Home / Romansa / Dibutakan Cinta CEO Tampan / Chapter 2. Shenina Bukan Untuk Skynee

Share

Chapter 2. Shenina Bukan Untuk Skynee

Author: Fatri_e
last update Last Updated: 2025-07-24 15:42:58

Sebelum  Ruby  berhasil menyisakan beberapa tarikan nafas, Judy datang dengan wajah berang. Ia sudah menduga ada keributan yang dilatarbelakangi keberadaan Shen. Sementara Ruby memilih mundur, amarahnya ingin meledak sampai ingin membanting sesuatu, namun ia tahan.

“Sky!!!” teriak Judy lebih histeris. “Apa yang kalian lakukan di sini?!”

“Mama jangan salah paham ...”

Plakk!!!

            Shenina memegangi pipinya yang panas terkena tamparan Judy. Rasanya menjalar sampai ke ulu hati saking pedihnya.

“Lihat bajumu!” Judy mendekat menarik kerah kemeja Shen. “Kau menggoda Sky dengan tubuhmu yang kotor itu?”

“Mama!” Sky menepis tangan mamanya itu dengan kasar. “Jangan pernah berkata seperti itu kepada Shen!”

            Shenina memegangi pipinya yang panas terkena tamparan Judy. Rasanya menjalar sampe ke ulu hati saking pedihnya.

“Lihat bajumu!” Judy mendekat menarik kerah kemeja Shen. “Kau menggoda Sky dengan tubuhmu yang kotor itu?”

“Mama!” Sky menepis tangan mamanya itu dengan kasar. “Jangan pernah berkata seperti itu kepada Shen!”

Wajah Sky memerah karena marah. Judy tak pernah melihat anaknya menjadi seberingas itu. Judy akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua, tetapi dia tidak akan diam saja.

Setelah acara keluarga selesai, Judy mendekati Shen yang sedang membereskan piring-piring. Ditariknya lengan Shen ke sebuah tempat yang sepi, di mana tidak ada orang yang bisa melihat atau mendengar mereka.

“Katakan! Kau sebenarnya mau apa?” cecar Judy setelah sambil menepis tangan Shen dari genggamannya dengan kasar.

“Maafkan aku nyonya, Sky hanya ...”

Plakkkk!!!

Tangan Judy mendarat di wajah Shen yang mulai memar akibat tamparan sebelumnya. Kali ini memerah karena kucuran darah yang keluar akibat cincin berlian yang cukup besar menghantam kulitnya.

“Kau menyebut namanya?” Mata Judy melotot tak karuan.Mengapa ia tidak mengatakan secara langsung jika Sky yang memepet tubuhnya terlebih dulu? Sky memang sering melakukannya ketika ia ingin membujuk Shen yang marah, bukan untuk hal lain yang mereka sebut dengan perbuatan kotor. Ia pun tahu diri.

“Kau pikir semua orang akan yakin dengan taktikmu??” Judy tak percaya, “kau memanfaatkan kelembutan Sky untuk terus berada dalam posisi enak. Sementara kau tak sadar diri jika posisimu hanya akan tetap menjadi pembantu? Hei, Sky letaknya jauh di atas kepalamu!”

“Walaupun memang begitu, nyonya tidak berhak merendahkan harga diri orang lain karena dia miskin, kan?

Apa-apaan? Judy sudah gatal hendak menampar mulut Shen kembali. Gadis itu hanya belum  menunjukkan siapa ia sebenarnya, ia tak seperti yang Sky ceritakan, bak belatung yang akan selalu menerima citra busuk meski ditempatkan di atas daging premium.

Shen tegak memandang lurus  dan menantang Judy dengan sedikit getaran. Ia takut, hanya ia tak bisa menerima terlalu banyak direndahkan jika bukan dia yang salah.

“Kau terlalu mencintai anakku, atau ... Kau terlalu mencintai kekayaan ini? Tinggal di rumah mewah bukan berarti semua orang di dalamnya  berhak atas isinya, kan?”

“Maaf nyonya, maaf jika aku terlalu mencintai tuan Sky. Tapi jika tuan Sky tak membalasku, mustahil aku tidak setahu diri ini. Perasaanku tulus, nyonya. Jika dibandingkan kekayaan keluarga ini, Sky tak bisa ditukar sebanyak apa pun itu.”

Shen sudah bersiap menerima tamparan ketiga, namun, justru Judy tersenyum tipis dan tetap diam di tempat. 

“Kau bisa membuktikannya?” Judy berbicara sedikit tenang.

