Aida gadis cantik dan sholehah juga seorang dokter yang harus menerima ketidakadilan gara-gara sifat buruk sang kakak pada suaminya. Ia harus menerima pembalasan sang kakak ipar dengan cara kehilangan mahkotanya yang dirinya jaga selama ini. Ya, di malam laknat itu, sang Kakak Ipar memperkosanya. Tanpa Erland sadari Aida hamil benih yang ia tanam. Penyesalan Erland semakin mendalam saat dirinya tahu Aida berbeda tidak seperti sang kakak. Di saat itu juga Aida memilih pergi jauh untuk menghindari Erland dan memutuskan membesarkan anak yang dalam kandungannya sendiri. Benih cinta tumbuh di hati Erland untuk Aida. Namun, hingga hampir dua tahun ia tidak bisa menemukan keberadaan Aida. Bagaimana kisahnya? Akankah Erland menemukan Aida? Akankah Aida memaafkan kesalahan Erland? Semua akan terjawab dalam buku ini.
View MoreHidup adalah seni menggambar tanpa sebuah penghapus, jadi berhati-hatilah dalam mengambil keputusan di tiap lembaran berharga dalam hidupmu.
(Erland - Dicintai Kakak Ipar)
***
"Nak, selama ini Papa tidak pernah melihatmu kencan lagi setelah putus dengan Erina," ucap Bagas pada Erland, putra semata wayangnya.
"Iya, Pa. Belum ada yang cocok, kalau diteruskan hanya akan membuat hati Erland sakit. Untuk apa?" jawabnya datar. Erland terlihat tidak suka bila sang papa membahas mantan pacarnya yang mengkhianatinya dengan temannya sendiri, hanya karena saat itu dirinya sibuk menyelesaikan skripsinya.
"Bolehkah Papa meminta sesuatu padamu?" tanya sang papa tiba-tiba.
"Memangnya Papa mau minta apa? Sepertinya serius amat, Pa." tanya Erland penasaran.
"Maukah kamu menikah dengan putri sahabat Papa, putrinya Om Wisnu," ucap Bagas.
"Sepertinya Erland enggak bisa deh, Pa. Erland belum siap! Lagian kita belum mengenal apa dia mau menikah dengan Erland?"
"Insyaallah mau, Nak. Putrinya Om Wisnu itu penurut-penurut. Jadi enggak akan nolak permintaan ayahnya. Gadis itu bernama Aruna, dia seorang sekretaris di perusahaan yang bergerak di bidang garmen, sedangkan adiknya seorang dokter muda. Saat ini masih melanjutkan pendidikan mengambil program spesialis. Kebetulan adiknya Aruna bekerja di rumah sakit kita yang ada di Bandung. Papa rasa dia tidak tahu kalau rumah sakit tempatnya bekerja itu milik keluarga kita. Wisnu sebagai sahabat Papa saja tidak tahu kalau keluarga kita punya rumah sakit, apalagi keluarga kita tidak ada yang jadi dokter. Untuk nama anak keduanya Papa sedikit lupa, tapi lupakan anak keduanya Om Wisnu, karena yang akan menikah denganmu adalah kakaknya. Usia Aruna dan adiknya hanya beda 3 tahun. Dan usia Aruna beda sama kamu dua tahun."
"Maaf, Pa. Erland harus memikirkannya dulu, tolong beri waktu untuk Erland" ucapnya.
"Kenapa harus dipikirkan lagi? Aruna itu gadis yang baik, cantik dan modis. Ya sudah, kalau kamu mau memikirkannya dulu. Papa kasih waktu hingga nanti malam. Saat makan malam Papa menunggu jawabanmu, kalau boleh meminta Papa harap kamu setuju," ucap Bagas sedikit memaksa. Ia tahu Erland tidak suka bila harus dipaksa. Ia akan melakukan sedikit taktik supaya sang putra menyetujui perjodohan ini.
Setelah makan malam, Bagas mengajak sang putra duduk di ruang keluarga. Arumi, sang mama. Membawakan keduanya minuman coklat untuk menemani mereka mengobrol.
"Papa meminta kamu memberi keputusan malam ini juga. Jadi apa keputusanmu, Nak?"
"Maaf, Pa. Jangan malam ini!" tawar Erland.
"Papa maunya sekarang karena besok Papa akan mengunjungi Om Wisnu dan kamu juga harus ikut," ucap Bagas tidak terbantahkan. Kalau seperti ini Erland tidak mungkin bisa menolak sang papa. Meskipun Erland berkepribadian keras, tetapi ia adalah anak yang penurut. Apalagi menyangkut kedua orang tuanya.
