Share

Festival Tahunan

"ahh sial! Kemana perginya dia?" Jhonatan yang berada di dalam mobil setelah dari panti mencari keberadaan Gabriel.

Tanpa jejak, entah kemana Gabriel pergi, Jhonatan gelisah mencari istrinya walaupun dia masih menikmati Dina dalam hidupnya.

Di tengah perjalanan mencari Gabriel, telponnya berdering rupanya Dina yang menelpon.

"Halo sayang," ujar Dina lembut.

"Apa? Aku sedang sibuk," sambut Jhonatan dengan nada yang kesal.

"Lho, kok kamu marah sih sayang? Ada apa? Apa kamu belum puas dengan yang semalam?" tanya Dina beruntun.

"Aku sedang mencari Gabriel, aku gak tahu dia ada di mana," jawab Jhonatan.

"Heumm, kok kamu masih mikirin dia sih? Kan ada aku, aku lebih baik dari dia, aku lebih cantik bahkan aku juga lebih seksi dari pada dia kan? Ngapain kamu cari dia?" suara Dina dengan mendayu-dayu.

"Ahh sudah lah, aku ada meeting di kantor," ujar Jhonatan yang langsung menutup telponnya.

Selang beberapa detik kemudian, telpon milik Jhonatan kembali berdering, rupanya Dina awalnya ia mengabaikannya namun karena suaranya terus-menerus berdering membuatnya merasa terganggu, akhirnya ia mengangkat telponnya.

"Apa lagi?" Jhonatan emosi.

"Sayang, sabar dong jangan marah-marah mulu aku cuma mau bilang ke kamu ada berkas yang lupa kamu bawa, aku pikir ini sangat penting untuk kamu sayang, kalau kamu tidak datang heumm aku bisa kok membakarnya," ujar Dina dengan suara yang menggoda.

"Jangan berani kamu melakukan itu, aku akan segera ke sana," jawab Jhonatan menutup telponnya kembali.

Ia berbalik arah menuju ke rumah Dina untuk mengambil berkas yang tertinggal seperti yang di katakan Dina.

Dina seorang gadis berumur 25 tahun, kini ia sedang menjalani pembuatan butik karena ia ingin memulai usaha agar bisa mempunyai pendapatan. Orang tua nya sudah tiada 3 tahun yang lalu ia merupakan anak tunggal dan tidak mempunyai siapa-siapa selain Jhonatan.

Pendidikan yang tinggi, kecerdasan yang luar biasa membuatnya bisa berinvestasi ke beberapa perusahaan kecil namun kecerdasan nya itu ia gunakan untuk memanfaatkan Jhonatan, ia memeras uang Jhonatan sesuka hatinya dan Jhonatan sendiri selalu siap sedia ketika Dina membutuhkan uang.

"Apa berkas yang aku tinggalkan? Benda penting apa yang tak sengaja ku tinggal di sini?" Jhonatan yang baru sampai langsung menanyakan pada intinya.

Namun sial, di tengah rumah kosong, saat ia membuka pintu kamar Dina, nampak Dina sudah bersiap menyambut kedatangan Jhonatan, dengan berpakaian seksi untuk menggoda Jhonatan.

"Sayang kamu lupa sarapan pagi mu, itulah yang sangat penting dan kamu lewatkan pagi ini," goda Dina seraya berdiri membelai dada Jhonatan.

"Dina apa kamu pikir aku akan tergoda?" tanya Jhonatan dengan tatapan tajam.

"Heu eum," balas Dina sambil mengangguk serta menggigit bibir bagian bawahnya.

"Oh tentu saja sayang," ujar Jhonatan dengan menjilat bibirnya sendiri, kemudian mendorong tubuh Dina ke atas kasur, mereka pun melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan.

Di balik itu "ahh papa hentikan, geli," suara Gabriel.

"Eumm, ayok kita makan dulu papa bantu," ujar pak Ruslan setelah menggelitik perut Gabriel dengan manja, ia membantu Gabriel menyiapkan makanan ke atas meja makan.

Bi Ita melihat hal itu tersenyum bahagia bisa melihat tuannya kembali tersenyum, bi Ita belum pernah melihat senyuman lebar dengan wajah berseri setelah kepergian istri keduanya pak Ruslan.

Bi Ita menyiapkan buah-buahan segar di atas meja makan dengan wajah yang berseri juga, pak Ruslan yang melihat bi Ita bertanya.

"Bi kenapa? Sudah lama sekali saya gak melihat wajah bibi berseri kayak gini, apa ada kabar yang menggembirakan?"

"Gak papa tuan, bibi hanya ikut bahagia melihat kebahagiaan tuan, sudah sekian lama tuan gak pernah senyum bahagia kayak gini, bibi bersyukur atas kehadiran non Gabriel yang membuat bisa membuat tuan jadi lebih berseri dari sebelumnya," jawab bi Ita sambil tersenyum.

"Yahh saya juga baru menyadari hal itu bi," balas pak Ruslan sambil melirik Gabriel.

