Share

Dibuang Suami Kikir, Jadi Ratu Tuan Presdir
Dibuang Suami Kikir, Jadi Ratu Tuan Presdir
Penulis: NitNoth

Bab 1

"Ambil ini, dan cepat pergi dari rumahku!"

Adelia terdiam, pandangannya terpaku pada secarik kertas yang baru saja Farhan letakkan di atas meja.

"Mulai hari ini, kamu bukan lagi istriku. Aku sudah meminta Bibik untuk mengemasi pakaian kamu, dan mungkin sekarang sudah ada di luar. Jadi lebih baik kamu cepat angkat kaki dari rumahku. Sebelum aku panggil security buat menyeret kamu keluar."

Mengabaikan apa yang Farhan katakan, Adelia mengambil kertas yang diletakkan oleh suaminya tadi dari atas meja. Melihat tulisan di sana, jantung Adelia menjadi berdegup sangat kencang.

Baru juga satu bulan menikah, Adelia sudah diceraikan oleh suaminya.

"Mas, ini maksudnya apa?"

Tak bisa menerima apa yang baru saja terjadi, Adelia mendongak, memandangi Farhan yang berdiri di samping sofa tempatnya duduk. Tatapan Farhan sungguh dingin, tak seperti saat awal dia mendekati Adelia. Begitu perhatian dan penuh kasih sayang.

Namun, Farhan kini malah melipat tangannya di depan dada, memalingkan pandangan dengan santainya berbicara, "Kamu ini kan mandul, nggak bisa kasih aku keturunan, jadi buat apa aku lama-lama menikah denganmu. Lebih baik aku menikahi wanita lain yang subur, yang sudah pasti bisa memberikan aku keturunan."

Adelia meneteskan air matanya. Dadanya terasa begitu sesak, seperti terhantam batu yang sangat besar.

"Tapi ini kan baru kata dokter, Mas. Bisa aja kan dokter itu salah memeriksaku. Kita bisa coba --"

"Coba apa? Bayi tabung, atau adopsi anak, hem? Kamu pikir semua itu nggak pakai uang. Aku kerja capek, Del. Terus uangku mau kamu buat hal-hal yang hasilnya mustahil, kamu sengaja menjadikan aku sapi perah kamu!" tuduh Farhan.

Ucapannya bagaikan pisau, yang mengiris hati Adelia. Rasanya tak hanya sakit, tapi juga begitu perih.

Meski dinyatakan mandul, harusnya Farhan tidak merendahkan Adelia sampai seperti ini. Apalagi mengakhiri pernikahan dengan cara membuang Adelia layaknya barang yang sudah tidak layak lagi digunakan.

"Pacarku dalam perjalanan ke sini. Aku tidak mau dia melihat kamu masih di rumahku. Jadi, kamu tahu kan harus melakukan apa?"

Adelia menghela nafasnya yang terasa begitu sesak. Menyeka air matanya yang mengaliri pipinya.

"Kamu keterlaluan, Mas." Adelia beranjak dari duduknya.

"Dulu kamu rayu aku, kamu kejar aku, kamu baik-baikin aku cuma supaya aku mau jadi istri kamu. Tapi sekarang, cuma karena dokter bilang aku mandul, kamu menceraikan aku. Tega kamu, Mas!"

Tak sanggup lagi berada lama di hadapan Farhan, Adelia melangkahkan kakinya keluar. Dalam hati Adelia sangat marah, tak sudi lagi jika harus memberikan maaf pada mantan suaminya itu.

Lebih baik menjanda, daripada harus mengemis belas kasihan pada suami yang tidak menghargainya.

Tapi, setelah Adelia pergi, seringai puas muncul di bibir Farhan. Dia tampak sekali senang, melihat Adelia keluar dari rumahnya.

Langkah demi langkah Adelia menyusuri jalan, menyeret tas hitam berat berisi pakaian. Adelia bingung, dia tidak tahu harus pergi ke mana.

Adelia tak mungkin kembali ke rumah Farhan. Tapi, Adelia juga tidak tahu harus melabuhkan kakinya yang sudah letih berjalan ini ke mana.

"Tolong! Tolooong!"

Suara jerit seorang pria menghentikan langkah Adelia. Ia menoleh cepat ke sisi kanan untuk mencari sumber suara.

"Ada apa sih itu?" Adelia membatin, namun sedetik kemudian mata Adelia membulat, tangannya menutup cepat mulutnya yang menganga karena terkejut. "Astaga, rampok!"

"Siapa kamu, lepaskan saya!"

Pria berusia 65 tahun di sana adalah Tuan Wirawan.