"Ya sudah, baiklah! Terserah Papa saja, meskipun aku menolak Papa juga tetap memaksa dan Papa sangat tahu aku tidak bisa menolak permintaan kalian. Aku menyetujui perjodohan ini. Demi kalian berdua, sekali lagi demi kalian berdua. Kalau suatu saat pernikahan ini tidak berjalan sesuai harapan kalian aku minta maaf, tapi kalian tenang saja aku akan berusaha untuk menjadi imam yang baik sesuai yang kalian ajarkan," ucapnya tak bersemangat.
"Itu baru anak Papa. Terima kasih, Nak. Papa senang mendengarnya. Papa bangga punya anak seperti kamu sudah tampan pintar dan baik hati," puji Bagas dengan mata berbinar.
"Mama juga senang. Sudah enggak sabar nimang cucu," ucap Arumi.
"Mama, aku nikah aja belum udah bahas nimang cucu," ucap Erland yang membuat kedua orang tuanya tersenyum.
Pagi ini Erland diajak sang papa mengunjungi sahabatnya yang saat ini dirawat di rumah sakit sekaligus memperkenalkannya dengan calon istrinya.
Bagas masuk ke ruangan itu bersama sang istri juga Erland setelah mengetuk pintu dan mengucap salam. Di sana sudah ada Aruna yang sedang menyuapi papanya. Melihat ada tamu, Aruna berhenti dan menyambut mereka dengan ramah dan sopan. Aruna sangat mengenal sahabat papanya itu. Namun, ia belum pernah mengenal Arumi apalagi Erland.
"Selamat pagi, Om," sapanya ramah pada Bagas.
"Selamat pagi, Nak. Bagaimana kabarmu, Wis?" balasnya sambil menanyakan kabar sang sahabat.
"Alhamdulillah sudah sedikit membaik."
Erland menjabat tangan Wisnu dengan sopan sambil tersenyum padanya. Erland melihat ke arah Aruna, memindainya dari atas hingga ke bawah. Jujur, ia mengagumi kecantikan Aruna. Gadis cantik bertubuh sedikit sintal dan tidak bisa dikatakan tinggi. Tinggi Aruna hanya sebatas dadanya. Rambutnya hitam, panjang dengan ujung rambut dibuat bergelombang.
Erland pun pemuda yang tampan. Ia seorang CEO yang bergerak di bidang properti juga periklanan milik keluarganya. Ia juga pengusaha muda sukses memilik beberapa toko kue dan butik yang dirinya rintis sendiri tanpa campur tangan kedua orang tuanya.
Aruna menyadari tatapan Erland yang melihatnya dengan intens. Jujur, ia tidak begitu menyukai tatapan bak elang itu, meskipun laki-laki yang menatapnya itu berwajah tampan.
Bagas menyadarinya. Ia tersenyum dan segera memperkenalkan sang istri juga putranya pada Aruna.
"O iya, Nak Aruna. Kenalkan ini Istrinya Om, namanya Arumi," ucapnya.
"Selamat pagi, Nak. Kamu cantik sekali. Tante senang bisa bertemu langsung denganmu," ucap Arumi memuji sambil tersenyum lembut pada Aruna.
"Selamat pagi juga, Tan. Saya juga senang bertemu dengan Tante." balasnya sambil mencium tangan Arumi.
"Kalau yang ini putranya Om. Namanya Erland," ucap Bagas.
"Hai, aku Erland," ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
"Aku Aruna," balasnya menerima uluran tangan itu.
"Sayang, Nak Erland ini yang Papa ceritakan padamu, Papa ingin kamu menikah dengannya."
Deg ... Aruna terkejut mendengarnya. Memang sang papa pernah memintanya menikah dengan anak sahabatnya. Namun, ia sudah menolak berulang kali. Ia tidak menyangka sang papa akan membahasnya. Bahkan di depan laki-laki itu dan keluarganya. Ia bisa apa? Sedangkan hatinya sudah terisi dengan laki-laki lain yang ia cintai sejak dulu hingga sekarang, bahkan hubungannya dengan sang kekasih sudah melewati batas wajar.
Aruna masih terdiam, ingin menolak, ia tidak mau membuat sang papa malu. Ia juga tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada sang papa. Hatinya benar-benar bimbang.
"Ta-tapi, Pa. Sebelumnya kami belum saling kenal, apa Mas Erland mau menikah denganku, saya yakin Mas Erland sudah punya kekasih. Saya tidak mau Mas Erland melakukan pernikahan ini karena terpaksa," ucapnya lembut. Namun, mengandung penolakan.