Gabriel mengerutkan keningnya, ia heran dengan percakapan mereka, Gabriel hanya tersenyum bi Ita pun kembali pergi ke dapur.

"Gabriel kamu dengar?" Pak Ruslan bertanya dengan tatapan yang sangat dalam.

"Eumm iya pa, emangnya terakhir kali papa tersenyum bahagia gini kapan pa?" tanya balik Gabriel.

"Eumm sebentar papa ingat-ingat dulu, iya papa ingat terakhir papa tersenyum itu sebelum kepergian istri kedua papa," jawab pak Ruslan.

"Apa? Istri kedua pa?" Gabriel kaget.

"Eumm udah lupain aja, kita makan dulu dengan tenang," balas pak Ruslan.

Gabriel hanya mengangguk, kemudian melahap makanannya, Gabriel makan sambil memikirkan jawaban dari pak Ruslan, ia kepo sangat ingin tahu masa lalu pak Ruslan.

Selesai makan, pak Ruslan mengajak Gabriel pergi ke suatu tempat, pak Ruslan membawa Gabriel ke salon serta toko pakaian merubah penampilan Gabriel yang sederhana menjadi seksi dan menawan.

"Gabriel bodoh sekali Jhonatan, bisa-bisa nya dia mengabaikan kamu, padahal kamu sangat cantik, anggun, menawan dan juga seksi, dia benar-benar bodoh," ujar pak Ruslan di dalam mobil dalam perjalanan menuju sebuah festival tahunan di alun-alun kota.

Gabriel hanya mengangguk malu. Setelah tiba Gabriel kaget melihat sebuah acara yang sangat megah dan mewah.

"Gabriel ayok," ajak pak Ruslan seraya mengulurkan tangannya, Gabriel mengulurkan tangannya juga untuk meraih tangan pak Ruslan, walaupun ragu ia berusaha mencoba untuk lebih dekat dengan pak Ruslan.

Mereka pun masuk ke lokasi, bertapa terkejutnya Gabriel melihat festival yang sangat mewah itu, ia melihat beberapa ruko yang berdagang makanan yang tidak biasa.

"Kanu lihat-lihat dulu kalau kamu mau beli sesuatu, bilang aja ke papa, " ujar pak Ruslan sambil bergandengan tangan dengan Gabriel berjalan santai.

Langkah Gabriel terhenti saat ia melihat anting-anting yang bergelantungan sangat indah dan mengkilap.

"Gabriel, kamu mau?" Pak Ruslan yang peka bertanya sambil menarik Gabriel menuju penjual anting-anting tersebut.

"Eh ehh pa," Gabriel agak kaget.

"Kamu suka yang mana, pilih aja yang banyak biar papa yang bayar," ujar pak Ruslan.

Tepat di hadapan penjualnya, Gabriel melihat- lihat terlebih dahulu, namun saat ia sedang memilih ia kaget mendengar ucapan pedagangnya.

"Wah pak Ruslan, ini siapa? Calon istri pak Ruslan? Cantik sekali, sudah lama sekali pak Ruslan tidak datang bersama wanita, tahun ini mau memulai lagi pak? Jangan di sia-siakan pak tahun ini banyak angka cantik sesuai dengan calon mempelai wanita nya yang sangat cantik."

"Yah mudah-mudahan aja pak," ujar pak Ruslan santai dengan wajah yang berseri.

"Wah wah wah sepertinya ini pilihan yang tepat, sudah lama saya gak liat pak Ruslan wajahnya berseri kayak gini, pas bahagia banget kan pak," sambung pedagangnya.

"Apa itu terlihat jelas?" Pak Ruslan bertanya sambil sesekali melirik Gabriel.

"Jelas banget pak, ya sudah non cantik mau pilih yang mana?" Balas pedagang tersebut.

Rupanya setiap tahun pak Ruslan selalu datang ke festival tahunan tersebut bahkan ia sering membeli anting-anting bersama istrinya sebelum meninggal. Setelah istrinya tiada pun ia selalu datang walaupun sendirian , bahkan saking seringnya bertemu pedagang tersebut jadi tidak asing dengan pak Ruslan, bahkan ia tahu kejadian yang menimpa pak Ruslan di masa lalu.

"Eumm semuanya cantik pa," celetuk Gabriel karena memang benar semua anting-anting di sana sangat indah dan berkilau.

"Kalau begitu, pa saya borong semuanya berapa total jumlahnya pak?" Pak Ruslan bertanya sembari mengambil dompet di sakunya.

"Kalau di borong semuanya, total jadi 8.500.000.00 pak," jawab pedagangnya.

"Hah? 8 juta?" Gabriel kaget.

"Udah kamu tenang aja, ini pak uangnya," ujar pak Ruslan seraya memberikan uang untuk membayar anting-anting nya.

Gabriel merasa tidak enak karena sebelumnya ia juga tidak pernah membeli barang dengan harga yang mencapai juta-an walaupun di sisi lain ia merasa bahagia karena di perlakukan dengan dangat spesial.

