Share

Anak Yang Cerdas

Author: Kim_Nana
last update Last Updated: 2024-12-06 12:35:07

"Maafkan Ibu sayang, tapi kamu harus bersama Tante Silvia dulu."

Ethan menghela nafas panjang, ia menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Aku akan melaporkan Nona muda Jasmine kepada Nona tua. Kalau Nona sudah mengabaikan anak Nona. Sekarang, aku tidak mau bicara denganmu lagi."

Ethan sangat kesal sehingga ia mematikan panggilan itu secara sepihak lalu melempar ponselnya ke bawah.

Silvia hanya bisa menarik nafas sembari mengambil ponsel Ethan dengan hati-hati.

Mall megah di pusat kota Jakarta bergema dengan suara tawa anak-anak, alunan musik lembut, dan deru langkah para pengunjung. Ethan, yang baru berusia lima tahun itu, berjalan pelan dengan tas merah di punggungnya diikuti oleh Silvia.

"Ethan, apa kamu mau ke tempat permainan dulu?" tanya Silvia dengan hati-hati.

Ethan meliriknya dengan tajam. "Astaga, Tante Silvia, aku ini bukan anak kecil yang lebih suka bermain."

"Oke. Jadi, kamu mau ke mana dulu?" tanya Silvia lagi sembari menahan tawanya.

"Nona Jasmine akan ulang tahun minggu depan. Jadi, aku ingin membelikannya hadiah. Kebetulan ia suka gonta-ganti baju, jadi aku akan memberikannya baju. Tapi, Tante asisten tidak boleh memberitahunya."

Silvia mengangguk setuju. Setelah itu, ia membawa Ethan ke toko baju branded.

"Ethan, Tante mau ke toilet sebentar. Kamu pilih yang terbaik untuk Ibu, ya. Tante akan segera kembali."

Silvia tersenyum dan meninggalkan Ethan sendirian di depan toko baju. Namun, Silvia tidak lupa menitip Ethan kepada salah satu karyawan toko agar melayaninya dengan baik.

Ethan menelusuri toko itu untuk mencari baju yang sesuai dengan kesukaan ibunya. Tidak butuh waktu lama, matanya langsung tertuju pada gaun merah yang tergantung di manekin. Gaun itu cantik.

"Saya mau gaun ini," kata Ethan sembari menunjuk ke arah manekin itu.

"Oke. Saya akan mengambilnya untukmu," kata si pegawai.

Tiba-tiba, sebuah tangan besar menggapai gaun itu lebih dulu.

"Aku juga ingin membeli gaun ini," kata pria itu.

Ethan mengerutkan kening lalu berjalan menghampiri pria itu. "Tapi aku yang lebih dulu melihatnya."

Si pegawai segera menengahi."Anak ini benar, Tuan Jonny." kata pegawai itu dengan hati-hati sebab ia tidak berani menyinggung pemilik SM Fashion yang terkenal.

"Aku tahu. Tapi aku yang lebih dulu mengambilnya," kata Jonny yang tidak mau kalah.

Ethan juga tidak mau kalah. "Ibuku akan ulang tahun minggu depan. Dan ia sangat suka gaun model ini. Kenapa Paman harus berebut sama anak kecil?"

"Siapa yang mau berebut sama anak kecil?" tanya Jonny sembari mengerutkan keningnya.

Sementara itu, si pegawai toko dibuat pusing oleh dua laki-laki yang beda usia itu. "Apakah kalian Ayah dan anak?" tanyanya.

Pertanyaan pegawai itu membuat Ethan dan Jonny menatapnya dengan heran. "Bukan!" jawab mereka bersamaan.

Pegawai toko itu tersenyum kecil. "Lagian wajah kalian mirip. Kalian juga sangat kompak."

Jonny dan Ethan langsung saling pandang. Untuk sesaat, Jonny membenarkan ucapan pegawai itu.

