Share

Talak

Aku tidak pernah menyesal karena menjadi orang baik, tapi aku juga enggak bisa mengatakan dan menjamin kalau diriku bisa berbuat jahat sama sepertimu. Pengkhianatanmu yang sudah melukai hatiku, menguras rasa sabarku, karena tidak ada yang bisa menjamin seseorang tidak akan berubah suatu saat nanti. Akan ada kondisi dimana seseorang memutuskan untuk berubah menjadi lebih baik, atau bisa juga menjadi lebih buruk.

(ERLAND ~ DICINTAI KAKAK IPAR)

***

Erland masih belum bisa melupakan hari di mana ia mengikuti sang istri dan melihat dengan mata kepalanya sendiri apa yang dilakukan sang istri di luar sana.

Ia sengaja menyuruh orang suruhannya untuk mencari informasi tentang Aruna yang saat ini berada di luar kota dengan alasan pekerjaan bersama bosnya.

Erland akan membuktikan pada kedua orang tuanya, bahwa Aruna bukanlah wanita yang baik menurut mereka. Aruna pintar sekali bermain sandiwara. Andai saja ini adalah dunia perfilman tentu Aruna akan menyandang aktris terbaik dan mendapatkan penghargaan berupa piala citra.

Sudah cukup Erland mengalah. Ia selalu bersabar sejak awal pernikahan hingga pernikahan berjalan enam bulan lebih. Kalau toh harus melepas Aruna dirinya akan siap. Untuk apa mempertahankan pernikahan yang hanya didasari tipuan belaka. Semua yang dilakukan Aruna padanya, pengkhianatannya dan semuanya. Dirinya berjanji akan membalasnya. Namun, ia belum tahu membalasnya dengan cara apa? Ia masih memikirkannya.

Erland selalu memberi nafkah lahir pada Aruna, meskipun wanita itu tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai istri.

Erland dulu menyangka kalau Aruna terlalu sibuk sehingga tidak pernah mau ke dapur. Aruna terlalu sibuk hingga tak sempat menyiapkan keperluannya. Aruna terlalu sibuk dan mungkin saja capek karena setiap hari pulang malam sehingga tak mau berhubungan badan dengannya. Dirinya lelaki normal, kebutuhan batin juga harus terpenuhi. Namun, lagi-lagi dirinya harus sabar menghadapi Aruna. Dirinya mengenyahkan keinginannya demi menghargai Aruna, tapi nyatanya semua itu hanyalah tipuan Aruna. Ia benar-benar tertipu. Ia tidak habis pikir semua yang ia khayalan tentang Aruna itu salah.

Yang ia nikahi adakah wanita dengan beribu kebohongan di dalamnya. Kenapa tidak menolak kalau dirinya sudah punya kekasih? Kenapa tidak menolak? Apa memang dirinya berniat menyakiti hati Erland saja? Beribu pertanyaan bersarang di kepala Erland sejak hati itu.

Erland begitu sakit hati. Ia kembali menjadi Erland yang dingin, tak mempercayai sebuah hubungan. Ia kembali menjadi sosok lelaki yang sinis dan acuh. Ya, meskipun masih ada kebaikan di hatinya.

Saat dirinya di kamar, ponselnya berbunyi. Tertera nama orang suruhannya yang ia minta memata-matai Aruna. Orang itu mengabarkan aktivitas Aruna. Erland meminta untuk memfotonya. Setelah menutup telepon itu. Ada beberapa notif di ponselnya. Ia membuka kiriman foto dari orang suruhannya. Tangannya mengepal saat melihat beberapa foto yang berisi adegan mesra istri dan bosnya. Ia juga sudah menyuruh orang menyelidiki hubungan Aruna dan bosnya yang ternyata adalah kekasih Aruna sendiri. Bahkan hubungan mereka terjalin sejak mereka masih duduk di bangku SMA.

Tiga hari berlalu. Hari ini Aruna kembali dari luar kota. Ia melihat Erland sedang makan siang di rumah.

"Mas Erland kok Ada di rumah, apa dia enggak kerja?" batin Aruna.

