Share

Masa lalu Ruslan

"Gabriel kamu sudah sadar? Syukurlah ayok kita pulang," ujar pak Ruslan sangat bahagia melihat Gabriel ternyata baik-baik saja.

Mereka pun pulang pak Ruslan mengantar Gabriel hingga depan pintu kamarnya, ia menyuruh Gabriel untuk beristirahat karena pasti ia sangat lelah dengan seharian berada di festival.

*Satu Minggu kemudian*

"Heumm, ternyata aku sudah satu Minggu tinggal di sini," ujar Gabriel sambil melihat kalender.

Ia keluar kamar dan menghampiri bi Ita yang sedang beres-beres di ruang tengah sedangkan pak Ruslan entah kemana bahkan akhir-akhir ini pan Ruslan semakin jarang berada di rumah bahkan sering kali Gabriel melihat pak Ruslan pulang dengan bercak darah entah itu di tangannya, wajahnya ataupun di pakaiannya.

Walaupun begitu Gabriel tidak tahu apa penyebabnya karena setiap kali ia bertanya pak Ruslan selalu mengelak.

"Bi," ujar Gabriel menyapa bi Ita.

"Eh iya non ada apa?" tanya bi Ita seraya berbalik badan melihat Gabriel sudah berdiri di belakangnya.

"Begini bi," jawab Gabriel seraya menyeret bi Ita untuk duduk di sofa bersamanya.

"Pak Ruslan tidak ada di rumah, aku juga udah satu Minggu tinggal di sini, aku mau nanya bi," sambung Gabriel.

"Nanya apa non?" Bi Ita penasaran.

"Eumm, bibi kan udah lama banget kerja di sini, nah aku mau tahu masa lalu pak Ruslan bi, aku ingin tahu kejadian apa yang membuat pak Ruslan kayak benci gitu sama Jhonatan karena saat aku tinggal di rumah yang satunya lagi aku jarang banget liat pak Ruslan bertegur sapa sama Jhonatan bahkan bisa di bilang kayak gak pernah gitu, sebenarnya apa yang sudah terjadi bi?" Gabriel menjelaskan pertanyaan nya agar bi Ita tidak kebingungan dengan pertanyaan nya.

"Maaf non bibi gak bisa bilang kalau soal itu," jawab bi Ita.

"Yahh bi, ayolah, kenapa emangnya?" Gabriel tertunduk kecewa.

"Tapi non ini......."

"Ayok bi ceritain bi," gertak Gabriel yang sudah tidak sabar ingin tahu.

"Jadi sebenarnya, dulu tuan Ruslan menikah dengan dengan seorang janda anak satu, nah anaknya itu Jhonatan, awalnya pernikahan mereka bahagia namun setelah semakin lama rumah tangga mereka, akhirnya ketahuan lah istrinya tuan Ruslan waktu itu sangat serakah."

"Istrinya gila harta, dia selalu menghabiskan uang tuan Ruslan dengan cara foya-foya bersama teman-temannya. Tuan sering kali menegur namun dia tidak pernah menghiraukan hal itu dan saat itu usia Jhonatan baru menginjak umur 9 tahun." Jelas bi Ita.

"Terus- terus!" Gabriel sangat bersemangat ingin tahu bagaimana masa lalu pak Ruslan.

"Ya setelah tuan menalaknya ia menolak bahkan sampai terkena serangan jantung karena takut kehilangan harta jika bercerai dengan tuan Ruslan, dia meninggal dunia setelah tuan Ruslan membawanya ke rumah sakit, bibi juga nemenin ke rumah sakit waktu itu, Jhonatan nangis sejadi-jadinya karena dia tahu bahwa dia telah kehilangan ibunya untuk selamanya."

"Nah, Jhonatan itu kan anak tirinya tuan Ruslan awalnya ia berniat untuk memasukan Jhonatan ke panti asuhan saja akan tetapi ia menemukan selembar surat wasiat kurang lebih isinya seperti ini."

*Mas, maafin aku yang terlalu serakah, aku benar-benar minta maaf, aku hanya ingin kamu mengurus Jhonatan ia tidak punya siapa-siapa lagi selain ibunya dan jika ibunya telah tiada hanya kamu mas satu-satunya orang yang sangat dibutuhkan Jhonatan, maafin aku mas*

"Maka dari itu tuan Ruslan terus mengurus, membiayai, merawat Jhonatan. Setelah satu tahun kepergian ibunya Jhonatan, tuan Ruslan memutuskan untuk menikah lagi tapi dengan seorang gadis." Jelas bi Ita terjeda karena Gabriel keburu bertanya.

