumah Tari. Seolah hanya dengan berada dekat, ia bisa tetap memeluk harapan. Tapi pagi tidak membawa ketenangan. Pagi justru membawa kabar buruk.Ponselnya bergetar keras. Sebuah panggilan dari Liza.“Arga! Arumi menghilang! Dia kabur semalam. Dia ninggalin anaknya di rumah!”Darah Ar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status