Share

5. Balas Dendam

Penulis: Vhiaraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 23:07:42

"A-apa? Menikah?" Sofie menganga dengan manik mata terbuka lebar.

Sebelumnya, Sofie menerima amplop coklat berisi surat perceraian. Tidak disangka, ternyata amplop coklat kali ini justru ajakan ke pelaminan. Apalagi rentang waktu hanya beberapa bulan saja.

"Hahaha ... apa kamu gila?" Sofie tertawa tidak habis pikir.

"Cukup!" seru Oxel dingin.

"Bagaimana bisa? Kita baru kenal dan kamu sudah mengajakku menikah," ucap Sofie mengabaikan seruan Oxel.

Sofie masih tidak bisa menerima gagasan yang Oxel lontarkan. Selain baru mengenal, dia juga memiliki pengalaman buruk tentang pernikahan. Jadi, tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk menikah lagi.

"Kamu hanya perlu baca dan tandatangani dokumen ini. Setelah itu, kita akan menikah."Oxel kembali menyodorkan amplop coklat pada Sofie.

"Aku rasa aku sudah mendengar apa yang ingin kamu katakan. Sekarang giliranku untuk menolak dan pergi," kata Sofie tegas, lalu langsung membalikkan badan.

Sudah saatnya bagi Sofie pergi dari sana. Dia berharap setelah ini tidak akan pernah bertemu lagi dengan Oxel, pria yang hobi menculiknya.

"Bukankah kamu diceraikan dengan tidak adil?" Oxel menatap punggung Sofie dengan sorot percaya diri.

Mendengar ucapan Oxel membuat Sofie menghentikan langkahnya tiba-tiba. Tangannya terkepal dan raut memerah.

"Kamu dijadikan pengganti dan dibuang tanpa rasa belas kasihan. Apa kamu tidak ingin balas dendam?" lanjut Oxel bertanya.

Sofie langsung membalikkan tubuhnya dan berkata, "Kamu ...." Dia menunjuk Oxel dengan gigi yang dieratkan.

Beraninya Anggara menyelidiki tentang informasi pribadi Sofie. Memangnya pria itu pikir bisa berbuat sesuka hati? Meski dia orang kaya dan berpengaruh, bukan berarti segala keinginannya harus Sofie penuhi.

"Ya, aku tahu segalanya tentang kamu, bahkan hari-hari kamu bersama Anggara dan kekasihnya di rumah kalian." Oxel mengangguk-angguk sambil mencebikkan bibirnya. "Jadi, menikahlah denganku dan aku akan memberikan segalanya untukmu. Aku akan membantumu balas dend--."

"Diam!" bentak Sofie geram.

Rasanya sangat memalukan di mana aibnya diketahui orang lain. Apalagi hal itu merupakan sesuatu yang ingin sekali Sofie lupakan. Namun, Oxel justru mengungkitnya dan membuka luka lama yang sulit disembuhkan.

Dengan napas memburu, Sofie berkata, "Jangan pernah temui aku lagi! Aku harap ini pertemuan kita yang terakhir."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Sofie langsung berbalik dan keluar tanpa membaca persyaratan yang Oxel berikan. Untuk sesaat, dia menatap pintu ruang kerja pria itu. Dia menghapus air mata yang jatuh dan lekas pergi.

Untuk menenangkan diri, Sofie pergi ke sebuah kafe. Namun, belum sempat masuk dan dia berpapasan dengan Anggara dan Yura yang baru saja keluar.

"Kamu ngapain di sini? Buntuti aku sama Yura?" tuduh Anggara.

"Apa? Aku buntuti kamu?" Sofie tertawa canggung menahan sakit di hati.

"Lalu, kenapa kamu ada di sini?" Anggara menatap Sofie dengan mata menyipit.

"Sudah, Mas. Mungkin Sofie memang ingin ke kafe ini dan bukan mengikuti kita," ujar Yura berusaha menengahi.

Wanita itu mengusap lembut dada bidang Anggara, lalu merebahkan kepalanya di sana. Dia memang berusaha menengahi, tetapi tatapan mengejeknya tertuju pada Sofie. Sikap Yura yang seperti ini ingin menunjukkan bahwa Anggara kini benar-benar miliknya.

"Tidak perlu berpura-pura baik, Yura! Kamu pikir aku tidak tahu apa yang ada di kepalamu, hah?!" bentak Sofie menimpali. Bola matanya membulat dan memerah.

"Mas?" ucap Yura lirih.

Tubuh Yura menyusut dan memeluk lengan Anggara erat. Dia terlihat seperti orang yang sedang ketakutan.

"Apa yang kamu lakukan, Sofie?!" Anggara balas membentak. Dia terlihat sangat marah dan tidak terima atas perlakuan Sofie terhadap sang istri. "Yura sudah membelamu dan kamu malah bersikap seperti ini," imbuhnya tidak habis pikir.

Ya, benar. Orang gila mana yang ketika dibela, tetapi justru memarahi orang yang membelanya?

"Aku hanya mengatakan fakta, Mas. Istrimu ini bermuka dua. Aku takut kamu menyesal nantinya," sanggah Sofie menatap Anggara sendu.

Menyebut Yura sebagai istri Anggara terasa seperti sedang mencabik-cabik hati sendiri. Itu menjelaskan bahwa Sofie memang sudah harus berhenti dan melupakan pria itu.

"Mas, perutku." Yura menyentuh perut dengan wajah memucat.

"Perut kamu kenapa, Sayang? Anak kita baik-baik saja, kan?" tanya Anggara khawatir.

"Perut aku sakit, Mas," sahut Yura merintih kesakitan.

Melihat Anggara dan Yura, terlebih dengan ucapan mereka membuat Sofie terkejut. Dia menutup mulut dan mata yang terbuka lebar. Perlahan, bulir-bulir menumpuk di pelupuk mata dan siap tumpah.

"Ka-kamu ... ha-hamil?" tanya Sofie memastikan. Jantungnya berdegup kencang dan berusaha tenang.

"Iya, Sof. Aku hamil dan sudah bulan keempat," jawab Yura tersenyum senang, seolah rasa sakit yang dia tunjukkan sebelumnya hanya berpura-pura.

"A-apa?" Manik mata dan mulut Sofie terbuka lebar.

Tumpah sudah air mata wanita dengan senyum menawan. Bagaimana bisa Yura hamil dalam waktu sesingkat itu? Sementara dirinya dulu ... sudah berusaha setiap malam dan meminum banyak vitamin, juga makanan sehat, tetapi tidak kunjung hamil.

"Iya, Sof. Mas Anggara sangat bahagia ketika aku tunjukkan test pack garis dua," ujar Yura menjelaskan. Dia menatap sang suami dan tersenyum.

"Ayo, kita ke rumah sakit. Aku tidak ingin calon anak kita kenapa-kenapa," ajak Anggara.

"Tapi perut aku sudah tidak sakit, Mas. Tadi hanya sedikit keram saja," tolak Yura.

Apa yang terjadi sebelumnya hanya akal-akalan Yura saja yang ingin memanas-manasi Sofie. Rasanya sangat menyenangkan membuat wanita itu menderita.

"Aku tidak ingin mengambil resiko, Sayang," kata Anggara bersikeras. Dengan sigap, Anggara mengangkat tubuh Yura dan membawanya ke area parkiran mobil.

"Selamat tinggal, Sofie," bisik Yura. Dia tersenyum sinis menatap Sofie yang hancur.

Sementara itu, Sofie menengadahkan kepala dan melihat kilat membelah langit. Tetesan air hujan perlahan membasahi wajahnya. Dalam waktu kurang dari satu tahun, dia ditinggal sang ibu untuk selama-lamanya. Dia juga ditipu suami tercinta, bahkan diceraikan dalam sekejap mata. Kini, sang mantan suami dan istrinya hidup bahagia. Terlebih dalam hitungan bulan akan segera memiliki anak.

Sofie menjatuhkan tubuhnya dan duduk di tanah sambil menunduk. Air matanya sudah bercampur dengan derasnya air hujan. Dia merasa Tuhan sangat tidak adil padanya.

Di tengah kehancuran dan air mata, tiba-tiba Sofie teringat ucapan Oxel. "Aku bisa memberimu segalanya dan aku bisa membantumu balas dendam."

Tanpa sadar, Sofie berdiri dan beranjak pergi menemui Oxel. Dia langsung menandatangani kontrak perjanjian pranikah dengan pria itu.

"Astaga! Apa yang sudah aku lakukan?" Sofie melempar bolpoin dengan terkejut.

"Kamu sudah tandatangan dan tidak bisa membatalkannya." Oxel langsung meraih surat perjanjian itu, "Kecuali kalau kamu mau membayar denda sebanyak sepuluh miliar," sambungnya mengancam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dicerai Bajingan Dinikahi Sultan   22. Semua Kacau

    Anggara memang bajingan yang memanfaatkan Sofie selagi Yura tidak ada. Meskipun demikian, Yura tetap tidak terima orang yang paling dicinta direndahkan seperti itu."Akan ku bunuh kamu, jalang!" Yura bersiap menghabisi Sofie, tetapi seruan Lily menghentikannya."Yura, cukup!" bentak Lily murka. Dia berdiri secara tiba-tiba dan menatap tajam temannya.Sejak awal, Lily tahu kalau Yura yang sengaja mencari masalah dengan Sofie. Meski dikalahkan berkali-kali, temannya itu tidak menyerah dan terus-menerus membuat masalah. Sikapnya ini menunjukkan betapa rendah Yura."Lily ...." Yura menatap kecewa temannya. Sudah berteman sejak SMA, tetapi Lily lebih memilih membela Sofie alih-alih membela Yura. Apa harta lebih penting dari pertemanan? Akan tetapi, harta pula yang membawa Yura ke club itu. Jadi, bukankah mereka berdua sama saja?"Tolong berhenti membuat keributan!" ujar Lily dengan raut memohon."Astaga! Kalung berlian sebagus ini kamu dan suamimu jadikan sebagai hadiah?" celetuk Jessica

  • Dicerai Bajingan Dinikahi Sultan   21. Diam, Jalang, Diam!

    Yura tidak menyangka Sofie akan seberani itu. Sudah disudutkan bukannya melemah, tetapi wanita itu justru semakin kuat."Benarkah?" Sofie berdiri. Dia melangkah mendekat ke arah Yura sambil melipat kedua tangan di perut. "Lalu apa yang kamu lakukan di hari satu tahun pernikahanku dan Mas Anggara?""Apa yang akan kamu lakukan, Sofie?!" bentak Yura dengan raut ketakutan.Sebisa mungkin, Yura harus memutarbalikkan keadaan. Jangan sampai semua orang tahu kebenarannya. Apalagi tujuannya datang ke sana demi mendapat teman baru dari kalangan atas."Aku tidak akan melakukan apa-apa. Aku hanya akan mengungkap kebenaran di sini," sahut Sofie santai."Diam!" bentak Yura murka."Kalian tahu?" Sofie mengedar pandang menatap satu per satu penghuni ruangan itu. "Gara-gara Yura yang datang di pernikahan kami dan di hari satu tahun pernikahan kami, aku diceraikan suamiku."Sofie tidak terburu-buru. Dia hanya ingin melihat Yura hancur dengan cara mengungkap kebenaran secara perlahan. Andai wanita itu s

  • Dicerai Bajingan Dinikahi Sultan   20. Dasar Wanita Licik!

    "Bukan itu maksudku, Oxel. Bahkan kartu itu belum aku pakai sama sekali," ucap Sofie berusaha menjelaskan.Kartu yang Oxel berikan pada Sofie belum pernah sekali pun digunakan. Tentu saja karena semua kebutuhan sudah pria itu penuhi. Baik sandang maupun pangan, tanpa kurang suatu apa pun."Lalu?" Oxel ingin Sofie menjelaskan lebih detail."Aku ingin menemani Arsene pergi ke ulang tahun temannya. Dengar-dengar ini bukan perayaan ulang tahun biasa. Jadi, aku ingin kamu menyiapkan gaun edisi terbatas dan hadiah mahal. Kamu tahu maksudku, bukan?" jelas Sofie panjang kali lebar.Jika Oxel belum pernah menemani Arsene ke acara seperti itu, Sofie ingin Memon ini menjadi momen terbaik bagi anak tiri kontraknya. Apalagi mimik sedih yang ditunjukkan ketika mengajaknya. Apa pun yang terjadi, Sofie akan melakukan yang terbaik."Aku mengerti. Aku akan menyiapkan segalanya untukmu juga Arsene," sahut Oxel mantap."Baik, terima kasih." Sofie mengakhiri panggilan dan menatap ke arah samping.Hidup me

  • Dicerai Bajingan Dinikahi Sultan   19. Lepaskan Aku!

