Dina mengambil kesempatan ia segera mengambil pakaian dan berpakaian di tengah berlututnya Jhonatan, ia segera pergi dari kamar itu akan tetapi."Mau kemana kamu? Wanita j*lang?" pak Ruslan menahan Dina dengan memegang tangannya, hingga ia berhenti melangkah."Maaf om, aku gak bersalah yang salah itu Jhonatan om dia yang maksa aku buat........." Ucapan Dina terpotong."Munafik sekali kamu ini, di saat kekasihmu ini jatuh miskin kamu ninggalin dia tadi kamu manggil saya papa sekarang kamu manggil saya om, apa maksud kamu? Hah?" Tegas pak Ruslan."A, a, aku, aku tidak bersalah! Salahkan saja dia!" teriak Dina yang langsung berlari kabur dari kamar tersebut."Gabriel, Tio ayok kita pergi," ajak pak Ruslan sambil membalikan badan."Bagaimana dengan ku pa?" tanya Jhonatan yang langsung berdiri."Kamu? Siapa kamu? Kita tidak ada hubungan apapun dengan kamu, terserah kamu mau kemana dan hidup mana," jawab pak Ruslan."Pa, bagaimana papa bisa sekejam ini?" ujar Jhonatan."Apa kamu bilang? Say
Gabriel tertidur sambil memegang botol yang berisikan air hangat di atas perutnya, sementara Tio bergegas pergi untuk mengerjakan tugas kelompok nya, begitu pun juga pak Ruslan pergi dari rumah entah mau ke mana.Saat Gabriel membuka kedua matanya ia membelalak kaget, melihat dirinya berdiri dengan tangan terikat ke atas kepalanya, ia berada di sebuah ruangan yang gelap nan kusam."Aku di mana? Siapa yang membawaku ke sini?" tanya Gabriel pada dirinya sendiri.Berselang beberapa detik kemudian terdengar suara langkah kaki yang mendekati dirinya. "Siapa di sana?!" teriak Gabriel ketakutan.Langkah kaki tersebut semakin dekat dan semakin mendekat, hingga muncullah sosok pria berbaju hitam, celana hitam, sepatu hitam dan menggunakan topi hitam sambil menunduk hingga wajahnya tidak terlihat."Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?" tanya Gabriel mulai panik melihat sosok pria tersebut.Tanpa jawaban pria itu terus mendekat dengan langkah yang lamban."Berhenti! Aku bilang berhenti! Jangan m
Pak Ruslan yang sedang duduk melamun di balkon sambil menikmati sebatang rokok serta secangkir kopi, tanpa sengaja mendengar seseorang sedang mendekat kearahnya.Entah mengapa instingnya begitu kuat, ia segera mengambil sebuah senapan angin dari kolong meja yang selalu ia simpan di sana untuk berjaga-jaga.Ketika ia merasa orang itu semakin mendekat ia segera berdiri dan menodongkan senapan angin tersebut.Namun betapa kagetnya ia ketika melihat orang itu adalah Gabriel."Hah? Papa?!" Ucap Gabriel kaget."Gabriel?!" Balas pak Ruslan yang juga kaget.Ia segera menaruh senapan angin tersebut dan langsung memeluk erat Gabriel sambil berkata."Maafin papa, papa tidak bermaksud begitu, papa pikir itu bukan kamu Gabriel, maaf papa tidak sengaja, kamu pasti sangat kaget."Gabriel terpaku ia masih syok karena mengingat mimpinya tadi siang kini berkaitan dengan dunia nyata.Melihat Gabriel yang terpaku membuat pak Ruslan panik, ia melepas peluknya sejenak."Gabriel, kamu gak papa kan sayang? G
Saat Gabriel terbangun ia melirik ke kanan kiri tidak ada siapapun namun saat ia melirik ke arah belakang."Selamat pagi sayang," sambut pak Ruslan yang sudah bangun duluan. Posisinya masih tiduran sambil memeluk Gabriel dari belakang karena Gabriel tidurnya miring."Papa?" Gabriel agak kaget ia tidak menyadari bahwa dirinya bermalam di kamar pak Ruslan."Apa sayang? Lagian kita gak ngapa-ngapain kok kan kamu masih haid," ujar pak Ruslan."Oh iya pak," timpal Gabriel kemudian berucap dalam hati "hadehh sukur deh, aku pikir terjadi sesuatu malam tadi.""Gabriel, mandi yuk," ajak pak Ruslan."Iya pak, papa duluan aja nanti setelah papa selesai baru aku," jawab Gabriel."Lho? Kenapa harus gantian kalau bisa barengan?" Sambung tanya pak Ruslan."Hah?" Gabriel agak kaget.Tiba-tiba saja pak Ruslan yang tadinya memeluk Gabriel kini ia angkat tubuh Gabriel seraya berdiri."Papa, kenapa gendong aku?" tanya Gabriel kaget.Pak Ruslan tidak menjawab ia hanya tersenyum sambil melangkah menuju kam
