Share

Dicampakkan Suami Dicintai CEO
Dicampakkan Suami Dicintai CEO
Penulis: Dwimarta

Peringatan

Penulis: Dwimarta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-03 17:48:47

Ponsel bergetar sedari tadi di laci kerja. Awalnya Wina mengacuhkan karena disangkanya getar alarm. Tapi, sudah berapa kali getar itu tak juga berhenti. 

Sudah peraturan di kantor, jika semua ponsel harus dalam mode getar atau silent. Kalau tidak, pasti wajah bosnya berubah jadi monster yang siap melumat siapa saja bawahannya yang tidak mengikuti aturan.

Karena kesal, Wina meletakkan pulpen di meja. Mengesampingkan data manual yang harus ia selesaikan siang ini. Dalam hati penasaran kenapa ponselnya tak henti bergetar? Ditariknya laci putih itu. 

Terjawab sudah. Nama 'Ayah' terpampang di layar ponsel. Wina tak berkedip beberapa saat.

'Aneh. Ayah jarang menghubungiku bahkan hampir tidak pernah. Sejauh ini, beliau hanya nimbrung berbicara jika ibu meneleponku.'

Wina melihat suasana sekitar. Tampak lengang. Tita disebelahnya masih sibuk menginput data di laptop. 

“Ta, aku ke kamar mandi sebentar,” kata Wina. 

Tita menoleh dan melihat Wina menunjuk ponselnya tanda ia mau mengangkat telepon. Tita langsung mengangguk paham.

Begitu di depan wastafel kamar mandi, panggilan ayahnya telah berakhir. Wina langsung menelepon balik. Tak lama kemudian, terdengar suara berat dari seberang.

"Kamu masih sibuk, Nak?"

Wina hapal jika ayahnya akan membicarakan sesuatu yang penting pasti awalnya sudah menanyakan kesibukannya. "Tidak, Yah. Maafkan jika ayah menunggu lama, karena di kantor ponsel harus disetel dalam mode getar."

"Oh iya, ayah lupa. Maafkan jika tak bisa menunggu kau pulang kerja untuk membicarakan ini."

Wina tercenung. Entah kenapa jantungnya bertalu hebat. Ia tepis segala kemungkinan buruk yang muncul. 

“Tapi, aku harap kamu benar-benar memahami jika apa Ayah sampaikan ini demi masa depan kamu,” sambung Fahri, ayah Wina.

Wina tetap terdiam. Ia sudah pasrah mendengar apa yang disampaikan ayahnya.

"Ayah minta mulai detik ini, putuskan hubunganmu dengan Dewa."

'Apa?' Kalimat itu terasa tamparan keras buat Wina. Ini aneh! Bukankah, hubunganku dan Dewa selama ini baik-baik saja? Dan ayah tahu itu!

“Ke-kenapa, Ayah?” Wina tak bisa menguasai bulir air yang tiba-tiba jatuh dari mata indahnya. Sungguh, kalimat Fahri membuatnya terbawa emosi tanpa sadar.

"Dewa tidak mencintaimu!"

Wina semakin tidak mengerti dengan alasan yang dikemukakan ayah. "Bagaimana ayah bisa menuduh Dewa seperti itu? Empat tahun aku menjalin kasih dengannya dan ayah juga sudah mengenal Dewa. Kenapa?" isaknya.

"Kamu tidak usah menangisi lelaki macam dia. Kau tahu kenapa ayah bisa mengatakan hal ini? Dewa tidak memikirkan masa depanmu. Yang dia pikirkan hanya dunianya saja. Laki-laki egois seperti itu hanya akan menyiksamu nanti, Win!"

"Masa depan apa? Aku tak mengerti maksud ayah?"

"Dia tak mau menerima tawaran untuk bekerja di perusahaan terbaik yang ayah usulkan. Malah penjelasannya semakin meyakinkan dia bukan yang terbaik untukmu!"

'Apa? Pekerjaan?!' kaget batin Wina. Kini dia tahu alasan ayahnya.

Tapi, bukankah biar Dewa saja yang mempertimbangkan hal itu? Tapi, sisi hatinya berkata lain. Ayah sedang memikirkan masa depan!

"Lalu, apa jawaban Dewa, Yah?"  

"Anak tak tahu diri itu berkata, 'saya mau mencari kerja dengan kaki saya sendiri'. Memangnya dia bisa apa? Kuliah saja belum selesai! Harusnya dia malu padamu yang sudah bekerja."

