Share

Bertemu Aida

Erland tidak menyesali keputusannya untuk menolak Aruna, wanita yang ia nikahi selama enam bulan lebih itu. Yang ia sesali kenapa harus menikahi wanita Yang tak punya perasaan seperti Aruna, yang sudah menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang lelaki. Erland mempunyai kekuasaan dan harta, bahkan tidak ada wanita yang menolaknya, mereka berebut untuk mendapatkannya. Namun, ia memang yang membatasi hubungannya dengan wanita-wanita seperti itu. Ia tidak mau dikhianati lagi Setelah Erina mengkhianatinya dulu. Namun, apa? Aruna yang ia sangka perempuan baik malah mengkhianatinya dan menorehkan luka yang teramat sakit di hatinya. Pikiran Erland sudah diliputi dengan bagaimana cara membalas dendam dan memberi pelajaran wanita sombong dan tak berperasaan itu.

Aruna dan Erland sudah tiga hari pisah ranjang sejak kata talak terucap dari bibir Erland. Ironisnya Aruna terlihat biasa-biasa saja, tidak merasa bersalah atas perbuatannya. Mereka melakukan aktivitasnya seperti biasanya. Mereka akan bertemu pagi hari saat sarapan dan malam hari untuk makan malam, selebihnya mereka jarang bertemu. Itu pun mereka tidak pernah terlibat pembicaraan. Mereka akan bicara bila ada hal yang perlu dibicarakan.

Minggu ini Arumi dan Bagas berkunjung ke rumah Erland. Mereka berencana untuk memberi kejutan pada Erland dan Aruna.

Setelah sarapan Aruna bersantai di ruang keluarga sambil memainkan ponselnya, rencananya ia akan pergi jalan-jalan bersama Rafa nanti siang.

Erland hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan Aruna. Namun, ia bisa apa? Menegurnya? Hal itu tidak akan ia lakukan, hanya akan menambah masalah bila berurusan dengan Aruna.

Bel rumah terdengar, Bik Ina tergesa membukakannya.

"Assalamualaikum, Bik," sapa keduanya dengan senyum mengembang di wajah keduanya.

"W*’alaikumussalam, Nyonya, Tuan ... Masyaallah apa kabar? lama Bibik tidak bertemu," ucap Bik Ina pada keduanya.

"Alhamdulillah ... kami sehat, Bik. Bibi sendiri apa kabar? Kerasan 'kan ikut Erland dan Aruna?"

"Hehehe, Alhamdulillah juga sehat, Nya. Kerasan atu, kan sudah terbiasa merawat dan menjaga Aden," ucapnya nyengir.

Mendengar kegaduhan di depan Erland dan Aruna mendekat.

"Mama, Papa, ke sini kok enggak bilang dulu?” Erland terkejut begitu juga Aruna.

Aruna menyambut mereka dengan tersenyum tipis di wajah cantiknya dan menjabat tangan keduanya.

"Emang kami sengaja bikin surprise buat kalian," ucap Arumi sambil nyengir. Erland melihat tas besar yang dibawa sang mama.

"Mama bawa tas besar, apa mereka berencana menginap disini? Mati aku gimana ini, kalau mama dan papa sampai tahu ada yang berbeda dengan hubunganku dan Aruna," batin Erland.

"Kok bawa tas besar, apa jangan-jangan mertuaku ini berniat menginap di sini, jadwalku hari ini bersama Rafa bisa gagal nih," batin Aruna.

"Mama kok bawa tas besar, emangnya mau nginap di sini?" tanya Erland.

"Iya, Sayang. Kami akan menginap di sini selama tiga hari, boleh 'kan? Masak kita nginep di rumah anak sendiri enggak boleh," ujar Arumi.

Jedaaar ... Erland dan Aruna semakin terkejut mendengarkan penuturan sang mama.

Susah payah Erland menelan salivanya. "Boleh dong, Ma. Rumah Erland 'kan juga rumah Mama," ucapnya.

"Mama mau kamar tamu yang biasanya Mama tempati ya, Er. Bilang Bik Ina suruh beresin," ucap Arumi.

Deg ... Erland makin bingung kamar tamu yang biasa sang mama tempati kini ditempati Aruna. Sebenarnya di atas ada tiga ruang yang tidak ditempati, tapi belum ada ranjangnya .

