Share

Diceraikan Suamiku, Dinikahi Adik Iparku
Diceraikan Suamiku, Dinikahi Adik Iparku
Penulis: Maesaro Ardi

Ceraikan Istrimu

"Pokoknya Mama tidak mau tahu, ceraikan istrimu sekarang juga," ucapan ibu tiri Andin cukup membuatnya terkejut.

Selama tiga tahun pernikahannya dengan Seno Gunawan, memang tidak pernah mendapat restu dari Bu Sekar.

"Ma, tenangkan diri Mama dulu. Aku sedang banyak urusan di kantor, tidak ada waktu luang untuk mengurus masalah perceraian," balas Seno, putera tunggal Bu Sekar.

"Nah itu dia, kamu itu terlalu menyepelekan pernikahan ini. Sehingga kamu mengabaikan juga sikap istrimu yang kurang ajar sama Mama."

Seno menghela nafas berat, lelaki berusia tiga puluh tahun itu mendelik ke arah Andin yang berdiri di sudut ruangan. Sepertinya sang ibu tengah menghukum istrinya lagi.

"Apa lagi yang Andin perbuat kali ini?"

Bu Sekar tersenyum senang saat anaknya merespon keluh kesah yang sengaja dia buat.

"Istri kamu itu mempermalukan Mama di depan geng arisan Mama. Dia sengaja salah memasukan garam ke minuman yang hendak Mama suguhkan pada teman-teman Mama. Hampir saja marwah Mama hancur gara-gara istri kamu yang tidak becus itu," keluh Bu Sekar.

Nada bicara Bu Sekar dibuat sesedih mungkin agar anaknya percaya dengan apa yang dia katakan, dari awal Seno memperkenalkan Andin sebagai calon istrinya saja dia sudah tidak suka.

Menurut Bu Sekar banyak sekali kekurangan yang dimilik Andin, bagi Bu Sekar yang seorang sosialita dia tidak merestui pernikahan Seno, anaknya dengan perempuan kampung itu.

Seno mendekati sang istri, tatapan amarah dan muak ditujukannya pada Andin. Dia sudah lelah dengan pekerjaan di kantor, ketika pulang ke rumah bukannya dia bisa melepas lelah malah ada saja yang membuatnya naik darah.

"Jadi istri itu yang becus! Aku tahu kamu itu tidak pernah sekolah, tapi setidaknya kamu bisa membedakan mana itu gula dan garam. Hal sepele seperti itu saja kamu tidak tahu? Apa kamu anak kecil?"

Seno menoyor kepala Andin hingga membentur ke tembok dibelakang istrinya. Dia bisa saja menceraikan Andin, akan tetapi bukan sekarang. Akhir tahun seperti ini banyak event yang harus dia hadiri bersama pasangan, jadi mau tidak mau Seno masih mempertahankan rumah tangganya.

Walau Seno harus menebalkan telinga dari keluhan dan omelan panjang ibunya, seperti hari ini.

"Aku itu kerja banting tulang di luar sana, bisa tidak sih aku istirahat saat pulang kerja? Begitu pun kamu harus aku ajari? Gunanya kamu di sini itu untuk apa jika bukan untuk meringankan beban Mama, hah?"

"Mas, aku tidak sengaja. Aku juga sudah minta maaf sama Mama, tapi Mama tidak mau terima," dalih Andin.

"Tuh, lihat! Dia berani berbohong di depan kamu, Nak. Tidak pernah sekalipun dia minta maaf. Malah dia tertawa senang waktu teman Mama komplain minuman mereka rasanya asin," sanggah Bu Sekar.

Seno menggeram kesal, dia mencengkeram kerah kemeja putih Andin.

"Aku sudah bilang kalau kamu harus menghormati Mama, berani sekali kamu bersikap seperti itu dengan Mama!"

Andin kesulitan bernafas, cengkeraman Seno semakin kuat. Dia tidak bisa melepaskan diri. Bulir air mata mulai menyusup keluar.

"Jangan menangis! Simpan kembali air mata palsumu itu!"

Seno melempar tubuh Andin dengan keras hingga Andin terjatuh dan kepalanya membentur sudut runcing meja, darah segar keluar dari pelipisnya.

Seno kembali mendekati Andin, masih dengan tatapan mata sama.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bella Ox
penasaran deh kak. semangat update ya kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status