“Biarlah dia buktikan kalau dia mampu, Yah?”

"Mampu? … oke! Sampai kapan kau mau bertahan menunggunya mampu?"

Tenggorokan Wina tercekat. Tak mampu menjawab pertanyaan berat itu. 

“Kalau kau bertanya, kenapa baru sekarang aku memperingatkanmu? Karena selama empat tahun kau menjalin kasih dengannya tidak sekalipun kulihat sosok Dewa itu tanggap dengan keadaan sekitar, hanya bermalas-malasan. Bertandang ke rumah saat aku sibuk, dia hanya ongkang-ongkang duduk. Apa dia tidak malu sebagai calon menantu berbuat seperti itu. Aku sebagai orang tuamu mengamati hal kecil seperti itu, Win! Itu bukan hal sepele. Jelas itulah karakter dia."

Dalam hati Wina membenarkan apa yang menjadi alasan Fahri sampai marah di telepon saat ini. Beberapa kali pula, saat Wina main ke rumah Dewa, lelaki itu malah rebahan di pangkuan ibunya. Batinnya merasakan sesuatu yang janggal, tidak seharusnya lelaki dewasa berdiam diri seperti itu saat ada orang lain bertamu. Tapi, lagi-lagi ditepiskan prasangka buruknya itu. Ia sangat sayang pada Dewa.

“Nanti Wina akan peringatkan dia, Ayah,” jawab Wina berharap ayahnya menurunkan emosi.

"Baiklah. Tapi, ingat! Kalau kau bisa mengubahnya pun sudah hilang simpati ayah padanya. Aku sudah memperingatkanmu, Win."

Telepon langsung terputus. Wina menghela napas panjang. Ia tak pernah membayangkan ada kejadian seperti ini. Syok!

Dengan mengusap air mata, ia kembali ke ruang kerja. Kertas-kertas yang masih bertebaran di meja, benar-benar menambah stres kali ini.

Tita yang melihat sahabatnya tampak lemas, langsung menghentikan kesibukannya. "Kamu kenapa, Win? Sakit?"

Wina hanya menggeleng pelan.

“Ditelepon siapa?” Tita tambah penasaran.

"Ayah."

"Bagus, dong. Kamu lama tak pulang ke rumah. Kenapa malah lemas begitu?" 

Wina saat ini bekerja di suatu perusahaan bonafide di kota besar. Rumahnya berada jauh di kota kecil, sejauh dua jam perjalanan. Tentunya, sekarang ia harus ngekos dekat kantor untuk memangkas ongkos perjalanan. Dan hanya bisa pulang rumah paling sering seminggu sekali.

“Kenapa ya, Ta, orang tua selalu ikut campur pilihan anaknya?” tanya Wina, menatap kertas di depannya.

Alis Tita berkerut. "Campur tangan hubunganmu dengan Dewa?"

Wina mengangguk. Tubuhnya terasa lemas setelah menerima telepon dari Fahri.

Tita tertegun. Kini ia paham alasan Wina. Perlahan ia menggeser kursi kerjanya. "Boleh tidak aku memberi masukan?" tanya ia pelan.

Wina menoleh ke sahabat yang dikenalnya sejak pertama kali masuk di perusahaan ini. Ia mengangguk menjawab pertanyaan Tita.

"Aku punya cerita. Ini kakakku yang mengalaminya. Dia itu dulu tergolong sangat menjaga hati dari pria manapun. Prinsipnya, cintanya akan diberikan pada lelaki yang suatu saat ia cintai. Karena umur semakin bertambah, dia belum punya pilihan, akhirnya papa mamaku menjodohkan kakakku dengan seseorang. Wah, saat itu benar-benar titik terendah kakakku. Ia menangis tak henti-hentinya di kamar. Kakakku bilang kalau hatinya yang selama ini ia jaga, kenapa diberikan pada lelaki yang belum pernah dikenalnya sama sekali. Aku sudah protes ke papa mama, tapi beliau tak menggubris. Beliau mengatakan pernikahan harus dilaksanakan," urai Tita dengan mengedikkan bahu.

"Lalu?" Wina benar-benar penasaran dengan kelanjutan cerita Tita.

"Akhirnya kakakku tetap menikah dengan lelaki itu, Win. Tapi, kau tahu apa yang terjadi setelah itu?"