"Kalian bisa saling kenal setelah menikah, saya mengenal Nak Erland sejak dia masih kecil, Nak Erland pemuda yang baik dan Papa akan tenang kalau Papa meninggal kamu sudah menikah, tinggal nanti kamu jaga adik kamu," ucap Wisnu membujuk.
"Papa ngomong apa? Papa pasti sembuh. Jangan bilang tentang kematian, Aruna tidak suka," ucapnya menangis.
"Semua orang pasti akan meninggal, Nak. Papa hanya ingin yang terbaik buat kalian berdua. Kamu dan adikmu, Aida. Papa akan lebih tenang kamu bersama Nak Erland yang pasti akan menjaga kalian, terutama kamu istrinya."
"Apa yang dikatakan Papamu benar, Nak. Insyaallah Erland akan menjagamu," ucap Bagas ikut menimpali.
Aruna melihat ke arah Erland, begitu juga dengan Erland. Mata mereka saling bertemu pandang. Cukup lama. Hingga Aruna memalingkan mukanya.
"Kalian belum menanyakan keputusan Mas Erland. Mungkin saja ia tidak menyetujuinya," ucapnya melirik Erland.
"Insyaallah demi kebaikan bersama saya setuju. Maksudnya saya menyetujui perjodohan ini. Dan Insyaallah saya akan menjagamu dan berusaha menjadi suami yang baik untukmu, itu pun kalau kamu mau menjalin hubungan itu denganku," ucap Erland. Wisnu, Bagas dan Arumi tersenyum lega.
Erland tidak pernah menyangka keputusannya menyetujui perjodohan yang dilakukan oleh Papanya akan menghancurkan hidup dan hatinya di masa depan.
Satu minggu sudah Aida melahirkan anak keduanya. Hari ini juga Aida diizinkan untuk pulang. Sempat terjadi pendarahan sehingga tidak boleh langsung pulang dan harus dirawat.Kondisi Aida dan putrinya sudah semakin membaik. Seminggu ini Erland yang mengkhawatirkan keadaan Aida, terpaksa harus bekerja di rumah sakit. Setiap ada dokumen penting yang membutuhkan tanda tangannya, Anton pasti akan membawanya ke rumah sakit.Setelah membereskan barang-barang, Erland meminta perawat membantu mendorong kursi roda yang dinaiki Aida dan bayi mereka. Sedangkan Erland membawa barang-barangnya.Erland bergegas meletakkan barang-barang ke dalam bagasi mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Aida.Di kediaman Erland dan Aida. Arumi sudah menyiapkan syukuran kecil dengan mengundang beberapa tetangga dan tokoh agama di kompleks perumahan yang dihuni Aida dan Erland itu.Aluna dan Rafa pun ikut hadir. Mereka yang beberapa hari ini ikut menjaga Rendra, saat ini menemani bocah tampan itu bermain.Byan da
Hari ini mereka semua bersiap untuk pulang ke Jakarta. Aisyah sudah siap dengan dua koper yang berisi barang-barangnya dan Byan. Byan menyeret koper-koper itu ke bawah. Di sana sudah ada Erland dan yang lainnya menunggu.Setelah perjalanan yang memakan waktu sekitar dua jam lebih, mereka sampai. Di bandara sopir keluarga sudah menjemput mereka sesuai perintah Bagas dan Arumi. Byan dan Aisyah, Erland dan Aida tidak langsung pulang ke kediaman mereka. Mereka akan berkumpul di rumah kedua orang tua mereka terlebih dahulu.Mereka akan membuka oleh-oleh untuk diberikan pada Bagas dan Arumi juga para asisten rumah tangga yang sudah mereka siapkan.***Dua bulan kemudian .... Malam ini Aida gelisah, sudah pukul dua belas malam dirinya masih terjaga, perutnya terasa keram berulang kali. Ingin membangunkan Erland. Namun, dirinya merasa kasihan. Pukul tujuh malam sang suami baru datang karena ada meeting penting bersama klien yang berasal dari luar negeri. Sudah berulang kali dirinya bangun un
