“Anda atasan di perusahaan ini, ya?” Tiba-tiba Moja bersuara dengan nada sok imut, bahkan tersenyum ke arah Rey. “Saya cuma mau kasih saran, sih. Karna kebetulan saya juga kenal sama Aina waktu kuliah. Kayak yang dibilang sama Yuda, Aina ini gak cocok sama sekali loh kerja di sini. Dia ini—”
“Kau siapa lagi?” tukas Rey malas, “sudah ‘lah, orang-orang yang tidak berkepentingan kayak kalian, silakan pergi dari sini, atau ingin saya panggil satpam untuk mengusir kalian?”
“Kami cuma pengen kasih masukan, kok. Kok Anda marah begitu, sih?” cetus Moja sedikit ketus.
“Atasan kami ‘kan udah bilang, kalian gak diperlu ikut campur. Beliau bukan cuma atasan, beliau ini adalah Rey Jabio—CEO perusahaan ini sekaligus orang yang paling berwewenang di perusahaan ini. Jadi tolong lebih sopan ‘lah,” tegur Jotan ikut muak dengan Moja
“Anda atasan di perusahaan ini, ya?” Tiba-tiba Moja bersuara dengan nada sok imut, bahkan tersenyum ke arah Rey. “Saya cuma mau kasih saran, sih. Karna kebetulan saya juga kenal sama Aina waktu kuliah. Kayak yang dibilang sama Yuda, Aina ini gak cocok sama sekali loh kerja di sini. Dia ini—”“Kau siapa lagi?” tukas Rey malas, “sudah ‘lah, orang-orang yang tidak berkepentingan kayak kalian, silakan pergi dari sini, atau ingin saya panggil satpam untuk mengusir kalian?”“Kami cuma pengen kasih masukan, kok. Kok Anda marah begitu, sih?” cetus Moja sedikit ketus.“Atasan kami ‘kan udah bilang, kalian gak diperlu ikut campur. Beliau bukan cuma atasan, beliau ini adalah Rey Jabio—CEO perusahaan ini sekaligus orang yang paling berwewenang di perusahaan ini. Jadi tolong lebih sopan ‘lah,” tegur Jotan ikut muak dengan Moja
Tita tersenyum miring. “Oh, ternyata kamu janda, ya? Masih muda, ternyata udah dibuang sama suami, ya? Aduh, maaf, kasian banget.”Kalimat Tita membuat Yuda dan Moja tersenyum senang. Tangan Aina terkepal, ia mencoba menahan diri, harus penuh kesabaran berhadapan dengan mereka semua.“Pantas saja tidak punya adap! Memang sudah bagus keputusan saya pecat kamu! Pergi dari sini sekarang, dan jangan datang lagi besok!” usir Sahril.“Sejak kapan kamu punya kuasa memecat karyawan dari divisi berbeda, Sahril?”Suara berat seseorang mengalihkan perhatian semua orang, termasuk Aina. Sahril segera menunduk melihat Jotan—manager personalia datang bersama seorang pria muda.“Pak Rey?” Sahril menyapa sang atasan dengan sopan.Tita menoleh cepat. Ia menatap pria muda di samping Jotan dengan senyum semangat. “T
“Heh! Kamu kerjain ini, cepet!” Tita melempar beberapa dokumen ke atas meja kerja Aina.Aina sempat terkejut. Ia melirik Tita sejenak, lalu mengecek dokumen-dokumen itu. “Ini kerjaan kamu, kenapa kasih ke aku? Aku juga punya kerjaan, kita udah punya tugas masing-masing, Tita.”Tita mendelik. “Kamu gak mau? Heh, sadar diri, dong. Kamu itu anak baru di sini!”Aina mengembuskan napas pelan. “Masalahnya kerjaan aku juga masih banyak, Tita. Kalo gak terlalu banyak, bisa aja aku bantu kerjain, tapi gak semuanya juga. Kalo ini semua kamu kasih ke aku, terus kamu ngerjain apa? Aku mau lanjut kerjain tugasku, kamu bawa balik aja dokumen-dokumen ini, ya. Maaf, kerjaanku juga masih banyak.”Tangan Tita terkepal. “Bener-bener gak tau diri sebagai anak baru! Gue dulu sebagai anak baru gak kayak lo gini, ya! Harus sadar diri, dong. Kalo gue suruh lo kerjain ini
“Udah ‘lah, Buk. Maksud Moja baik, Ibuk mandi aja dulu, nanti baru makan abis kami selesai makan. Kalo Moja gak selera makan karna bau badan, nanti dia lemes, gak bisa kerja,” sela Yuda.Mulut Rastanti ternganga. Ia menatap pergerakan sepasang suami istri itu ke arah dapur meninggalkannya setelah mengatainya bau.Kejadian ini agak mirip dengan adegan-adegan kehidupan lalu. Ketika Aina masih di sana sebagai istri Yuda. Begini kisah singkatnya ...“Kamu dari tadi sibuk banget, Yud. Nyari apa, sih?”“Aku buru-buru, Buk. Kunci motornya malah gak ketemu.”“Ck, Aina! Kamu yang sembunyiin kunci motor Yuda, ‘kan? Jangan-jangan kamu gadein, ya?!” teriak Rastanti kepada Aina yang berada di dapur.“Astaga, mana mungkin, Buk. Aku bahkan gak pernah s
“Kamu beneran suruh aku berangkat pake taksi, Sayang? Kalo emang kamu mau bawa mobil ke rumah sakit, seenggaknya kamu bisa anterin aku dulu ke kantor, ‘kan? Ini masih belum telat, kok, masih sempet kamu ke rumah sakit sebelum jam masuk.” Yuda terus berbicara kepada istrinya yang melangkah keluar kamar.“Aku itu buru-buru, Yuda. Aku ada jadwal operasi pagi ini, jadi gak sempet kalo mau anterin kamu dulu ke kantor kamu, karna kita gak searah,” sahut Moja.“Ya, kalo gitu, biarin Yuda nganterin kamu, Moja. Gimana pun mobil itu dibeli sama Yuda, bukan cuma buat kamu aja, loh. Masa Yuda yang capek mikirin cicilannya, tapi malah gak bisa make mobilnya?” Tiba-tiba Rastanti menyahut dari arah dapur.Moja menatap mertuanya dengan ekspresi kesal. “Buk, di mana-mana suami berusaha buat bahagian istri itu adalah hal wajar. Yuda beli mobil ini ‘kan dari awal emang buat senengin aku
Darya menatap Aina di sampingnya. “Ai, maaf, ya, kalo tindakan Nenek bikin kamu gak nyaman.”Aina menoleh, lalu menggeleng cepat. “Aku sama sekali gak merasa gak nyaman, Mas. Aku ... malah senang banget,” sahutnya jujur, “bahkan aku gak nyangka bakal diperlakuin begitu manis kayak gini. Aku ngerasa pertama kalinya dihargai selama hidupku. Padahal tadi, saat aku menebak kalian dari keluarga kaya, aku udah menyiapkan diri direndahin dan diejek sama Nenek Mas Darya. Ternyata malah sebaliknya. Beliau begitu ramah, baik dan perhatian. Rupanya orang yang beneran kaya itu malah baik dan wellcome, beda sama orang yang baru kaya atau orang yang pura-pura kaya malah punya banyak gaya dan kebanyakan songong-songong.”“Ai.”Suara berat Darya mengembalikan Aina dari lamunannya. “Eh, maaf, Mas. Kamu tadi bilang apa?”Darya tersenyum. “Kamu