Wina menggeleng. Tetapi matanya menyiratkan antusias menunggu kelanjutan cerita mengalir dari mulut sahabatnya.

"Kakakku ternyata bahagia pada akhirnya!"

"Kok bisa?" Wina tak mengerti kenapa perjodohan bisa berakhir menjadi kebahagiaan.

"Pilihan orangtuaku tepat untuknya, Win. Memang kadang kita benci setengah mati saat orang tua bilang tidak boleh ini, tidak boleh itu. Tapi percayalah, ada sesuatu yang kita belum tahu apa maksudnya. Mereka sudah makan asam garam kehidupan."

Wina tercenung. Ia sekarang mengalami dilema besar. Harus memilih antara ayahnya atau Dewa.

Belum selesai melamun, notif pesannya berbunyi. Wina langsung meraih ponsel dan menggeser layar.

Dewa: Aku harus bertemu denganmu saat istirahat kantor.

Wina menggumam tanpa sadar, "Dewa."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Pelabuhan Hati

    "Bagaimana kabarmu, Wina Santika?" Sapaan itu tanpa sadar membuat Wina perlahan bangun dari hamparan rumput. Matanya terpana melihat sosok yang lama tak dijumpainya. Di sudut matanya mulai terbit titik air. Bibirnya mengembang seraya bergetar. "Baik." Wina membalas canggung sapaan itu. "Kamu?""Seperti yang kau lihat. Aku sehat.""Bundaa, ayo kita pulang. Katanya kalau ada tamu, harus duduk di ruang tamu," ucap Kirei dengan cadelnya.Celotehan itu membuat dua insan yang mendengar tersenyum. Bagai mendapat perintah, Wina melangkah lebih dulu, lalu menengok sekilas ke belakang, meminta sosok pria itu untuk mengikutinya."Silakan duduk di dalam," tawar Wina mempersilakan tamu spesialnya begitu sampai di depan teras rumah."Pemandangan di sini sangat indah. Bolehkan aku duduk di bangku teras ini saja?" Sofa empuk di teras menghadap ke halaman yang penuh dengan berbagai macam tanaman bunga dan juga kolam ikan koi. Memberi kesejukan mata bagi siapapun yang memandangnya.Wina hanya bisa

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Setelah Sekian Lama

    Lima tahun kemudian.“Saya tidak dapat menjalankan rencana ini tanpa persetujuan Nona Besar, Tuan. Menunggu beliau pulang dari Kanada adalah solusi terbaik.” Ratih menghela napas panjang. Sudah berapa kali ia menolak permintaan yang dirasa tak patut dijalankan. Karena ia tahu siapa tuannya sebelum menikahi Nona Besar.“Jadi kamu mau membangkang lagi?!”“Bukan, Tuan. Tapi Nona Besar sudah berpesan berulang kali kalau segala sesuatu harus melalui izin beliau. Saya tak bisa membantahnya.”“Kauuu!” Dewa menutup percakapan di telepon dengan kasar.Sudah berbagai upaya dilakukan agar Ratih menurut padanya, tapi tak sedikit pun celah berpihak padanya. Sejak menikahi atasannya lima tahun lalu, Dewa merasa dirinya berada dalam aturan yang tak pernah sejalan dengan pemikirannya. Momen di mana Mona sering melewatkan waktu di luar negeri untuk menjalankan usaha, sebenarnya merupakan waktu yang apik baginya untuk ikut mengatur cabang lain demi mendapatkan benefit untuk dirinya sendiri. Tapi bagaik

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Suatu Permintaan

    Duduk di tepi pantai di dalam saung bambu beratapkan daun rumbia, menjadi pilihan Sagara makan siang bersama Wina. Menu ikan bakar, udang saus manis, cumi tepung krispi, dan dua buah kelapa muda, menerbitkan selera Wina tanpa bisa dicegah. Sagara sampai tak berkedip melihat kalapnya perempuan yang ngidam itu hampir menghabiskan porsi yang ada."Ga, ayo makan. Keburu abis," ajak Wina sambil terus mengunyah. Sama sekali tak terusik walau jarinya sudah belepotan sambal. Keringat mengalir pelan di keningnya. "Aku sudah kenyang lihat kamu makan," celetuk Sagara memilih minum kelapa muda. Tangannya mengambil tisu dan mengusap lembut kening Wina."Aku pesankan lagi ya menunya?" timpal Wina dengan raut muka bersalah karena sudah begitu kalapnya menghabiskan semua menu.Sagara tertawa renyah. "Nggak usah. Kamu tahu nggak, apa yang membuatku bahagia saat ini?" "Apa?""Anakmu ternyata satu selera sama aku," jawab Sagara, tersenyum lebar.Pipi Wina bersemu merah. Kepalanya menunduk demi mengal

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Alasan Istimewa

    "Apakah tak dipikirkan lagi keputusanmu, Nak?" tanya Fahri untuk kedua kalinya, saat putrinya sedang berkemas di dalam kamar.Wina yang sedang mengemasi baju ke dalam koper, berbalik dan tersenyum ke arah ayahnya. "Seperti yang kuutarakan kemarin, Yah. Aku tak mau nantinya jadi bahan gosip tetangga, yang akhirnya sampai ke telinga Ayah dan Ibu. Kehamilanku sudah masuk trimester dua, aku tak mau mereka menuduhku hamil di luar nikah. Atau bahkan, mengataiku wanita yang dicampakkan suaminya." Dengan berusaha tersenyum, kelihatan sekali bibir Wina menahan untuk tidak menangis. "Selain itu, aku takut omongan mereka nanti berimbas pada perkembangan anakku."Fahri hanya bisa tercenung, tak punya daya untuk mempertahankan putrinya di rumah ini. Apalagi kemarin Wina juga beralasan ingin mengembangkan usaha online-nya dengan mendirikan toko di kota asal mbak Siti, asisten toko Ria yang sudah menjadi anak buah Wina selama ini. Siti bahkan sudah pulang kampung lebih dulu demi mencarikan tempat k

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Mencair

    Fahri dan Wulan meraba bahwa apa yang didengarnya tidak salah. Lelaki yang sudah berani menikahi putrinya, ternyata meninggalkan begitu saja demi wanita lain? Sagara sebenarnya sungkan menjelaskan, tapi berusaha keras demi Wina. "Dewa telah menjalin cinta dengan atasannya. Dan Wina telah diusir dari rumah mertuanya.""Astaghfirullah." Tubuh Wulan menghempas ke sandaran kursi. Tak dapat membayangkan kesakitan yang dialami putrinya. Ia lalu memeluk Wina dengan penuh kasih sayang."Keluarga tak tahu diri!" geram Fahri bangkit dari kursinya.Sagara segera bangkit dan memegang pundak Fahri. "Sabar, Paman. Yang lebih penting sekarang adalah menyelamatkan kondisi Wina yang rapuh."Ucapan Sagara berhasil mengendurkan kemarahan Fahri. Tangis pun kini tumpah di wajahnya, merasa tak berdaya sebagai seorang ayah yang harusnya bisa melindungi putrinya. Perlahan ia berjalan ke arah Wina.Melihat ayahnya mendekat, Wina segera menyambut memeluknya. "Maafkan Wina, Ayah!"Fahri mengangguk dan mendekap

  • Dicampakkan Suami Dicintai CEO   Kejujuran

    Air muka Wina terlihat memohon pada Sagara. Usai mengucapkannya, rasa lara dan kehilangan sosok suami seperti menguap entah ke mana. Masa krisis tersakiti dalam hubungan rumah tangga, seolah perlahan mulai ia lewati.Sagara serius menatap Wina. "Kenapa kau tiba-tiba--""Ga, aku tak mungkin bersedih terus-menerus." Wajah Wina menunduk, lalu ia melanjutkan berkata, "Sebenarnya sudah lama aku tersakiti akan tingkah Dewa. Harusnya aku tersadar sejak awal. Janji dia tidak bisa dipercaya."Kejujuran yang menyakitkan telinga Sagara, membuatnya semakin paham akan derita Wina yang dipendam selama ini. Hatinya tambah menyumpahi lelaki itu. Benar kata Ali. Tak seharusnya ia berusaha mengakurkan hubungan Wina dan Dewa. Tidak ada gunanya. Bahkan akan semakin menyakiti perempuan di hadapannya."Bagaimana dengan rasa cintamu?" Sagara bertanya lagi, meski dalam hati ia merasa bodoh menanyakan hal itu. Tapi setidaknya dia bisa mengantongi perasaan Wina terhadap Dewa."Seharusnya sejak bau parfum wanit

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status