"Cepat selesaikan misi nanti gua akan kasih lo uang," ucap Jhonatan di pagi hari."Berapa bos?" Tanya anak buah suruhan Jhonatan."500 dolar, per orang," jawab Jhonatan."Ok bos, misi saya jalankan!" Balas kedua anak buah Jhonatan.Pagi itu dua orang pria pergi ke panti mereka membagikan makanan yang beratas namakan Gabriel dan pak Ruslan."Ibu, ini ada makanan untuk anak-anak panti dari Gabriel sama pak Ruslan, bagiin ke anak-anak ya bu," ucap salah satu pria."Oh ya? Ini dari Gabriel? Kenapa tidak dia saja yang dateng ke sini? Lagi pula sudah lama Gabriel tidak berkunjung," jawab ibu panti."Anu bu, Gabriel sedang sakit dan pak Ruslan juga sedang sibuk makannya kami yang mengantarkan makanannya," timpal pria itu."Lalu kalian siapanya Gabriel dan pak Ruslan?" Tanya ibu panti."Kami cuma suruhan bu," jawab pria itu."Ohh makasih kalau gitu, mau mampir dulu sama anak-anak," ajak ibu panti."Sama-sama bu, mohon maaf kami harus langsung pergi karena kami ada urusan lain," ujar anak buah
Bab 16Bu sebenarnya aku udah hampir satu bulan tinggal dengan pak Ruslan," ucap Gabriel sambil menunduk malu."apa? Pantas saja ibu sampai heran sudah lama kamu tidak mengunjungi anak-anak ke panti," balas ibu panti yang agak kaget mendengar ucapan Gabriel."iya bu, aku tahu ini gak wajar tapi mau gimana lagi bu, aku tidak mau tinggal dengan lelaki yang suka selingkuh itu," ujar Gabriel."ibu gak melarang, kalau kamu mau dengan pak Ruslan juga gak papa asal kamu sudah bercerai dulu dari Jhonatan, ibu ikut bahagia kalau kamu bahagia. Kalau kamu nyaman sama pak Ruslan gak papa sama pak Ruslan aja, ibu juga gak mau kalau kamu bertahan di dalam rumah tangga yang sudah terhianati," jelas ibu panti memberikan sebuah dukungan demi kebahagiaan Gabriel."iya bu makasih, semoga aja karena aku merasa bahwa pak Ruslan juga sangat mencintai aku bu," balas Gabriel sambil tersenyum malu.Ibu panti menepuk bahu Gabriel sambil tersenyum seraya berakata. "ikuti kata hatimu aja nak, ibu selalu berharap
Gabriel kembali melanjutkan langkahnya hingga ia tiba tepat di belakang pak Ruslan, hal itu membuat pak Ruslan kaget saat melihat Gabriel dari pantulan cermin."Sayang!" ucap pak Ruslan seraya berbalik badan."Sejak kapan kamu ada di dalam kamar papa?" tanya pak Ruslan sambil menghampiri Gabriel.Gabriel tidak menjawab ia hanya menggelengkan kepalanya seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat, tubuh pak Ruslan di penuhi dengan luka memar."papa, jujur apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa papa terluka seperti ini?" tanya Gabriel sambil menatap pak Ruslan."Gabriel, jangan marah sayang, papa bisa jelasin ini semua hanya kecelakaan," jawab pak Ruslan sambil memegang kedua bahu Gabriel."Kecelakaan gimana? Ini sangat jelas memar ini di sebabkan oleh pukulan kan pa, kenapa papa gak jujur aja? Ini udah ke 3 kalinya papa pulang dengan keadaan terluka, apa yang sebenarnya terjadi pa?" tanya Gabriel beruntun sambil menatap pak Ruslan dengan berlinangan air mata."enggak sayang, ini se
Gabriel terduduk diam sambil gemetar melihat ada berbagai jenis senapan angin yaitu pistol, ada yang kecil ada yang besar terdapat juga beberapa pisau yang sangat mengkilap pasti pisau tersebut sangatlah tajam. "Kenapa papa mengoleksi barang seperti ini? Apa sebenarnya pekerjaan papa? Setiap kali ia pulang kerja ia selalu saja terluka, pekerjaan apa yang menggunakan barang seperti ini? Apa papa seorang perampok? " gumam Gabriel dalam hati sambil menggelengkan kepala. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat, ia terduduk lemas tak berkutik, kemudian mengatur napas untuk menenangkan diri. Setelah dirinya sedikit lebih tenang, ia berdiri meraih kotak hitam yang tadi di bawa oleh pak Ruslan."Apa isi kotak ini? Apa dalamnya sama dengan isi lemari? " tanya Gabriel sambil berusaha mengambil kotak tersebut secara perlahan. Akhirnya ia berhasil mengambil kotak tersebut namun Gabriel nyeletuk "Ah sial! Kenapa harus pakai kode untuk membukanya "Kemudian terdengar suara "Gabriel,