"Kalau saja aku punya anak laki-laki, mungkin aku akan sangat bahagia dan ibuku berhenti mengomel karena ingin memiliki cucu laki-laki. Andai saja Clara tidak keguguran dan memilih karirnya, mungkin aku akan memiliki anak seusia bocah ini. "gumam Jonny, ia sangat berharap bisa memiliki anak laki-laki.

Tepat saat itu, Silvia datang. Ia terkejut melihat Ethan sedang beradu pandang dengan Jonny.

"Ethan, ada apa?" tanya Silvia dengan cemas.

Ethan menunjuk ke arah Jonny. "Pria tua itu mau merebut gaun yang akan aku belikan untuk ibuku."

Ekspresi Jonny menjadi aneh saat mendengar Ethan menyebutnya pria tua. Apakah dia terlihat setua itu padahal ia baru berusia 32 tahun?

Silvia mencoba membujuk Ethan karena ia tidak ingin mencari masalah dengan Jonny. "Tadi, Tante lihat ada gaun yang sangat bagus di toko sebelah. Bagaimana kalau kita ke sana saja?"

Ethan berpikir sejenak sembari menatap sinis ke arah Jonny. Setelah itu, Ethan menghampirinya. "Jangan sampai kita bertemu lagi!"

Jonny tersenyum melihat ekspresi Ethan yang menggemaskan. Entah kenapa, ia berharap bisa bertemu Ethan lagi, ada keinginan untuk memeluknya.

Tiba-tiba, sebuah suara memanggil Ethan. "Ethan, sayang!"

Aurora segera meluncur ke Mall setelah menerima pesan dari Silvia. Untungnya mereka masih ada di Mall itu. Silvia tersenyum melihat Aurora datang, sedangkan Ethan masih cemberut karena kesal.

Merasa akrab dengan suara itu, Jonny langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia tertegun melihat penampilan baru mantan istrinya yang lebih menawan dan cantik. Hampir saja ia tidak mengenalinya.

"Bagaimana belanjanya sayang? Apakah kamu sudah menemukan apa yang kamu cari?"

Ethan menggelengkan kepalanya sambil cemberut. Aurora menjadi bingung sehingga ia melirik Silvia. Tapi Silvia hanya mengangkat bahunya dengan cemas.

"Kamu kenapa cemberut terus, sayang?"tanya Aurora dengan cemas.

Ethan menghela nafas. "Aku kesal karena pria tua itu merebut apa yang ingin aku beli. Padahal aku yang melihatnya duluan."

"Lelaki tua?" tanya Aurora dengan bingung.

Ethan tidak menjawab pertanyaan Anya, ia malah menunjuk ke arah lelaki yang berdiri tidak jauh dari mereka. Perlahan Aurora menoleh ke arah mana yang di tunjuk oleh Ethan. Seketika, jantungnya berdebar hebat saat menemukan sosok yang sangat ia benci itu.

"Jonny?" gumam Aurora dengan mata terbelalak.

Perlahan, Jonny berjalan mendekati Aurora dan Ethan. Langkahnya tertatih dan salah tingkah.

"Aurora?" ucap Jonny dengan suara gemetar.

Ethan mengerutkan kening, ia bingung kenapa Jonny memanggil ibunya Aurora. "Paman, nama ibuku bukan Aurora tapi Jasmine," jelas Ethan.

Mendengar Ethan menyebutnya Ibu, Aurora menjadi khawatir kalau Jonny akan menduga kalau Ethan anaknya.

"Silvia, tolong bawa Ethan ke mobil, aku akan segera menyusul," kata Aurora.

Silvia mengangguk lalu segera membawa Ethan pergi dari sana. Walaupun penasaran, tapi Ethan tetap mengikuti Silvia dengan patuh.