    "Aaaa!" Yura berteriak cukup keras dengan manik mata terbuka.Dalam hati, Yura menyesali kebodohannya yang mengabaikan peringatan Anggara untuk tidak mengejar Sofie. Andai dia menurut, mungkin dia akan aman dan sedang memilih perlengkapan bayi."A-aku ... aku tidak jatuh?" batin Yura bertanya-tanya. Dia mencium aroma parfum yang terasa sangat lembut di indera penciumannya."Apa kamu baik-baik saja?""Kok aku seperti kenal suara ini?" bisik Yura dalam hati.Sepersekian detik kemudian, Yura membuka mata dan mendapati dirinya berada dalam dekapan seseorang. Sayangnya, seseorang itu adalah Sofie."Lepas, lepaskan aku!" seru Yura ketus.Bertepatan dengan ucapan Yura, Sofie sudah merasa tidak kuat lagi. Tangannya kebas karena menahan tubuh wanita itu yang tengah berbadan dua."Oke." Sofie mengangkat kedua tangan dengan raut santai."Awww! Brengsek kamu, ya!" Yura memekik kesakitan dan mengumpat.Posisi jatuh Yura tidak terlalu tinggi dan cukup aman. Namun karena orang itu Sofie, jadi dia ti

  • Dicerai Bajingan Dinikahi Sultan   18. Cukup, Yura, Cukup!

    Hanya menatap Sofie sebentar saja sudah membuat Yura mengamuk. Apalagi kalau sampai saling sapa seperti ini. Anggara tidak yakin kejadian di perusahaan tadi tidak akan terulang lagi."Kalau begitu aku permisi, Mas. Kasihan Arsene sudah kelelahan dari pulang sekolah belum istirahat," pamit Sofie mengulas senyum lembut.Untuk apa terus berada di sana sedangkan target sudah melihat. Sofie hanya perlu memberi umpan dan melihat hasilnya nanti. Lagi pula, dia masih ingin bermain-main dan berjanji akan membuat mereka menyesal."Kamu mau ke mana, Sofie?!" teriak Yura dengan langkah besar."Aku mau temani anakku belanja, Yura," sahut Sofie santai.Wanita cantik itu menghentikan langkahnya membuat Arsene pun mengikuti. Dia mengedar pandang menatap orang-orang yang memusatkan atensinya pada Yura. Setelah itu, menoleh ke belakang dan mengedipkan sebelah mata. "Kenapa berhenti, Ma?" tanya Arsene menengadahkan kepala."Tidak apa-apa, Sayang." Sofie membalas, lalu mengusap puncak kepala anak tiri k

  • Dicerai Bajingan Dinikahi Sultan   17. Menghabisimu

    Yura berjalan santai sambil bersiul. Suaranya terdengar mengerikan karena diikuti siulan yang memantul. Tatapan matanya terus tertuju pada Sofie yang masih setia berdiri di depan lift. "Ayolah! Kali ini aku tidak akan hanya mencabik-cabik wajahmu, tapi menghabisimu sekaligus," bisik Yura tersenyum jahat. "Mama!" teriak Arsene memanggil. Sontak, Yura langsung menghentikan langkahnya tepat di samping mobil yang baru saja berhenti. "Ah, sial!" Yura mengumpat dalam hati. Selain ada Arsene, Oxel pun baru saja keluar dari lift. Ternyata mereka berdua sengaja ingin menjemput Arsene di sana. Lalu, bagaimana dengan penglihatan Yura yang melihat Sofie tertawa? "Sialan!" Yura mundur perlahan dan sembunyi di balik mobil yang terparkir. Dia menjulurkan kepalanya sedikit dan mulai memperhatikan. "Halo, Sayang." Sofie berjongkok sambil merentangkan tangan membiarkan Arsene masuk ke dalam pelukan. "Bagaimana kegiatan di sekolah hari ini? Apa menyenangkan?" Harusnya Sofie pergi menjempu

  • Dicerai Bajingan Dinikahi Sultan   16. Dasar Jalang Sialan!

