Dicerai Bajingan Dinikahi Sultan

Dicerai Bajingan Dinikahi Sultan

last updateHuling Na-update : 2025-03-22
By:  VhiarayaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
22Mga Kabanata
612views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Satu tahun menikah, Sofie mendapat fakta mencengangkan bahwa bukan dirinya wanita yang suaminya cintai. Dia digugat cerai tepat di hari satu tahun pernikahannya dengan Anggara. Ternyata, selama ini dia dijadikan sebagai istri pengganti sampai kekasihnya kembali. Demi mempertahankan rumah tangganya yang selama ini baik-baik saja, Sofie menolak perceraian itu. Namun, Anggara justru membawa kekasihnya pulang dan tinggal bersama. Setiap hari bersikap mesra bahkan tidur di kamar yang sama. Tidak tahan melihat semua itu membuat Sofie menyerah. Dia menerima perceraian itu dan menikmati masa kehancurannya. Beruntung, dia bertemu dengan Oxel, pria yang menawarinya pernikahan dengan segala kemewahan. Seperti apa kelanjutan kisah Sofie dan Oxel? Mampukah Sofie menunjukkan pada Anggara bahwa dia bisa bahagia meski tanpanya? Cover by AI and design by me Cerita ini dipublikasikan pada 13 Januari 2025

view more

Kabanata 1

1. Pengganti

Terlihat, seorang wanita cantik sedang berbaring di tempat tidur. Lingerie tembus pandang yang melekat di tubuh indahnya berwarna merah menyala. Dia Sofia Larasati atau biasa disapa Sofie. Sorot matanya tertuju pada pintu yang perlahan mulai terbuka.

Sepersekian detik, manik matanya menangkap sosok pria tampan dengan balutan setelan mahal. Pria itu adalah Anggara Guntara, suaminya.

Dengan sigap, Sofie beranjak mendekat dan berbisik, "Selamat hari jadi pernikahan kita, Sayang."

Sofie memeluk Anggara dan bersiap menariknya ke tempat tidur. Namun, sang suami justru menahan tubuhnya seolah enggan. Hal itu membuat Sofie mengernyit bingung.

"Ada apa? Apa ada masalah di kantor?" tanya Sofie lembut.

"Aku ingin kita cerai," ujar Anggara datar.

Bukannya menjawab pertanyaan yang Sofie lontarkan, Anggara justru melantur meminta cerai. Ucapannya ini terdengar seperti petir di tengah terik.

"Cerai? Ya ampun, Mas! Kamu mau prank aku di hari jadi pernikahan kita?" Sofie tersenyum sambil memukul dada bidang Anggara.

"Aku serius, Sofie. Aku ingin kita cerai," sergah Anggara masih dengan raut datar.

Mendengar ucapan Anggara membuat tubuh Sofie tersentak. Wanita cantik dengan rambut panjang kecoklatan yang tergerai indah itu membuka mata dan mulutnya lebar-lebar.

"Tidak, aku tidak percaya." Sofie menggeleng kuat dengan bola mata memerah. "Aku yakin kamu cuma mau prank aku. Iya 'kan, Mas?"

"Kalau kamu masih tidak percaya, kamu bisa baca dan tandatangani surat ini." Anggara menyodorkan amplop coklat pada Sofie.

Entah sejak kapan amplop coklat itu ada di tangan Anggara. Kenapa Sofie sama sekali tidak melihat? Apa karena dia terlalu fokus pada perubahan sikap sang suami?

"A-a-apa ini, Mas?" tanya Sofie terbata. Bibir dan tangan kanan yang hendak meraih amplop coklat itu bergetar.

"Surat cerai. Aku mau kamu tandatangani surat itu secepatnya," sahut Anggara menatap Sofie tidak sabaran.

"Kamu bohong 'kan, Mas? Kamu cuma mau prank aku, kan?" Terlihat jelas bahwa Sofie berusaha berpikir positif meski hati merasa takut.

Tidak mendapat jawaban apa pun membuat Sofie mau tidak mau meraih amplop coklat itu dan membukanya. Bola mata indah wanita itu terbelalak tidak percaya mengetahui bahwa ucapan Anggara memang benar.

Sofie menggeleng cepat sambil menyodorkan lembar kertas itu pada Anggara. "I-ini ... ini tidak benar 'kan, Mas?"

"Sudahlah! Aku tidak sedang bercanda. Semua yang kamu lihat itu benar, aku ingin kita cerai." Anggara mengibaskan tangan kesal.

"Tapi kenapa? Kenapa tiba-tiba kamu mau cerai, Mas, kenapa?" Bulir-bulir bening perlahan jatuh membasahi pipi Sofie.

Sejak pertama menikah, kehidupan rumah tangga Sofie dan Anggara selalu diliputi kebahagiaan. Jarang sekali diterpa masalah dan selalu terlihat romantis. Jadi, sulit sekali bagi Sofie untuk percaya.

"Yura sudah kembali dan ini saatnya kamu pergi," jawab Anggara sambil membuang pandangan.

"A-apa? Jadi, selama ini kamu hanya menjadikanku sebagai pengganti?" Sofie menatap Anggara dengan terkejut.

"Terserah kamu mau bilang apa. Lebih baik sekarang, kemasi barang-barangmu dan pergi dari rumah ini," balas Anggara tak acuh.

Setelah mengucapkan kata-kata menyakitkan itu, Anggara berbalik dan bersiap pergi. Namun sayang, Sofie langsung memblokir langkahnya dengan cepat.

"Tunggu, Mas! Jawab pertanyaan aku!" seru Sofie menggebu.