"Bukankah kamu Aurora? Mantan istriku yang miskin itu? Kenapa kamu bisa disini? Apakah kamu sudah menjadi simpanan lelaki hidung belang sehingga kamu bisa berubah seperti ini?" tanya Jonny. Ia masih sama seperti dulu, suka sekali merendahkan Aurora.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Diceraikan Setelah Keguguran    Dukungan Dan Cinta Keluarga

    "Ayah langsung terbang ke Indonesia begitu dengar kabar pernikahan kalian!," Tuan Armand berseru, senyum lebar mengembang di wajahnya. "Untungnya Ayah bisa sampai di rumah sebelum kalian pulang. Senang banget akhirnya keluarga Santoso dan Maverick bersatu. Sempat khawatir kalian bakal nolak perjodohan ini, lho!"Aurora tersipu malu, matanya bertemu dengan tatapan Archen. Lelaki yang tak sengaja ia nikahi ini ternyata jodoh yang sudah disiapkan oleh sang ayah. Sebuah kenyataan yang membuatnya terkejut sekaligus merasa takdir memang bekerja dengan cara yang tak terduga."Sudah, sudah, sayang. Jangan ngobrol di sini, ayo kita masuk," kata Emeliana, tangannya lembut menggenggam lengan Aurora. Matanya memancarkan kehangatan dan kasih sayang seorang ibu yang ingin segera memeluk anak kesayangannya. Mereka semua mengangguk, lalu beriringan mengikuti Emeliana dan Aurora menuju ruang keluarga. Suasana hangat menyelimuti mereka, penuh dengan keceriaan dan harapan akan masa depan yang cerah."A

  • Diceraikan Setelah Keguguran    Khawatir

    Untuk beberapa saat, suasana hening, hanya desiran angin yang menembus celah kaca dan suara mesin mobil yang menjadi teman perjalanan mereka. Delina menatap keluar jendela, wajahnya muram. Tatapannya kosong, pikirannya masih terpaku pada sosok Ethan yang mirip dengan Jonny."Mama, tenanglah. Ethan itu bukan anakku. Dia anak Archen dan Aurora. Mama harus percaya padaku," kata Jonny pelan, berusaha menenangkan ibunya. Ia bisa merasakan kecemasan yang merayap di hati ibunya.Delina menoleh ke arah Jonny, matanya berkaca-kaca. "Bagaimana mungkin Jonny? Anak itu sangat mirip denganmu! Bahkan anak itu lebih mirip daripada Adrian."Jonny menghela napas. "Mama, memang benar, Ethan mirip denganku. Tapi itu hanya kebetulan. Tidak mungkin Aurora punya anak dariku. Dia keguguran. Sedangkan Adrian, lebih mirip Clara, jadi itu wajah, " jawab Jonny, suaranya bergetar."Tapi ...," Delina terdiam, kata-kata yang ingin diucapkannya terhenti. Hatinya masih dipenuhi keraguan dan kebingungan.Di sisi l

  • Diceraikan Setelah Keguguran    Merasa Yakin

    Delina menahan napas, matanya tak lepas dari Ethan. Jantungnya berdebar kencang, keringat dingin menetes di pelipisnya. Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya, mendesak untuk terjawab. "Apakah anak ini ... anakmu?" tanyanya pelan, jari-jarinya dengan ragu menyentuh pipi Ethan. Kegentingan dan keraguan terpancar dari matanya.Ethan menepis tangan Delina dengan kasar. "Mama, ayo kita pulang!" raungnya, matanya menatap ibunya dengan amarah.Aurora mengangguk sembari memegang tangan putranya. Ia lalu menatap Delina kembali sembari berkata, "Maaf, Nyonya Smith. Kami harus segera pulang!" katanya, menghindar tatapan Delina yang tajam.Delina yang keras kepala tidak mau menyerah, ia memegang erat pergelangan tangan Aurora. "Jawab dulu pertanyaanku!"Aurora mengerutkan kening, ia tahu betul bagaimana kerasnya mantan ibu mertuanya itu."Dia..." Aurora tidak melanjutkan ucapannya saat Archen menyela."Dia adalah putraku!" kata Archen mendahului Aurora.Delina terdiam sesaat, bagaimana mung