Erland melirik Aruna sekilas, wajah wanita itu juga terlihat panik.

"Ma, aku kok kasihan sama Bik Ina harus bersih-bersih kamar yang terlalu kotor. Pintu kamar tamu yang itu juga sedang bermasalah, aku enggak mau Mama terkunci dari dalam, pintu kamar mandi juga agak sulit dibuka. Kondisinya juga sangat berantakan. Kasihan Bik Ina kalau beresin lama. Mending kamar sebelahnya saja, kondisinya terawat kok, Ma, soalnya kemarin baru ada teman yang menginap di sini," bujuknya, dan tentunya Erland berbohong. Meskipun tidak pernah ditempati semua ruang yang ada di rumahnya dibersihkan setiap hari oleh Bik Ina.

"Gitu ya! Benernya sih pingin yang kamar itu karena dekat dengan taman samping, tapi ya sudah kalau gitu," ucap Arumi sedikit kecewa. Bagas tersenyum sambil geleng kepala melihat tingkah sang istri.

Lega rasa hati Erland. Namun, setelah ini ia tahu harus lebih bisa bersandiwara lagi di depan Orang tuanya. Setelah tahu kedua orang tua Erland menginap di sini Aruna membatalkan jadwal kencannya bersama Rafa. Awalnya sang kekasih marah. Namun, Rafa memakluminya setelah Aruna membujuknya dan menenangkannya.

Erland harus berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa dengan pernikahannya di hadapan kedua orang tuanya, untuk saat ini dirinya belum bisa berterus terang pada kedua orang tuanya. Ia sudah mendaftarkan berkas perceraiannya ke pengadilan agama. Ia harus menunggu sampai ada ketuk palu dari hakim, baru ia akan mengatakan semuanya pada kedua orang tuanya. Dirinya tahu kedua orang tuanya akan kecewa padanya. Namun untuk apa dipertahankan kalau hanya membawa luka. Bukankah pernikahan itu akan membawa keberkahan bila didasari dengan kasih sayang, dan hanya mengharap Ridho dari Allah, berbeda pernikahannya yang hanya disadari oleh kebohongan dan pengkhianatan.

Sandiwara yang cukup apik, bahkan Erland tidak menyangka kalau Aruna pandai sekali berakting, bak artis hollywood. Di depan kedua orang tua Erland, Aruna menunjukkan sikap baik dan terlihat sangat menyayanginya. Membuatnya semakin muak melihat Aruna. Ia menahan emosinya untuk tidak marah. Aruna juga pura-pura tidur di kamar Erland. Setelah kedua mertuanya masuk kamar ia akan keluar dari kamar Erland.

Sikap Aruna semakin membuat hati Erland tersiksa dan semakin membencinya. Sore ini Arumi sedang berada di dapur bersama bik Ina. Mereka memasak untuk makan malam. Sudah lama Erland tidak pulang ke rumah orang tuanya, hari ini Arumi akan memasak makanan kesukaan sang putra.

"Bik, Aruna mana? Kok, enggak ke sini! Kalau Bibi masak sering dibantu 'kan sama Aruna?"

Bil Ina bingung harus menjawab apa pada sang nyonya. Ia tidak terbiasa membohongi nyonyanya itu. Bik Ina adalah sosok asisten rumah tangga yang jujur dan sabar, sehingga keluarga Erland sangat menyayanginya juga seperti anggota keluarganya sendiri.

"Non Aruna kan wanita karir jadi enggak sempat bantu Bibik, Nya. Berangkat pagi pulang malam, mungkin sudah capek," jawabnya jujur, tapi ia berusaha menutupi masalah rumah tangga Erland. Bik Ina sudah tahu semua masalah yang di hadapi sang tuan muda. Ia juga kasihan melihat Erland diperlakukan seperti itu oleh Aruna. Namun, ia bisa apa? Dirinya harus tahu batasannya dan tidak mau terlalu ikut campur urusan majikannya.

"Kasihan juga, mungkin sudah capek," ujar Arumi.

Setelah semua siap Arumi memanggil anggota keluarganya untuk segera makan malam

"Nak Aruna sudah isi belum?" tanya Arumi setelah selesai makan.