    Yura menganga dengan manik mata terbelalak. Dia menoleh ke arah Sofie dan melihat betapa santainya wanita itu. Bersandar pada dinding sambil meniup-niup kuku jari tangan. "Sial! Dasar jalang!" umpat Yura nyalang. "A-a-awww! pekiknya kesakitan. Pasalnya, Oxel semakin menekan lengannya kuat-kuat. "Jawab!" bentak Oxel murka. Beraninya Yura mengabaikan pertanyaan Oxel seolah amarahnya sama sekali tidak berarti apa-apa. Apa perlu dia beri pelajaran agar wanita rendahan itu mengerti? "Maafkan istri saya, Pak," kata Anggara dengan jantung yang berdegup kencang. "Maaf?" Oxel tersenyum kecut dan menghempaskan tangan Yura cukup kuat. "Awww!" Yura memekik kesakitan. Istri Anggara ini menatap Oxel sekilas sebelum akhirnya menatap Sofie nyalang. Andai Oxel tidak datang, mungkin dia sudah mencabik-cabik wajah Sofie sampai hancur berantakan. "Apa saya terlihat seperti orang yang mudah diusik, Pak Anggara?" Oxel mengendurkan dasi dengan gigi yang dieratkan. "Bukan begitu maksud saya, Pak. Is

  • Dicerai Bajingan Dinikahi Sultan   15. Terpana

    "Apa benar begitu?" tanya Sofie memastikan. Pasalnya Oxel hanya diam dengan raut panik."Hah? Apa?" Oxel yang sedari tadi melamun terlihat terkejut.Sofie berdiri dan menatap Oxel serius. "Kamu marah karena kejadian di kamar mandi?" tanyanya ulang."Ti-tidak. Siapa bilang?" Oxel ikut berdiri dengan nada gelagapan."Lalu apa yang membuatmu marah padaku?' tanya Sofie menatap Oxel lekat."Pekerjaan, yah, masalah pekerjaan." Oxel tersenyum lega karena akhirnya dia menemukan jawaban yang tepat, "Aku sedang bekerja dan kamu juga Arsene datang mengganggu," imbuhnya menyalahkan.Jawaban seperti ini sudah pasti bisa diterima oleh Sofie. Itulah alasan mengapa Oxel terlihat lebih santai daripada sebelumnya. Tidak mungkin bukan kalau wanita itu akan bersikeras dengan masalah di kamar mandi sebelumnya?"Oh." Sofie menganggguk-angguk dan melanjutkan ucapannya. "Kalau begitu, aku keluar dulu. Kamu bisa lanjutkan pekerjaan dan akan ku pastikan kami tidak akan mengganggu.""Mmm," balas Oxel melirik So

  • Dicerai Bajingan Dinikahi Sultan   14. Mengintip

    Sepersekian detik, Oxel langsung bangkit berdiri, kemudian disusul Sofie. Mereka berdua terlihat sangat canggung hingga pada akhirnya handuk yang melilit di tubuh Sofie terlepas. "Aaa!" Sofie berteriak berusaha menutupi kedua aset berharganya. Dia lekas membungkuk meraih handuk itu, lalu melilitkannya kembali. Sementara Oxel, dia berpura-pura tidak melihat dan menatap ke arah lain. Padahal, dia sempat menyaksikan tubuh molek Sofie dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia hanya tidak ingin membuat situasi tidak nyaman untuk ke depannya. "Kamu tidak melihat, kan?" tanya Sofie panik dengan tangan yang memeluk tubuhnya erat. "Melihat apa? Aku tidak melihat apa-apa," sahut Oxel datar, bahkan raut wajahnya menunjukkan sisi berpikir. "Tidak, tidak ada." Sofie menghela napas lega. "Ya sudah, aku ke ruang ganti dulu." Sofie bersiap keluar kamar mandi, tetapi tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan menatap Oxel curiga. "Tunggu! Kenapa kamu ada di sini? Bukankah seharusn

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status