Aruna berjalan menghampiri Erland.

"Selamat siang, Mas. Tumben siang gini sudah ada di rumah?" sapanya.

"Siang, iya kebetulan baru datang Dari meeting yang dekat dari rumah." Erland menjawabnya dengan datar. Tak seperti biasanya, dulu ia sering menebar senyum pada Aruna meskipun wanita itu tak menanggapinya. Sekarang itu tidak akan terjadi lagi.

"Kenapa Mas Erland jawabnya datar ya, biasanya selalu tersenyum padaku meskipun aku mengacuhkannya," batin Aruna.

"Mau makan siang juga?" tawar Erland.

"Enggak usah, Mas. Aku sudah makan di bandara tadi. Aku mau langsung istirahat saja," ucapnya menolak.

"Baiklah, terserah kamu. Aku mau kembali ke kantor lagi." Aruna mengangguk dan bergegas meninggalkan Erland.

Bukan sikap Erland menyembunyikan kebenaran lama-lama. Ia tidak sanggup! Layaknya mempunyai beban hidup yang begitu berat dan ia tidak mau itu terjadi. Nanti malam ia berencana akan menanyakan pada Aruna. Melihat reaksi dari wanita itu. Dirinya sudah tak sabar.

Sebelum kembali ke kantor ia menemui Aruna terlebih dahulu. Aruna saat ini berada di depan meja rias membersihkan make upnya.

"Nanti malam ada yang perlu aku bicarakan padamu, aku harap kamu meluangkan waktumu untuk itu," ucapnya datar.

"Wah, apa itu? Kamu terlihat serius, Mas. Baiklah aku akan menunggumu," jawabnya dengan senyum tipis di wajah cantiknya.

Erland menutup kembali pintu kamarnya dan bergegas menuju garasi di mana mobilnya terparkir.

***

Pukul lima sore, Erland baru datang dari kantor. Ia melihat Aruna duduk santai di depan televisi ditemani kudapan dan kue kering di depannya. Erland hanya melihatnya dan segera berlalu masuk ke dalam kamarnya. Aruna belum menyadari kedatangan sang suami. Ia terlalu fokus dengan apa yang dilihatnya.

Setelah salat isya. Bik Ina kembali berkutat di meja makan menyiapkan makan malam. Aruna hanya melihatnya dan kembali memainkan ponselnya, sama sekali tak ada keinginan untuk membantu Bik Ina. Erland melihat hal itu sambil geleng kepala.

"Biar aku bantu, Bik!" tawar Erland.

"Enggak usah, Den. Sudah selesai kok," jawab wanita setengah abad lebih itu.

Suasana kembali hening, hanya suara dentingan sendok, garpu dan piring saja yang terdengar.

Setelah makan malam Erland mengajak Aruna masuk ke kamar. Ia tidak mau Bik Ina tahu maslah rumah tangganya. Meskipun dirinya tahu Bik Ina sudah masuk ke dalam kamarnya, tetap saja ia mau menyelesaikan ini berdua tanpa diketahui orang lain dulu.

"Mas, mau bicara apa?" tanyanya datar. Erland menyerahkan amplop coklat pada Aruna yang saat ini duduk di sofa panjang kamar itu.

"Apa ini?"

"Buka saja, kamu akan tahu sendiri isinya," jawabnya datar. Aruna membuka amplop itu, yang ternyata isinya adalah foto-fotonya bersama Rafa.

"Kamu memata-mataiku?" tanyanya tidak suka. Erland mengedikkan bahunya.

"Baguslah kalau kamu sudah tahu," ucap Aruna dingin. Erland mengepalkan tangannya. Rasa marahnya sudah berada di ubun-ubun. Bagaimana bisa dirinya menikahi wanita yang tak punya hati dan perasaan seperti Aruna. Seharusnya ia meminta maaf atas apa yang ia perbuat pada Erland. Namun, ia sama sekali tidak merasa bersalah sedikit pun. Erland masih menahan kemarahannya. Ia harus mampu mengontrol emosinya hingga tidak berujung pada kemarahan.