Aruna tersenyum tipis sambil melirik Erland yang terlihat cuek. " belum, Ma. Mungkin Allah belum mempercayakannya pada kami, kami sudah berusaha, tapi gimana lagi," jawabnya berbohong. Erland semakin sakit mendengar jawaban Aruna. Bagaimana bisa hamil, melakukannya saja hanya sekali dengan Erland dan itu sudah sangat lama sekali. Kalau pun Aruna hamil dirinya pastikan itu bukan darah dagingnya.

"Ma, Pa. Aku mau ke kamar dulu, aku harus menyelesaikan pekerjaanku malam ini juga karena besok pagi harus presentasi," ucapnya meninggalkan meja makan. Rasanya kayak berlama-lama di sana. Ia sangat membenci Aruna.

Setelah cukup berbasa-basi dengan kedua orang tua Erland. Aruna pamit ke kamar. Di kamar ia melihat Erland sudah tidur. Padahal Erland hanya pura-pura tidur saat mendengar pintu kamarnya dibuka tadi.

"Huh ... rasanya aku enggak tahan harus pura-pura kayak gini, ngapain sih tuh kedua orang tua Erland pakai acara nginep segala. Bikin ribet aja," gerutunya, dan Erland mendengarkannya.

Aruna duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Menunggu sang mertua masuk ke kamar baru dirinya keluar dari kamar itu. Ponselnya berdering tanda panggilan masuk, terpampang jelas wajah sang adik. Ia segera mengangkatnya. Dengan suaran manjanya pada sang kakak ia mengabarkan akan datang ke Jakarta untuk mengikuti seminar selama seminggu. Gadis itu meminta izin untuk tinggal bersama Aruna.

"Masalah kedua orang tua Erland saja sudah buat pikiranku stres, sekarang malah Aida mau kesini. Aku juga kangen sama dia lagi," gumamnya.

"Aku jadi penasaran dengan Aida, sejak menikah aku belum bertemu dengannya. Mendengar nada bicaranya sedikit nyerocos. Aruna yang pendiam saja ternyata menyimpan rahasia besar bahkan sudah tidak virgin, apalagi Adiknya yang nada bicaranya terdengar urakan seperti tadi."

Erland salah besar menilai Aida. Meskipun nada bicara Aida seperti itu, tapi ia gadis yang baik hati, penuh semangat dan pintar. Ia beda jauh dengan Aruna, bahkan ilmu agama Aida lebih baik dibanding Aruna. Dirinya juga memutuskan berhijab sejak duduk dibangku SMP.

Sebelum orang tua Erland bangun, pagi ini Aruna mengetuk pintu kamar Erland, Erland yang kebetulan sudah bangun membukanya.

"Ada apa?" tanya Erland datar dan sinis.

"Hari ini Adikku mau ke sini dan minta menginap di sini selama mengikuti seminar, apa kamu mengizinkannya?"

"Ya, enggak apa. Suruh Bik Ina membereskan kamar tamu yang satu lagi!" ucapnya dingin.

"Terima kasih." Setelah mengucapkan itu Aruna menghubungi Aida dan mengirim alamat rumah Erland pada sang adik.

Pukul sepuluh pagi Aida sampai di rumah itu, rumah mewah itu terlihat sepi. Kebetulan Arumi keluar berbelanja dengan baik Ina. Aida sudah menekan bel rumah itu berulang kali tapi tidak ada yang membukakan pintunya. Ia mencoba menghubungi Aruna, tapi ponsel sang kakak tidak aktif.

Lima belas menit berlalu ia masih menunggu di depan gerbang duduk di depan mobilnya. Hingga ada mobil sport merah berhenti di depannya. Dari dalam mobil keluar sosok laki-laki tampan dengan memakai kaca mata hitam.

Aida sedikit canggung melihat laki-laki itu berjalan ke arahnya.

"Mau bertemu siapa?" tanya Erland dingin. Namun, tidak menghilangkan pesona ketampanannya. Aida terlihat semakin canggung.

"Maaf, mau bertemu siapa?" tanya Erland sekali lagi pada gadis cantik berhijab itu.

"Saya mau bertemu Kakak saya, Kak Aruna," jawabnya.

Deg ... Erland tidak menyangka gadis cantik berhijab di depannya adalah adik Aruna. Sangat bertolak belakang dengan kakaknya dalam segi penampilannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dina Oktavia
lanjutkan semangat kak ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status