"Ayok kita ke area belakang di sana banyak kuliner yang sangat enak," ujar pak Ruslan seraya mengambil 2 paper bag yang di bawa Gabriel berisikan anting-anting.

Gabriel hanya mengangguk dan mengikuti langkah pak Ruslan, betapa terkejutnya Gabriel melihat makanan yang sangat beraneka ragam, di mulai dengan makanan khas Korea, khas Jepang, khas Thailand juga makanan Khas Indonesia sangat banyak di sana.

"Eumm pa, Sushi itu keliatannya enak," ujar Gabriel.

"Ayok beli," ajak pak Ruslan.

Mereka pun berbelanja, bercanda tawa bersama dengan sangat bahagia, saling perhatian juga saling berbagi senyuman.

Tak terasa hari sudah mulai sore, hari itu di habiskan dengan momen bahagia berdua, Gabriel baru kali ini pergi ke festival semacam itu dan baru kali ini juga ia merasa sangat senang dengan pak Ruslan yang memberikan semuanya yang ia inginkan.

Mereka pun pulang. "Pa, makasih atas semuanya," ujar Gabriel setelah sampai di rumah.

"Sama-sama, kebahagiaan papa adalah melihat kamu bahagia," jawab pak Ruslan sambil mengelus lembut kepala Gabriel.

"Ya sudah kamu mandi dulu nanti kita makan malam bersama agar kamu bisa segera beristirahat," sambung pak Ruslan.

Gabriel mengangguk kemudian pergi ke kamarnya, ia berjingkrak di dalam kamar karena merasa sangat bahagia sedangkan pak Ruslan pergi ke dapur.

"Bi, ini ada sedikit oleh-oleh buat bibi," ujar pak Ruslan seraya menghampiri bi Ita yang sedang memasak.

"Wah, apa ini tuan? Tuan abis dari festival?" tanya bi Ita.

"Iya bi, saya menghabiskan hari ini dengan Gabriel di festival, dia terlihat sangat bahagia sepertinya dia nyaman saya membawa nya ke sana," jawab pak Ruslan dengan tersenyum.

"Syukurlah tuan, bibi ikut seneng mendengar nya, apalagi sekarang tuan jadi terlihat semakin muda aja dengan wajah yang berseri-seri," Sambung bi Ita.

"Iya bi, semenjak hari itu (hari di mana istri keduanya meninggal) rasanya sangat hambar tapi sekarang hampir semua rasa sudah kembali, saat hadirnya Gabriel dalam hidup saya," ujar pak Ruslan.

"Tapi tuan, non Gabriel kan istrinya Jhonatan, apa tidak akan menjadi masalah tuan? Bagaimana juga dengan Tio? Apa dia bisa tinggal di rumah itu tanpa tuan? Sedangkan tuan setiap hari di rumah ini?" Bi Ita merasa khawatir.

"Tenang bi, semuanya sudah saya atur termasuk Tio, semua kebutuhannya saya transfer, bibi gak usah cemas," jawab pak Ruslan santai.

Setelah berbincang, pak Ruslan pun pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri kemudian pergi kembali ke ruang makan untuk makan malam bersama.

Gabriel dan pak Ruslan datang bersama dan duduk bersebelahan di meja makan, mereka makan malam dengan sangat bahagia, akan tetapi setelah beberapa suapan masuk ke mulut Gabriel, tiba-tiba saja ia batuk-batuk.

"Gabriel kamu kenapa?" Pak Ruslan bertanya seraya mengambilkan air.

Gabriel minum namun setelah minum ia langsung pisan, pak Ruslan yang panik segera membawanya ke rumah sakit di temani oleh bi Ita.

"Tuan non Gabriel gak papa kan tuan? Bibi juga tadi masak hati-hati," ujar bi Ita yang khawatir.

"Bi saya percaya sama bibi, bibi gak mungkin ngelakuin hal yang sama seperti yang di lakukan Jhonatan dulu," jawab pak Ruslan.

Saat Gabriel perlahan membuka kedua matanya, ia melirik ke sampingnya terlihat pak Ruslan sedang menggenggam tangannya dan sedang berbicara dengan dokter.

"Dokter apa ada racun yang tak sengaja dia makan? Apa dia baik-baik saja dok?" Terdengar suara pak Ruslan sedang bertanya.

"Tenang pak, dia hanya tersedak tidak ada racun sedikitpun yang ia makan, ia pingsan karena sesak napas akibat ter sedaknya yang nyangkut di tenggorokan," jelas dokter.

"Oh syukurlah," balas pak Ruslan sambil berbalik mencium tangan Gabriel yang ia genggam.

"Bi Ita tenang aja, semua tidak akan terulang kembali seperti dulu," ujar pak Ruslan sambil melirik bi Ita yang terlihat sangat cemas.

Gabriel yang baru saja membuka mata langsung penasaran dengan maksud percakapan yang mereka bicarakan, racun? Dulu? Memangnya ada apa di masa lalu? Sampai mereka sangat khawatir seperti itu?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status