Erland masih mengingat nasihat sang mama dengan baik, bahkan hadist Rasulullah yang diucapkan sang mama saat itu.

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Artinya: " Rasulullah SAW bersabda orang kuat itu bukanlah orang yang jago bergulat. Akan tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah." (Muttafaq Alaih- Hadits shohib Al Bukhori nomor 6114 dan Muslim nomor 2609)

"Kenapa kamu lakukan ini padaku?" tanyanya, ia sedikit tenang meskipun hatinya masih bergejolak. Sakit sekali.

"Kamu tahu sendiri jawabannya."

"Aku ingin kamu menjawabnya, Aruna. Aku ingin tahu sendiri jawabannya dari mulutmu itu."

"Baiklah, aku melakukannya demi Papaku dan juga Papamu. Aku tidak mau menolaknya karena aku enggak mau Papaku kembali sakit, karena Papaku juga merasa berhutang budi pada Papamu. Aku enggak menyangka kalau kamu begitu cepat mengetahui ini semua. Rencanaku aku akan meminta cerai setelah satu tahun pernikahan kita. Karena untuk saat ini mungkin terlalu singkat. Namun, ya sudah lah, kalau kamu sudah tahu."

"Sebelumnya aku sudah meminta persetujuan dulu, kenapa kamu tidak menolaknya? Apa kamu tahu kamu sudah sangat menyakiti hatimu," ucap Erland marah, tapi ia tidak mau melupakannya dengan kasar.

"Aku tahu, aku minta maaf padamu. Tolong maafkan aku, sudah sejak hari pertama pernikahan kita aku sinis padamu, aku cuek dan mengacuhkanmu, itu aku lakukan supaya kamu tidak mencintaiku dan berharap banyak pada pernikahan ini. Dengan begitu kamu akan mudah menceraikanku," ungkapnya datar.

"Aku sangat mencintai Rafa. Papaku juga tahu itu, tapi Papamu memintaku untuk menjadi menantunya. Papaku mengiyakannya dan memaksaku memutuskan Rafa. Aku tidak pernah memutuskannya karena aku sangat mencintainya begitu juga Rafa. Kami pun pura-pura putus di depan Papaku, tapi tetap berhubungan di belakangnya hingga saat ini." ungkapnya lagi.

"Kamu sudah sangat melukaiku, menghancurkan hatiku dan menginjak-injak harga diriku sebagai seorang lelaki. Apa kamu sadar dengan semua ini?"

"Aku tahu dan aku sadar, makanya aku minta maaf. Setelah kamu tahu semua ini, aku harap kamu segera menceraikanku."

"Pasti, aku akan menceraikanmu. Saat ini juga, aku Erland Bagas Anggara menalakmu Aruna Wisnu Permana, hari ini kamu sudah bukan istriku lagi," ucap Erland berusaha tenang. Harga dirinya sebagai laki-laki dihancurkan dalam semalam oleh perempuan yang saat ini masih berstatus istrinya dalam pandangan hukum.

"Baiklah, terima kasih sudah membebaskanku," ucapnya.

"Aku punya permintaan padamu, besok aku akan mengurus perceraian kita ke pengadilan. Selama proses perceraian kita aku ingin kamu tetap tinggal di sini, aku akan memberi tahu keluargaku perlahan tapi tidak untuk saat ini, Mamaku mempunyai riwayat jantung aku tidak mau terjadi sesuatu padanya."

"Baiklah, selama belum ada ketuk palu hakim, aku akan tinggal di sini," ucapnya datar.

"Aku akan menyuruh Bik Ina mengeluarkan barang-barangmu, memindahkannya ke kamar tamu dan menyuruhnya membersihkan kamar tamu sekarang juga." Erland menyuruh Aruna meninggalkan kamarnya tanpa memandang wajah wanita itu.

Malam ini juga Erland menyuruh Bik Ina membersihkan kamar tamu untuk Aruna. Awalnya Bik Ina ragu. Namun, ia menyadari ada yang tidak beres pada sang aden. Ia lebih memilih diam daripada bertanya pada majikan mudanya itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dina Oktavia
lanjutkan semangat kak ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status