"Cukup, Sofie! Aku menikahimu karena senyummu mirip dengan kekasihku. Jadi, kita cerai saja karena dia sudah kembali." Anggara menatap Sofie tajam. Dia benar-benar kesal karena wanita itu tak kunjung memahami ucapannya.

"A-apa?" Lagi-lagi, Sofie dibuat terkejut. Tubuhnya membeku dan air matanya kembali mengerucuk deras.

Pada kesempatan ini, Anggara berjalan melewati Sofie. Dia pergi tanpa merasa bersalah sedikit pun. Setelah di depan pintu, dia berkata, "Ayo, Sayang!"

Ucapan Anggara terdengar sangat jelas di telinga Sofie. Sontak, dia langsung menoleh ke belakang dan mendapati seorang wanita berpakaian minim tersenyum sinis. Tanpa pikir panjang, dia lekas mengejar dan menyentuh lengan wanita itu dengan kekuatan penuh.

"Awww!" pekik Yura kesakitan.

"Kenapa, Sayang?" tanya Anggara lembut.

Yura tidak menjawab dan hanya menatap lengan kirinya yang memerah dicengkeram Sofie. Lantas, Anggara pun mengikuti arah pandangnya.

"Apa yang kamu lakukan, Sofie?!" bentak Anggara dengan manik mata terbelalak. Tangannya pun bergerak cepat melepaskan tangan sang istri dari lengan Yura.

"Kamu yang apa-apaan, Mas?! Beraninya kamu membawa wanita murahan ini ke rumah kita!" sanggah Sofie balas membentak.

"Mas?" ucap Yura lirih dengan raut sedih.

Meski posisi Yura seperti wanita murahan yang mau dibawa ke rumah pria beristri, tetapi dia tetap merasa sakit hati. Ucapan Sofie membuatnya merasa sangat rendah.

"Yura kekasihku!" seru Anggara murka.

"Bukan! Dia hanya wanita murahan yang ingin merusak rumah tangga kita!" Sofie menunjuk Yura sambil menggeleng kuat.

"Beraninya kamu menyebut Yura wanita murahan!" bentak Anggara. Tidak lupa dengan tangan yang diayun tepat ke wajah Sofie.

Susah payah Anggara menunggu dan mencari Yura. Kini, di saat sang kekasih sudah kembali, Sofie dengan seenaknya menyebut kekasihnya wanita murahan. Tidak bisa dibiarkan!

Kepala Sofie terdorong ke samping dengan pipi yang sudah sangat merah. Sontak, tangan kanannya bergerak menyentuh wajah yang terasa panas.

Sofie melirik Anggara tajam. "Lalu apa namanya kalau bukan murahan, sedangkan dia ada di sini ... di rumah kita dan di antara hubungan pernikahan kita?!"

Kemarahan Sofie sudah memuncak. Semua masalah berasal dari Anggara, tetapi sikap pria itu seolah Sofie yang telah melakukan kesalahan.

"Bukankah sudah ku bilang kalau kamu hanya seorang pengganti?" Anggara terlihat merilekskan tubuhnya. "Jadi, tandatangani surat cerai itu dan enyahlah dari pandanganku!"

"Bajingan kamu, Mas!" Kini, giliran Sofie yang menampar wajah Anggara.

Sudah sedari tadi Sofie menahan amarah. Akan tetapi, Anggara justru semakin menjadi-jadi di depan Yura. Apalagi reaksi wanita itu yang sangat bangga. Rasanya Sofie ingin mencabik-cabik wajahnya sampai tak berbentuk.

"Terserah!" Anggara menatap Sofie malas.

Pria memang tidak suka banyak bicara. Sama seperti Anggara yang kini kembali merangkul pinggang Yura dan melangkah pergi.

Sementara itu, Sofie hanya bisa melihat tanpa bisa berbuat apa-apa. Tangannya terkepal dengan gigi yang dieratkan. Air mata pun perlahan mulai jatuh membasahi pipi mulusnya lagi.

"Jangan menggodaku, Yura!" kata Anggara memprotes.

"Siapa yang menggoda? Aku hanya tidak sengaja menciummu. Memangnya tidak boleh?" sanggah Yura manja.

"Tentu saja boleh. Apalagi kalau lebih dari sekedar mencium." Anggara tertawa gemas. "Rasanya aku ingin memakanmu sekarang juga."

Mereka berdua bersikap seolah tidak ada Sofie di sana. Melakukan candaan yang cukup intim seolah hal itu bukan apa-apa. Entah itu disengaja atau memang sudah sering melakukannya.

"Tapi lenganku sakit, Mas," ujar Yura dengan raut memelas.

"Tenang saja karena aku tidak akan menyakitimu. Paling-paling aku hanya akan membuatmu mengerang keenakan."

"Ih, Mas Anggara nakal deh." Yura memukul dada bidang Anggara dan menyandarkan kepalanya di sana.

"Ayo, kita ke kamar!" ajak Anggara bersemangat.

Anggara membawa Yura menuju kamar tamu yang letaknya bersebelahan dengan kamar utama. Mereka berdua saling menggoda dan tertawa riang. Suaranya terdengar jelas di telinga Sofie yang berada di sana.

"Keterlaluan!" Sofie meninju dinding tanpa mengalihkan pandangan dari dua sejoli itu.

Wanita cantik itu menyaksikan suaminya dan Yura masuk ke kamar tamu. Perlahan rasa takut mulai menggerogoti relung hati, bahkan tanpa sadar kakinya melangkah menuju kamar itu. Tepat di depan pintu, dia mendengar suara menjijikan.

"Ah ... eum ...." Suara erangan terdengar membuat tubuh Sofie menegang.

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
22 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status