“Tentu, nyonya! Saya akan membuktikannya seperti yang nyonya mau.” Balas Shen ragu.

“Baiklah. Nanti malam temui aku di teater. Ingat, hanya kau dan aku yang tahu.”. 

          Teater keluarga Andromeda terletak di bangunan berbeda dengan rute yang sepi saat malam hari karena semua orang lebih memilih istirahat. Suasananya lebih redup dan hening.

Derit pintu di ruangan gelap terdengar mengerikan. Shen meraba-raba tembok untuk menemukan stopkontak lampu yang sering dibiarkan mati.  Hanya ada sedikit  celah yang menampilkan cahaya dari lampu luar, Shen kembali meraba.

Dari jauh ia sedikit menangkap siluet nyonya rumah sedang duduk di barisan terdepan, sendirian. Ia berjalan pelan agar tak mengundang kehebohan.

“Kau sudah datang?” 

Ia mempercepat langkah mendatangi Judy dengan sopan. Membungkukkan tubuhnya untuk menghormati kekuasaan keluarga Andromeda.

“Maaf membiarkan nyonya hadir lebih dulu.”

Shen masih terus berdiri jika Judy tak memintanya untuk duduk. Ia pun menurut.

“Aku mencintai anakku lebih dulu daripada gadis mana pun di dunia ini.” Judy memulai pembicaraan. “Karena aku mencintainya, maka aku ingin memastikan dia mendapatkan hal-hal terbaik dalam hidupnya. Sebagai seorang wanita kau akan mengerti nanti.”

Shen mendadak terdiam.  Apa ini permintaan halus yang menyuruhnya untuk melepaskan Sky? Hatinya gelisah, kedua tangannya sudah saling meremas sejak tadi.

“Dan aku tidak akan membiarkan seorang gadis rendahan mengajari anakku merusak segalanya. Reputasi, takhta, dan cinta yang ia dapatkan dari kami sudah lebih dari cukup.”

“Bu-bukannya nyonya mengatakan aku hanya perlu membuktikan?” Shen membalas dengan tergagap.

Judy terasa menghela nafas panjang. Ia memijit keningnya yang hampir pecah. Membuktikan apa lagi?

“Kamu belum mengerti? Burung gagak tak akan bisa berubah menjadi angsa putih! Di dunia ini, menjadi seperti kami tidak mudah, dan untuk menjaganya kami butuh power lain yang sama kuat untuk saling menjaga. Ruby adalah calon istri terbaik untuk Sky!”

Jadi Judy sengaja memintanya untuk bertemu hanya agar ia bisa berbicara soal status sosial mereka. Memperjelas jarak, merangkai kata-kata yang tajam untuk membuatnya lebih sadar. Namun secara tiba-tiba mulutnya dibekap dari belakang.

Ia meronta sekuat tenaga, berusaha meraih Judy yang memandangnya dengan tatapan datar. Apakah ini rencana yang disengaja?

Ctak!

Lampu bioskop menyala remang.  Barulah pandangan Shen jelas, ia melihat Judy memegang sebuah benda bertali panjang yang tersambung langsung ke salah satu arus listrik di sana. Di sebelahnya ada Anton, ia memegang sisa tali dan selotip yang mereka gunakan untuk membungkamnya. 

Shen terkulai lemas. Ia hanya bisa mengerang  pengap, ia berharap semoga ada Sky di sekitar sana.

“Mau bagaimana lagi, “ ucap Judy, “Kau memaksaku menggunakan kekerasan.”

Judy mendekatkan benda itu ke salah satu pangkal pahanya seraya menekan dengan kekuatan penuh. Ia tak bermaksud untuk kejam, tapi demi putranya ia bisa melakukannya sekarang.

“Aggghhhhhh!!” 

Shen berteriak, sayang sangat tak berarti. Bunyinya terkunci dalam isolasi yang pengap. Tak habis pikir olehnya atas tindakan Judy yang nekat.

Judy menekan alat setrum ke paha Shen bergantian, setelahnya merambat ke bagian lain yang lebih sensitif dan menyakitkan. Air mata Shen tak henti berjatuhan, ia menyaksikan Anton dan Judy menikmati penderitaannya di sana. Tak ubahnya ia seperti binatang yang akan disiksa jika tak mau menurut.

 Apakah manusia bisa sekejam itu terhadap manusia lainnya? 

“Buka mulutnya!”

Anton melaksanakan perintah Judy. Ia membuka lakban di mulut Shen dengan kasar, membuat mulut si gadis seperti mati rasa.

“A-ampun ... nyo ... nya, sakit ...,” rintih Shen, “ampun, tolong.”