  • Diceraikan Setelah Keguguran    Terungkapnya Identitas Asli

    "Beraninya kau menyebut dia penipu!" Suara Roni menggelegar, menusuk keheningan ruangan seperti petir yang menggelegar di tengah malam. Roni berdiri tegak di pintu sebelah kanan panggung, sosoknya menjulang bak patung marmer yang siap melepaskan amarah. Semua mata tertuju padanya. Orang-orang saling berbisik, mencoba memahami makna di balik kemunculan Roni. Clara tersenyum kecil, namun matanya berkilat tak menentu. Ia yakin Roni akan mendukungnya, karena ia adalah asisten Presiden Maverick. "Mati kalian berdua, Pak Roni tidak akan pernah memaafkan siapapun yang berpura-pura menjadi bosnya,"gumam Clara.Roni melangkah tegap menghampiri Archen dan Aurora. Ia berdiri di samping mereka, tatapannya tajam menyapu semua orang. "Perkenalkan," Roni berucap dengan suara berat, "Yang di samping saya ini adalah Presiden Direktur Maverick Group, Archen Ludwig Maverick. Salah satu pengusaha muda tersukses di negara ini." Ia menunjuk Archen dengan tegas.Niken terpaku. Mulutnya menganga, matanya

  • Diceraikan Setelah Keguguran    Berdebar

    Archen, dengan senyum yang memikat, menyerahkan sebuket mawar merah kepada Aurora. "Selamat atas terpilihnya kamu, Aurora. Maverick Fashion beruntung mendapatkan desainer seberbakat seperti kamu."Jantung Aurora berdebar kencang, ia menerima bunga itu dengan tangan gemetar. Aroma mawar itu seperti membuai indranya, namun di balik itu, ada rasa gugup yang menggerogoti hatinya. "Terima kasih, Presedir Archen," ucapnya, suara serak menahan debaran.Archen mengangguk pelan sembari menatap lembut kedalam mata wanita yang ia cintai itu. Seketika, Aurora menjadi salah tingkah.Ethan menurunkan kaca matanya, ia mendongak menatap Archen dan Aurora dengan seksama. "Kenapa aku merasa Ayah dan Ibu canggung? Apakah mereka sedang bertengkar?" gumam Ethan, matanya mengerut heran."Kenapa kamu membawa Ethan?" bisik Aurora setelah mencuri pandang kearah anaknya. Ia khawatir Ethan akan memanggilnya Ibu, sedangkan ditempat itu ada Jonny dan keluarganya. Ia takut identitas Ethan akan terungkap.Archen me

  • Diceraikan Setelah Keguguran    Tampil Memukau

    Tanpa ragu, Aurora menarik kain sutra itu. Dengan gesit, ia segera mengubah desain gaunnya. Ia menggunakan teknik lipatan dan jahitan yang rumit untuk menyatukan kain sutra itu dengan bagian gaun yang masih utuh.Aurora mengatur lipatan kain itu dengan teliti, menciptakan pola yang baru dan lebih berani. Warna biru pastel berpadu harmonis dengan ornamen bunga emas yang masih menempel pada gaun itu.Seiring dengan berjalannya waktu, gaun itu berubah menjadi sebuah karya seni yang indah dan luar biasa unik. Lebih daripada sekedar gaun, itu merupakan pernyataan tekad, kreativitas, dan keindahan yang menakjubkan. Mereka yang menyaksikan terpesona saat melihatnya."Wow, terlihat lebih bagus dari sebelumnya,"kata staf itu dengan takjub. Aurora tersenyum lebar, ia sangat bangga pada dirinya. "Tapi, siapa yang akan menggunakannya?"Aurora terdiam sesaat sembari mengamati gaun itu. Tiba-tiba lampu menyala di kepalanya. Aurora tersenyum sembari melirik staf itu, "Ukuran gaun ini pas dengan tub

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status