Keesokan harinya. Setelah sarapan, mereka melakukan aktivitasnya masing-masing. Aida yang perutnya sudah semakin besar hanya ingin ditemani Erland jalan-jalan ke pantai. Sedangkan Dinda dan Anton mereka mempunyai rencana sendiri, begitu pun Byan dan AisyahByan mengajak Aisyah masuk ke dalam butik setelah meletakkan semua belanjaannya di mobil. Ya, mereka kembali berburu oleh-oleh. Aisyah lupa belum membelikan teman-teman sesama guru oleh-oleh.Malam ini Byan akan mengajak Aisyah ke pesta peresmian dan pembukaan rumah sakit cabang Bali. Ia ingin Aisyah tampil berbeda. Aisyah sudah cantik, tinggal sediki polesan. Pasti akan membuatnya semakin cantik.Di butik, Aisyah diminta mencoba beberapa gaun untuk pesta nanti malam. Sedangkan Byan sibuk dengan ponselnya dan membaca email. Aisyah keluar dengan menggunakan gaun yang tadi ditunjuk Byan yang terakhir kali. Ia memperlihatkannya pada Byan dan meminta pendapat sang suami.“Sayang, wow ... Aku suka yang ini. Kita pilih gaun ini aja bagus
Pagi menjelang. Byan dan Aisyah sudah keluar resort setelah mengerjakan salat Subuh. Byan ingin mengajak Aisyah menikmati sunrise.Setelah itu, Byan mengajak Aisyah berjalan mengunjungi pura, puas mengabadikan momen dengan berswafoto di sana, Byan mengajak Aisyah ke kawasan persawahan. Melihat keindahan terasering di sana. Di kawasan sawah itu terdapat jalan setapak yang tersusun rapi yang digunakan sebagai jalan untuk menuju ke tengah sawah. Mereka berswafoto lagi mencari spot foto yang instagramable untuk diunduh di story mereka. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan penuh kemesraan. Canda tawa dan suka cita. Aisyah sangat bahagia, Byan sudah mewujudkan mimpinya.Byan menyewa sepeda untuk mereka berdua. Byan membonceng Aisyah, dengan sedikit kikuk dirasakan Aisyah ketika Byan menyuruhnya duduk di depannya. Awalnya Byan kesusahan mengayuh sepeda itu karena sudah lama tidak mengayuh sepeda, tetapi lama-kelamaan Byan sudah terbiasa mengayuhnya.Mereka bersepeda mengitari area pers
Hari ini Byan dan Aisyah berkemas untuk bulan madu, mereka membawa peralatan yang mereka butuhkan, semua perlengkapan yang menunjang mereka di sana sudah dimasukkan ke dalam koper.“Sudah beres semua kah, Yang?” tanya Byan sambil memeluk Aisyah dari belakang yang sibuk meletakkan barang-barang mereka ke dalam koper.“Tinggal sedikit, habis itu sudah beres, tinggal kita berangkat,” ucapnya.Sepulang dari hotel yang ada di Bogor, Byan langsung membawa Aisyah pindah ke rumah yang memang disiapkan Byan untuk Aisyah. Rumah itu pun sudah ditempati pengajian menjelang akad nikah dengan mengundang ibu-ibu pengajian komunitas Arumi dan juga anak yatim di bawah asuhan Arumi dan Aida.“Sayang hari ini aku masih ada jadwal operasi. Aku bisa melakukannya cepat karena ini hanya operasi kecil. Waktu kita untuk pergi ke bandara masih lama,” ucap Byan bersiap.“Hm ... Kakak segera bersiap. Selesaikan tugasmu gabus itu cepat pulang supaya kita tidak telat.” Aisyah tersenyum turut membantu mengancingi k
***Pagi pun menyapa. Sejuknya udara pegunungan sangat terasa. Apalagi saat ini musim penghujan. Udara pagi semakin dingin, sedangkan mentari masih bersembunyi di balik peraduannya. Aisyah mengajak Byan berjalan pagi mengitari hotel setelah salat subuh. Jaket tebal milik Byan bertengger di tubuh wanita cantik itu. Sebelum sarapan, mereka ingin berkeliling mencari kuliner khas Jawa Barat yang dijual di pagi hari.Dengan memakai gamis soft pink dan hijab senada, Aisyah semakin terlihat cantik memesona. Sedangkan Byan menggunakan celana pendek selutut berwarna abu dan sweater tebal berwarna putih tampil nyantai tetap tak mengurangi ketampanannya. Mereka terlihat sangat serasi, membuat beberapa pasang mata melihat kagum ke arah pasangan itu. Byan menggandeng erat tangan Aisyah yang sedikit kedinginan padahal sudah memakai jaket milik Byan. "Sayang, pagi-pagi gini enak minum yang hangat-hangat, ya," ucap Kenzo saat sudah keluar jauh dari hotel. "Iya ... Eh lihat itu ada penjual ronde. P
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments