Share

Bab 6

Author: Kharamiza
last update Last Updated: 2025-01-08 22:44:09

Pintu rumah terbuka perlahan. Damian masuk dengan langkah pelan agar suara langkahnya tak membangunkan siapa pun.

Hanya saja, langkahnya mendadak terhenti saat melihat lampu ruang tamu ternyata menyala. Di sana, istrinya duduk dengan wajah datar, kedua tangannya dilipat di depan dada.

Pemandangan itu, seketika membuat Damian canggung. Bukankah tadi, Inara sudah tidur ketika ia pergi?

“Ra? Kenapa kamu belum tidur?” Damian memberanikan diri bertanya.

Wanita itu bangkit dari sofa, menatap Damian tajam. “Aku bangun karena mendapati kamu tidak ada di kamar. Malam-malam begini pergi ke mana kamu dan baru pulang saat sudah dini hari?” tanyanya langsung tanpa basa-basi.

Damian terdiam sejenak, jelas tidak menyangka kalau akan dihantam dengan pertanyaan itu. Sebelumnya, dia berpikir kalau Inara akan tetap tidur ketika ia kembali, seperti saat memutuskan diam-diam keluar dari rumah tadi.

Dia berdehem pelan, terlihat berpikir sebelum akhirnya menjawab, “Tadi tiba-tiba sekretarisku telepon, katanya ada masalah di kantor. Aku harus ke sana untuk mengurusnya.”

“Tengah malam begini kamu masih bekerja?” tanya Inara dengan alis terangkat. Tatapannya penuh rasa curiga yang tidak bisa ia sembunyikan.

Suaminya itu memijat tengkuk. Pertanda gugup yang sebenarnya dia sendiri tak menyadari hal itu. “Iya, urgent banget soalnya. Kalau aku enggak datang, masalahnya bisa jadi makin kacau,” katanya, mencoba tersenyum untuk menyakinkan Inara.

Akan tetapi, Inara tetap berdiri di tempatnya, menatap Damian tanpa ekspresi. “Harusnya kamu bilang dulu agar aku tak cemas mencarimu. Berpikir kalau ....”

Inara tak melanjutkan kata-katanya ketika Damian mendekat dan memeluknya dengan lembut, bermaksud meredakan rasa khawatir istrinya. “Maaf, Sayang. Tadi tidurmu sangat nyenyak. Aku hanya tidak mau menganggu tidurmu.”

“Apa iya, Mas?” Inara menyipitkan mata, seolah-olah mencari kejujuran di wajah suaminya itu.

Hanya saja, setelah beberapa detik, dia menarik napas panjang dan mengalihkan pandangan. Memilih untuk tak berpikir macam-macam. Mungkin, suaminya memang ada urusan kantor yang tak bisa ditunda.

“Baiklah, lain kali beri tau aku kalau ada urusan malam-malam begini. Setidaknya, aktifkan ponselmu, biar aku mudah menghubungi.”

Damian mengangguk cepat. Tak ingin membuat istrinya itu makin meragukannya. “Ya ampun. Maaf sekali lagi, Sayang, ponselku tiba-tiba mati tadi, tapi lain kali, aku janji akan mengatakannya padamu.”

Sekalipun terlihat percaya, sebenarnya Inara tak benar-benar puas dengan alasan Damian. Dia memperhatikan gerak-gerik suaminya yang tampak cemas dan sedikit gelisah, seperti ada sesuatu yang sengaja disembunyikan.

“Sudah malam. Kamu istirahatlah,” ujarnya yang diangguki Damian sebagai jawaban.

Mereka melangkah ke kamar dengan Damian yang merangkul pinggang Inara.

“Kamu sudah berjanji memperbaiki hubungan kita, jadi kamu enggak akan berbohong padaku, kan, Mas?” gumam Inara dalam hatinya.

Hingga keesokan paginya, Inara yang duduk di tepi ranjang tiba-tiba dikejutkan dengan ponsel Damian yang tiba-tiba berbunyi.

Refleks, dia menoleh pada benda yang berada di atas nakas, di sebelahnya. Pandangannya langsung tertuju pada layar ponsel yang menyala. Sekilas, memperlihatkan sebuah pesan masuk, dari Selena.

Jantung Inara berdetak cepat. Tangannya gemetar hendak meraih beda pipih itu, tetapi ia juga merasa ragu, takut tiba-tiba Damian datang dan menganggapnya melewati batas. Namun, ia sungguh penasaran.

Suara air dari kamar mandi yang terdengar samar, menandakan kalau pria itu sedang mandi membuat Inara mengulurkan tangan, meskipun sedikit bergetar, dia meraih benda pipih tersebut dan mulai melihat pesan dari Selena melalui notifikasi layar kunci.

“Terima kasih untuk semalam, Mas Damian. Kamu benar-benar selalu ada untukku. Entah bagaimana jadinya, kalau kamu tidak ada.”

Pesan singkat itu, membuat mata Inara mulai memanas. Tangannya mengepal menahan gemuruh di dadanya.

Tak perlu waktu lama, hingga air matanya meluncur bebas di pipi bersamaan dengan runtuhnya kembali kepercayaan pada Damian.

“Kamu tega membohongiku demi wanita itu, Mas,” gumamnya pelan, tentu saja terluka dengan semua ini.

Napasnya mulai tersengal kala mengetahui kalau suaminya yang semalam mengaku ada urusan penting di kantor, ternyata justru menemui mantan kekasihnya, seperti dugaan sebelumnya, tetapi mencoba percaya pada alasan Damian.

Hatinya terasa hancur lebur, bahkan separuh hatinya sudah mati.

Suara air di kamar mandi berhenti. Inara buru-buru mengembalikan ponsel ke tempatnya. Dia menghapus air mata dengan gerakan cepat, berusaha menyembunyikan tangis.

Tak lama kemudian, Damian keluar dari kamar mandi, dengan handuk di lehernya. Memandang Inara yang masih duduk di tepi ranjang dengan ekspresi datar.

“Ra, aku lupa bilang, kalau nanti malam, aku mungkin lembur.”

Inara terkejut mendengarnya. Tidak sepenuhnya percaya kalau Damian benar-benar akan lembur. Bisa saja berbohong lagi, untuk menemui Selena.

Hanya saja, Inara tak mau ambil pusing. “Ya sudah kalau begitu, Mas,” ujarnya.

Damian tertegun mendengar nada suara istrinya yang terdengar dingin dan tak seperti biasanya.

Biasanya, Inara akan protes atau banyak bertanya? Akan tetapi, kali ini, bahkan bertanya sampai jam berapa saja tidak ada.

Sebelum sempat bertanya, Inara sudah bangkit dari tempatnya dan keluar dari kamar, meninggalkan Damian dengan wajah bingung, juga cemas.

Di luar kamar, Inara mengepalkan tangan. Diam-diam merencanakan sesuatu untuk mengungkap kebohongan suaminya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 141 - Kartu As

    Inara membuka matanya perlahan. Tak tidur, hanya sekadar menutup mata. Lampu tidur masih menyala, menerangi sebagian kamar dengan cahaya lembut kekuningan. Di sampingnya, Alma sudah terlelap dengan napas beraturan. Ekspresinya damai, setelah tadi memelas minta tidur bareng sang bunda. Senyum tipis terbit di bibir Inara ketika dengan penuh kasih ia menyentuh pipi putrinya pelan. Perlahan, ia bangkit dari ranjang, menyelimuti tubuh kecil Alma hingga dada, lalu menunduk mencium kening bocah itu. Dia melangkah ringan menuju sudut kamarnya yang luas itu. Sebuah meja kerja kecil berada di sana. Sambil mengusap tengkuk yang terasa sedikit pegal, ia beralih duduk Ia duduk di kursi ergonomisnya. Hari ini cukup melelahkan. Meeting sepanjang siang, revisi desain untuk klien besar, dan laporan strategi branding yang belum sempat ia review tadi di kantor karena harus meluangkan waktu menemani Alma jalan-jalan dan jajan.

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 140 - Hancur Bersama

    Cukup lama Selena menunggu. Namun, tak kunjung ada balasan dari Daffa, padahal pesannya sudah terbaca. Ia mulai panik, terlebih jam bergulir cepat, hingga hari berganti Daffa masih tak kunjung memberikan reaksi. Pria itu seolah memilih menghilang dan tak mau tahu.Tak ingin menunggu dalam diam dan marah yang makin menumpuk, akhirnya Selena memutuskan untuk mendatangi langsung rumah Daffa. Ia tak tahan lagi menanggung semua itu sendirian. Hidupnya jadi apes juga karena kebejatan Daffa.Hanya saja, sebelum keluar rumah, ia disambut putranya yang berada di ruang tamu. Tengah duduk di kantai sambil makan buah yang dipotong rapi oleh pengasuhnya. Tentunya, pengasuh Vano itu juga Daffa yang menyiapkan.“Ma, mau ke mana?” tanya Vano polos, matanya menatap Selena yang baru keluar dari kamar sambil menentang kunci mobil.Selena tersenyum tipis, mencoba menahan gundah yang membuncah di dadanya. “Mama mau keluar sebentar, Sayang. Ada sedikit urusan

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 139 - Masih Kilas Balik

    Pertemuan tanpa sengaja itu ternyata menjadi pemantik. Dua orang yang punya misi sama tersebut mulai lebih sering saling berkomunikasi, seolah tanpa sadar telah menjadi rekan dalam senyawa racun. Selang beberapa lama, hingga keduanya memutuskan untuk kembali bertemu, kali ini dengan maksud untuk menyusun rencana dimulainya kehancuran Damian dan Inara yang sebenarnya sudah hancur ulah Selena sebelumnya.Mereka bertemu di salah satu club malam ternama yang ada di Jakarta. Keduanya dudu berdampingan di sofa VIP yang agak tersembunyi dari keramaian.Dari kejauhan, keduanya tampak seperti pasangan biasa yang tengah menikmati malam membahagiakan, tetapi jika dilihat dari dekat, sorot mata mereka menyiratkan hal yang jauh lebih dalam dari sekadar menikmati malam.Lampu warna-warni menari liar. Irama musik menghentak pelan. Aroma alkohol bercampur parfum mahal menguar bercampur udara pada malam itu.Di atas meja, dua gelas koktail dengan warna m

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 138 - Kilas Balik 2

    Dicengkeramnya jemarinya gugup. Wajah wanita itu mulai pucat pasi. Ia bisa merasakan tatapan Daffa menusuk dari ujung kepala hingga kaki, seolah menguliti apa yang ada pada dirinya itu, termasuk kebohongannya.Tak lama, Daffa berdiri dari duduknya dan mulai mengitari ibu dan anak itu, tubuh Selena sontak menegang dibuatnya. Ia sangat takut, pria-pria itu akan membawanya pada polisi.Dengan cepat, ia menunduk dan memeluk Vano. “Maaf, Pak ...,” ucapnya dengan suara bergetar. “Kalau Bapak keberatan kami ada di sini, kami akan segera pergi.”Jelas, Selena mengatakan itu karena buru-buru ingin menghindar. Salahnya, karena minta tolong pada orang yang tak dikenal.Ia menggandeng tangan Vano berbalik. Langkah mereka terburu-buru, seperti kucing yang tertangkap basah mencuri ikan di meja makan.Hanya saja, belum sampai mereka keluar dari pintu, suara Daffa menggema lantang di seluruh ruangan.“Berhenti di situ!”Suara itu bukan

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 137 - Kilas Balik

    Beberapa bulan yang lalu ....“Cepat, Vano! Ayo lari!” Dengan menggandeng tangan kecil Vano, Selena terus berlari. Napasnya tersengal dan wajahnya panik.Sementara itu, suara langkah kaki terus mengejarnya. “Berhenti! Jangan mempersulit keadaan!”Langkah dua pria berseragam polisi itu makin dekat. Namun, Selena tidak boleh lengah. Kalau sampai tertangkap, maka dia akan dipenjara karena dengan sengaja membakar rumah Damian dan Inara.Tiba di jalan besar, pandangan Selena menyapu sekeliling, mencari tempat yang aman ketika tatapannya menangkap sebuah mobil hitam yang berhenti di seberang jalan.Tanpa pikir panjang, ia berlari menuju mobil itu dengan Vano yang masih dalam gandengannya. Cepat, membuka pintu belakang dan membantu Vano masuk lebih dulu. Setelah itu, barulah ia menyusul tanpa memedulikan pemilik mobil yang tengah menelepon di samping mobilnya.Pria yang mengenakan masker dan topi hitam itu tersentak mendengar

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 136 - Pengecut

    “Apa yang kamu lakukan sampai Damian bisa tau semuanya, hah?!” Suara Daffa melengking tajam, memantul memenuhi ruangan megah nan luas itu. Selena terkejut dengan pertanyaan yang dilayangkan Daffa. Jelas-jelas ia tidak melakukan apa pun. Dan, ia sendiri tidak tahu mengapa Damian bisa mengetahuinya. “Aku? Aku tidak ngapa-ngapain! Damian tiba-tiba aja membatalkan pernikahan kami dan bilang kalau mengetahui ayah dari janin dalam kandunganku. Aku juga tidak mengerti semuanya, Daffa.” Selena mencoba berkata jujur. Namun, sepertinya kejujurannya seperti tak ada gunanya bagi Daffa. Pria yang berdiri di dekat jendela besar yang memperlihatkan gemerlap kota itu perlahan berbalik. Matanya menyala marah seperti kucing yang hendak membunuh mangsa. “Jangan bohong!” bentaknya, mendekat dengan rahang mengeras. “Kamu itu terlalu ceroboh, Selena! Selalu aja blunder! Ngomong tidak mikir, gerak tidak hati-hati! Seperti kemarin, kamu menculik Alma tanpa mikir

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 135 - Tidak Peka

    Setelah pertemuan dengan Damian dan Selena tadi, Inara langsung mengajak Alma pulang, karena bocah itu mengaku sudah lelah berkeliling sambil menunjukkan tubuhnya yang lemes.Kini, mereka berada dalam perjalanan pulang. Mobil melaju pelan di antara lalu lintas malam yang cukup padat. Alma duduk di jok tengah bersama sang bunda. Memeluk tangan bundanya. Bibirnya kadang monyong. Sesekali pipinya mengembang.“Bunda .…” panggil Alma tiba-tiba. Memecah keheningan perjalanan pulang itu.Inara menoleh, berdehem pelan. “Hm?”“Kira-kira nanti pas lomba di sekolah Alma, Papa bisa ikut enggak, ya?”Pertanyaan itu seketika membuat dada Inara sedikit sesak. Ia tak langsung menjawab, hanya menarik napas pelan, mencoba tetap tenang dan berusaha mencari kata-kata yang tidak menyakiti perasaan putrinya. “Mm. Bunda belum sempat bicarain soal itu pada Papa, Sayang, tapi nanti Bunda coba cari waktu, ya? Soalnya Alma tau sendiri kalau Papa juga sang

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 134 - Permainan

    Suasana mendadak hening. Mereka sontak menoleh ke arah sumber suara. Selena muncul dan melangkah percaya diri, mendekat dengan suara hak tinggi berdetak pelan dari arah lorong. Tatapannya tajam dan dingin. Langsung menggamit lengan Damian seolah-olah pria itu sepenuhnya miliknya begitu tiba. Raut wajah Alma yang masih berada di gendongan sang papa sontak berubah. Mata bulatnya menatap Selena, dan hanya dalam hitungan detik, ia meringkuk, lalu turun dari gendongan Damian. Tanpa sepatah kata, bocah itu melangkah kecil menghampiri Inara dan langsung memeluk erat pinggang sang bunda, wajahnya menunjukkan ketakutan. Masih terbayang jelas di benak bocah itu bagaimana dulu Selena nyaris mendorongnya dari ketinggian. Inara menunduk, mengelus rambut putrinya dengan maksud memberikan perlindungan agar gadis kecil itu merasa aman di sisinya. Ia tahu betul ekspresi Alma saat ini sedang merasa tidak nyaman. Tak hanya Alma, dada Inara pun sebenarnya ikut sesak melihat pemandangan d

  • Dicampakkan Suami Setelah Mantan Kekasihnya Kembali    Bab 133 - Dilema

    Damian mengusap wajahnya dengan gusar. Rahangnya terlihat menegang, menahan gejolak emosi di dada yang tiba-tiba ingin meledak. Dia menarik napas, kemudian dengan perasaan geram, dia bertanya lirih. “Apa tidak ada satu pun keluarga Inara yang mengetahui soal ini?” Andrew menggeleng pelan. “Tidak ada, Pak. Tuan Wardhana menyimpan rahasia ini sangat rapi. Ia tutup rapat-rapat dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa sehingga tidak ada yang menaruh curiga padanya, sekalipun Nyonya Wardhana. Sebab itu, dia mencoba melindungi nama baiknya agar rahasia itu tetap tersimpan rapi dengan menggandeng Daffa, satu-satunya orang yang memegang bukti perselingkuhan Tuan Wardhana.” Damian terdiam. Sorot matanya menukik tajam, tetapi kosong. Tangannya mengepal di atas meja, menunjukkan kalau ia sedang sangat marah. “Tega sekali,” gumam Damian, nyaris tak terdengar, “bahkan putri sendiri dijadikan alat untuk menutupi aib ayahnya.”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status