“Tinggalkan Sky!” Judy mempertegas sekali lagi. “Jangan muncul di hadapannya sampai pesta pertunangannnya selesai, mengerti?!”

Shen mengangguk. Ia sangat takut jika terkena setruman yang menyakitkan itu kembali. Otaknya tak lagi fokus, yang ada hanya rasa sakit di sekujur tubuh. 

“Jawab!” Teriak Judy lagi.

“I-iya nyonya! Aku akan menghindari  tuan Sky mulai sekarang.”

Judy memberi isyarat supaya Anton melepaskan. Tubuhnya yang lemah membuat ia terjerembab jatuh. Shen bangkit lagi, air matanya masih bercucuran karena rasa sakit yang rasanya hampir membuat ia lumpuh. 

Ia berhasil mencapai pintu dan keluar. Langkahnya terseok sampai pada akhirnya ia rubuh.

“Shen!”

“Kau tidak apa-apa?” Susiana memperhatikan tubuh anaknya dengan teliti.  Shen pasrah.

Lamat-lamat ia melihat wajah Sky, ah, ia hanya mengigau. Sky tak akan pernah di sana karena sedang mengantar calon tunangannya pulang.

“Shen!” Suara seseorang panik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibutakan Cinta CEO Tampan   Chapter 76. Sarinah dan Pria Asing

    Lagu “Sweet Glam’ mengalun diiringi remix disco yang memecahkan suasana malam di club. Sarinah sedang menikmati sebatang rokok dengan mengepulkan asapnya ke udara secara bersahaja. Sesekali kepalanya berputar, irama music membuat geraknya kadang tak terhenti, gila sendiri, namun di sana memang lah tempat untuk menggilakan diri. Ia memperhatikan tamu-tamu yang baru datang dengan diam, namun mulutnya sibuk meresapi benda itu dalam-dalam.Ada seorang pria berpakaian jas rapi selalu melirik ke arahnya, dan Sari sudah lama menyadari akan itu. Ia kembali menggetarkan abu rokok di sela jarinya hingga mengenai lantai yang cukup kotor. Siapa yang peduli? Tempat itu adalah satu-satunya ia bisa bebas berekspresi.Dengan tersenyum Sari membalas anggukan si pria, entah apa yang dipikirkannya, tapi merasa membuat Sarinah pasrah, itu bukan hal yang mudah. Ia terus mendekat, pelan tapi pasti akhirnya pria itu sampai di hadapan Sari.Dengan mencondongkan tubuhnya kepada Sari, ia berlagak menguasa

  • Dibutakan Cinta CEO Tampan   Chapter 75. Liburan

    “Ibuuuu!!!”Rentangan tangan kecilnya terayun bagai ombak Seapearls yang sedang tenang, sedikit tak seimbang. Wajahnya yang lucu diterpa angin, lembut dan menyegarkan suasana pagi yang beraroma lautan. Shen senang memandanginya sejak pertama kali ke sana.Shen memeluk anaknya yang menghambur bagai peluru keluar dari sarang. Daniell kecil terasa lengket, seakan tak mau berpisah dari ibunya sedetik saja.“Daniell rindu ibu.”Shen mencubit hidungnya dengan gemas. Ia pun merasakan kerinduan walau hanya semalam tak bertemu.Di belakang Daniell, mobil yang membawanya datang kembali terbuka. Memunculkan wajah Ayla yang nampak sedikit khawatir. Ia khawatir karena baru pertama kali melihat Papino dan langsung mengajak Daniell pergi dengan mengatasnamakan Shenina.Ternyata benar, setelah melihat Shen, hatinya jauh lebih tenang.“Ayla!” Shen memeluknya hangat, “Terima kasih sudah menjaga Daniell dengan baik sampai ke sini.”“Kak, untunglah! Aku kira kami sedang diculik dan berusaha dij

  • Dibutakan Cinta CEO Tampan   Chapter 74. Seapearls

    “Hai, pa!”Han membuka pintu mobil, langsung disambut oleh Dasen yang sudah gelisah menunggu sejak tadi. Kekhawatiran jelas tercetak pada wajahnya yang mulai berkeriput itu. Ia melirik ke dalam mobil, melihat Shenina sedang terlelap pulas.“Apa kubangunkan saja?”Tangan Dasen mengisyaratkan penolakan. Ia hanya sampai di depan mobil lalu berkata, “Bawa saja ke kamar, biarkan dia tidur lebih lama.”“Baiklah, pa!”Hansandy membuka pintu mobil sisi satunya dan mengangkat tubuh Shen dengan pelan. Malam itu, Udara di Seapearls cukup lembab. Angin laut bertiup kencang, membuat siapa pun yang sedang berada di luar rumah tidak akan tahan.Mereka buru-buru masuk. Diletakkannya Shenina di kamar tamu. Hansandy meminta Emma untuk mengganti pakaiannya saja.Setelah mengantar Shen, Han merebahkan diri di Sofa ruang tamu, yang terlihat Dasen mulai menghampirinya dan duduk di sebelah sofa yang lain.“Apa kau lelah?”“Oh, tidak apa-apa, pa! Hanya sedikit saja.”“Bagaimana kondisi di sana? Ap