Beliau sedang kewalahan menghadapi seorang preman bermasker hitam yang mengincar dokumen penting perusahaannya.

Kedua tangan pria berambut uban itu ditarik ke belakang, sementara lehernya menjadi sasaran mata pisau yang cukup tajam pada bagian ujungnya.

"Diam kamu, dasar tua bangka!"

Preman itu menarik kasar dokumen penting perusahaan Wiraland dari tangan Tuan Wirawan. Bahkan tak segan preman itu memukul perut Tuan Wirawan, sampai beliau kesakitan.

Berhasil merampas apa yang diinginkan dari Tuan Wirawan, preman itu berlari, pergi menuju motor RX King yang terparkir di tepian jalan.

Tak bisa berdiam diri melihat perampokan di depan matanya, Adelia panik, tapi otaknya berpikir keras harus melakukan apa, dan entah mendapatkan keberanian dari mana, Adelia mengambil tas hitam berisi bajunya, lalu melemparkannya ke arah motor preman itu.

Berhasil mengenai, motor itu terjatuh, membuat preman bengis itu sangat marah.

"Woi, siapa kamu! Berani-beraninya ikut campur!" sentak preman itu, meneriaki Adelia.

"Kembalikan dokumen itu, dasar rampok! Beraninya sama orang tua!" sungut Adelia.

Rasa marahnya pada Farhan seolah terkumpul sekarang, terlampiaskan pada preman itu. Meski tak bisa dipungkiri, kalau tangan Adelia gemetaran, ketakutan.

"Diam kamu, mau cari mati!" sentak preman itu lagi.

Mendapatkan kesempatan, karena preman itu sibuk berdebat dengan Adelia, Tuan Wirawan bangkit, berlari cepat, menyambar dokumen penting miliknya.

Meski berhasil merebut kembali dokumennya, preman yang tubuhnya cukup besar dan berotot itu malah menarik pundak Tuan Wirawan, dengan bengis mencekik leher Tuan Wirawan.

"Kembalikan dokumennya! Atau aku bunuh kamu!"

Sedikitpun tak takut dengan keramaian, preman itu melayangkan cepat pisau ke perut Tuan Wirawan. Takut pisau itu bisa membunuh orang, Adelia berlari, mendorong preman itu dari samping.

"Dasar preman jelek! Lepasin Bapak ini!" Adelia berteriak, tangannya mengepal kuat memukul preman itu sampai berkali-kali.

Sialnya, keberanian Adelia itu malah mengantarkan Adelia dalam bahaya. Preman itu balik menyerang Adelia, melayangkan pisau ke lengan Adelia.

"AAAAAKH!" Adelia menjerit. Mulutnya menganga lebar, melihat baju putih bagian lengannya merembeskan darah.

Phobia dengan darah, Tubuh Adelia langsung lemas, jatuh dalam pelukan Tuan Wirawan.

Ini benar-benar tidak sesuai rencana. Niat hati merebut dokumen penting milik Tuan Wirawan, preman itu malah mencelakai orang lain. Takut dirinya dalam bahaya dan bisa dipenjara atas kasus pembunuhan, preman itu kabur, meninggalkan Adelia yang tergeletak tak sadarkan diri.

"Astaga, Nona, bangun Nona!" teriak Tuan Wirawan, panik bukan kepalang, takut Adelia meninggal karena menolong beliau.

"Tolooong! Ada yang pingsan, tolong saya!" Tuan Wirawan melambaikan tangan, suaranya berteriak kencang memanggil siapa saja yang mau peduli.

Syukurnya, sebuah mobil taksi berhenti. Membuat kekhawatiran Tuan Wirawan sedikit berkurang.

Saat tiba di rumah sakit, Adelia langsung ditangani. Tuan Wirawan gugup, tubuhnya gemeteran, memikirkan nasib wanita yang menolongnya.

Tiga puluh menit merundung kegelisahan akhirnya terlampaui. Pintu ruangan IGD terbuka, memperlihatkan seorang dokter yang keluar dari sana.

"Tuan, pasien sudah sadar. Tapi, saya harus berbicara dengan Anda."

Tuan Wirawan menghela nafasnya lega, tapi seketika kembali menegang, melihat wajah sang dokter yang terlihat cemas.

"Ada apa, Dok? Apa yang terjadi pada wanita tadi? Apa dia terluka parah?"

Dokter tak menjawab, melainkan melangkahkan kakinya mundur, agar Tuan Wirawan bisa masuk ke ruang IDG, dan melihat seperti apa keadaan Adelia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status