Share

Tak Sudi lagi jadi istrimu

Dan bodohnya dia karena begitu mudahnya percaya. Hari ini dia akan keluar dari rumah suaminya, dan digantikan oleh wanita lain. Wanita yang datang sebagai penghancur rumah tangganya.

Hanya dalam hitungan menit dia akan meninggalkan orang yang pernah dianggapnya sebagai pengganti ibunya dan meninggalkan orang yang pernah ia harapkan akan menemaninya sampai di usia senja nanti.

Semua harapan yang pernah ia gantungkan pada rumah tangganya hancur tak berbekas. Yang ada kini hanya kesedihan dan air mata.

Tapi ia tidak akan menunjukkan kesedihannya lagi. Ia akan menjadi wanita yang mampu berdiri tanpa penopang untuk kemudian hari setidaknya ia akan berusaha kuat sampai ia keluar dari neraka rumah tangganya dan untuk seterusnya.

Ia harus menunjukkan kalau ia mampu untuk bahagia tanpa suami. Toh selama ini dia hanya dianggap beban rumah tangga oleh suami dan mertuanya.

Dulu dia terpaksa harus berhenti dari pekerjaannya sebagai asisten desainer di sebuah butik milik sahabatnya. Itu ia lakukan demi merawat mertuanya yang sering sakit-sakitan.

Semenjak itu dia tidak lagi dihargai sebagai menantu dan istri yang baik. Pengabdiannya justru dianggap sebagai kebodohan.

Selama ini dia selalu mematuhi segala perintah suaminya, dia juga melayani mertuanya yang selalu menyakiti hatinya. Namun, apa yang dia dapat. Hanya kepedihan.

Perselingkuhan Pazel benar-benar melukai perasaannya. Dia rela dihina oleh mertuanya, namun ia tidak akan pernah rela untuk dimadu.

Dia menghentikan langkahnya setelah berada di depan Bu Rohana. Tapi dia enggan memperlihatkan wajahnya ke arah wanita yang akan menjadi mantan mertuanya itu.

“Ada apalagi Bu? Aku bukan menantumu lagi, Ibu. Aku mohon izin untuk keluar dari rumah ini. Maaf jika selama ini aku ada salah dengan Ibu. Semoga Ibu bahagia bersama menantu baru Ibu.”

Rohana tidak bisa membiarkan pembantu gratisnya pergi begitu saja. Dia terlihat seperti ketakutan. Seolah dia memang benar-benar tidak ingin berpisah dengan Silvia.

“Tapi ke mana kamu akan pergi? Tetaplah di sini. Ibu tidak mau kehilangan menantu ibu. Maafkan kata-kata Ibu tadi, Nak. Ibu kan sudah tua. Ibu tirimu tidak akan menerimamu. Tapi kamu bisa menjadi kakak madu yang baik untuk Rima. Itu pun kalau Pazel masih mau menerima kamu!” Rohana melihat anaknya dengan setengah mengedip. Dia hanya pura-pura menyindir Pazel.

Pazel paham dengan kode yang di berikan ibunya. Sepertinya ibunya meminta dia untuk tidak membiarkan Silvia pergi dari rumah ini. Keinginan ibunya adalah perintah baginya. Dia akan bahagia bila menuruti keinginan ibunya.

Segera dia berjalan ke arah ibunya.

“ Tentu saja aku mau mempertahankan rumah tanggaku lagi, Bu. Aku masih mencintai Silvia. Jika Ibu menginginkan agar aku tetap bersama dengannya aku sangat bahagia, Bu.”

Kemudian Pazel mendekati Silvia. Dia memegang pundak Silvia dengan kedua tangannya dan berkata dengan penuh rasa percaya diri.

“Silvia. Tetaplah di sini, kita akan mulai lembaran baru lagi. Kita akan mengulang pernikahan kita di hari yang sama dengan pernikahanku dengan Rima. Dan aku akan berusaha adil.”

Pandangan mata Pazel begitu mengiba mengharapkan jawaban yang baik dari Silvia. Dia sama sekali tidak berpikir tentang apa yang dirasakan Silvia saat dia di bohongi, saat dia dikhianati, bahkan saat dia ditampar.

Namun Silvia yang sudah sangat kecewa hanya diam dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia tidak punya kata-kata yang pas untuk dia ucapkan agar hatinya yang sakit bisa terobati. Tidak lama kemudian dia tertawa. Tawa yang mengandung amarah yang sangat besar.

“Ha, ha, ha.”

Suami dan mertuanya saling pandang karena heran melihat Silvia tertawa tanpa beban. Menurutnya Silvia mungkin sudah kehilangan akal sehat, karena dia bisa mengubah suasana hatinya dalam waktu yang singkat.

Ada sedikit rasa kasihan di mata Pazel melihat istrinya tertawa. Mungkin otaknya sudah tidak sanggup menerima kenyataan pahit yang disebabkan olehnya. Ada sedikit rasa penyesalan di hatinya.

Setelah tawanya berhenti. Dia pun menoleh ke arah wanita yang sudah menginjak kepala lima itu. Senyumnya di pasang semanis mungkin.

Untuk menjawab rasa heran mantan suami dan mantan mertuanya, dia mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang tepat sasaran.

“Kenapa, Bu? Apa kamu takut kehilangan pembantu gratis? Kalau kamu takut menantu, rasanya sangat mustahil.”

Pazel merasa tidak percaya dengan pertanyaan kurang ajar Silvia terhadap ibu kandungnya. Dia berteriak di depan muka Silvia.

“Silvia!”

Sebelum Pazel bicara Silvia mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah Pazel.

“Ok Bang, terima kasih atas tawarannya. Tapi aku sudah tidak berminat lagi untuk menjadi istrimu. Aku akan menjalani hidup tanpa dirimu. Aku ikhlas melepasmu untuk perempuan murahan seperti dia.”

Telunjuk kirinya diarahkan ke sosok wanita yang sedang duduk manis di sofa. Dia melanjutkan kalimatnya, “Karena laki-laki tidak punya pendirian seperti kamu hanya pantas untuk perempuan murahan!”

Rima tidak terima dikatai perempuan murahan. Akhirnya dia membalas perkataan Silvia. Dia berdiri dari duduknya. Telunjuk kanannya di arahkan ke muka Silvia.

“ Hay kerempeng, dekil, Bang Pazel Cuma basa-basi sama kamu, karena perempuan yang tidak bisa mengurus suami dan mertua tidak ada gunanya dipertahankan! Apalagi tidak bisa menghasilkan keturunan.”

Silvia hanya tersenyum dalam hati. Dia menjawab Rima dengan senyum miring.

“Oya? Kalau begitu silakan kamu urus bekas suami dan bekas mertuaku. Semoga kamu betah ya? Selamat menikmati.”

Silvia berlalu dengan senyuman mengambang. Semua beban dan unek-uneknya terasa hilang. Silvia segera menaiki kendaraan roda empat yang sudah dia pesan. Tempat yang akan ditujunya adalah rumah ibu tirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status