  • Dibutakan Cinta CEO Tampan   Chapter 73. Penolong Yang Tepat

    Malam telah menunjukkan pukul 23.45, namun Shenina masih berusaha menyetop taxi yang lewat. Sudah larut begini, banyak yang menolak untuk menaikkan penumpang dengan tujuan jauh. Hendak ke stasiun bus, itu sudah pemberhentian terakhir sejak satu jam yang lalu.Shenina kembali duduk di halte yang dingin. Sialnya ia lupa membawa mantel untuk menutupi tubuhnya yang sebagian terbuka di punggung dan leher, ia menyesal kenapa selalu mengikut pilihan Dragon. Tak memberi manfaat, tapi selalu membawanya ke dalam masalah.Shen memperhatikan suasana lagi, hening. Cat-cat mengelupas sedikit dengan noda akibat rembesan air hujan menambah kesan halte yang lumayan seram di malam hari.Shenina memeluk dirinya sendiri. Ia membiarkan Ayla, Sarinah, dan Daniell pulang lebih dulu dengan alasan masih ada urusan penting yang lain. Ia juga meminta supaya mereka berdua menginap malam ini untuk menemani anaknya. Kendati Sarinah ingin ikut dengannya karena khawatir, Shen meminta waktu untuk sendirian.Unt

  • Dibutakan Cinta CEO Tampan   Chapter 72. Suara Yang Lama Terpendam

    “Aku harus bicara denganmu, Shen!”Nada suara yang pelan namun terasa penuh kecurigaan. Sky masih sama saja, mendengarkan orang lain yang belum tentu benar dari dirinya sendiri.Nyonya Fernandes sudah meninggalkan pesta sejak tadi. Kepergiannya menimbulkan prasangka besar, semua orang tak lagi menikmati pesta. Semuanya menjadi kacau, perayaan besar-besaran itu berubah menjadi malapetaka.Jantung Judy agaknya kembali bermasalah, Jordan dan keluarga Andromeda yang lain buru-buru melarikannya ke rumah sakit. Hingga yang tersisa kini hanya Sky semata, Shenina dan Sarinah, dengan Ayla dan Daniell kecil menanti di luar.“Katakan saja di sini!”“Aku harus bicara berdua denganmu.” Ia melirik Sarinah yang masih berdiri di samping Shenina. Hingga gadis itu diberi kode, ia langsung paham dan berjalan keluar. Meski dalam hatinya ia takut setengah mati, takut Shenina akan menjadi korban kemarahan Sky Andromeda.“Hhhuufhht!”Sky menarik nafas panjang sebelum berbicara lagi.“Kau tahu hari

  • Dibutakan Cinta CEO Tampan   Chapter 71. Kena Getahnya

    “Semuanya!!! Perhatikan ke sini!!”“Nyonya, apa yang kau lakukan?!!”Shen berniat merampas microphone namun segera ditepis oleh nyonya Fernandes. Bibirnya mengulas sebuah senyum, senyum penuh kelicikan dan kemenangan. Ia melihat satu-satu kepada wajah keluarga Andromeda yang nampak pucat, namun ditutup tirai penuh senyum agar nampak tak goyah.Nyonya Fernandes mengangkat mic nya kembali.“Dibalik kemegahan dan gemerlap acara malam ini, ada rahasia yang sangat ditutupi oleh keluarga Andromeda.”“Apa yang kau rencanakan nyonya Fernandes?!” Judy berdiri berhadapan dengannya. Tak habis pikir, malam yang semula tenang dan meriah kini berubah bagai meriam yang siap meluncurkan bola api.“Seperti yang kita tahu, keluarga Andromeda terlalu perfect untuk sebuah hubungan keluarga dan bisnis. Itu berkat nyonya Judy yang sangat pandai mengatur semuanya.”“Omong kosong!” Judy mengilah dengan marah.“Nona Berry, apa anda takut dengan nyonya Judy?”Shenina yang kebingungan mendadak jadi g

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status