"Gadis itu adalah ibunya Tio bi?"

"Iya non, awal pernikahan mereka bahagia istrinya tuan juga menyayangi Jhonatan namun semuanya berubah setelah kehadiran sang buah hati mereka yaitu Tio. Jhonatan merasa kasih sayangnya terbagi, ia jadi membenci ibu tirinya karena kasih sayang tuan Ruslan berpaling pada Tio."

"Setelah Tio berumur 6 tahun Jhonatan semakin membenci ibunya karena sering kali ia di marahi karena membuat Tio sering menangis, entah apa yang di pikirkan oleh Jhonatan di saat makan malam tiba-tiba ibunya Tio batuk-batuk kemudian pingsan, bibi sama tuan segera membawanya ke rumah sakit."

"Setelah di periksa ternyata ibunya Tio keracunan dari segelas air putih yang ada racunnya, awalnya tuan Ruslan mencurigai bibi karena kan semuanya bibi yang nyiapin," jelas bi Ita.

"Terus bi, siapa pelakunya? Dan apa yang terjadi selanjutnya?" Seru Gabriel semakin tertarik mendengarkan.

"Ya setelah satu hari di rawat, ternyata racunnya cepat sekali menyebar ke seluruh tubuh akhirnya ibunya Tio menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit, setelah di lakukan penyelidikan secara pribadi oleh tuan Ruslan, ternyata pelakunya adalah Jhonatan."

"Apa Jhonatan? Bagaimana bisa di melakukan itu? Mungkin waktu itu dia baru berusia 15 tahun kan bi?" Gabriel kaget.

"Iya non, bibi juga gak percaya waktu itu masa iya anak 15 tahun berani berbuat hal seperti itu, tapi semua itu memang kenyataannya bibi lihat sendiri dari rekaman kamera CCTV , Jhonatan memasukan serbuk ke dalam gelas milik ibunya Tio sebelum mereka semua berkumpul di meja makan."

"Setelah kejadian itu, tuan Ruslan tidak tertarik untuk menikah lagi, ia trauma takut hal yang sama akan terulang kembali, walaupun banyak wanita yang ingin menjadi kekasihnya namun tuan Ruslan selalu menolak."

"Sejak saat itu tuan Ruslan jadi sangat murung bahkan ia sangat jarang sekali tersenyum, tuan Ruslan membayar baby sister untuk mengurus Tio karena tuan Ruslan jarang banget ada di rumah apalagi setelah 3 tahun yang lalu saat tuan Ruslan menyerahkan perusahaan nya pada Jhonatan."

"Bibi kurang tahu kenapa bisa tuan Ruslan mempercayai Jhonatan untuk menjadi CEO di perusahaannya, entah tuan Ruslan punya alasan tersendiri atau apa bibi gak tahu."

"Oh jadi itu sebabnya waktu aku tersedak saat makan malam pak Ruslan buru-buru bawa aku ke rumah sakit, dia takut hal yang sama akan menimpaku seperti pada istri sebelumnya," ujar Gabriel sambil mengangguk-angguk paham.

"Iya non, bibi gak tega liat tuan Ruslan waktu non ke rumah sakit bibi takut trauma kembali membungkam hatinya sedangkan dengan kehadiran non, tuan Ruslan bisa kembali membuka pintu hatinya, bibi harap ini adalah yang terbaik untuk non dan juga untuk tuan Ruslan," jelas bi Ita.

Setelah mendapatkan informasi Gabriel kembali masuk ke kamarnya, ia memikirkan nasib pak Ruslan walaupun pak Ruslan kaya, tampan dan gagah ternyata ia memiliki masa lalu yang cukup menyedihkan.

"Ternyata sosok Jhonatan itu bisa berbuat se keji itu padahal umurnya baru belasan tahun, lalu bagaimana dengan sekarang apa dia masih bisa melakukan hal yang lebih kejam dari pada itu mengingat usianya yang sudah 29 tahun apa dia ingat perbuatannya di masa lalu? Hem sudahlah aku ngapain juga mikirin dia," ujar Gabriel dalam hati.

"Apa yang harus aku lakukan ya? Rasanya aku ingin menghibur papa kapan di pulang ya?" Gabriel bertanya pada dirinya sendiri.

Ia pun pergi ke balkon kemudian ia melihat kembali kolam renang yang sangat jernih itu, saat hari sudah mulai sore Gabriel merasa ingin berenang di kolam tersebut, karena cuaca yang begitu panas.

Byur!

Gabriel berenang sendiri dengan asiknya hanya memakai pakaian dalam saja, ia menikmati air yang dingin itu sangat sejuk di badan.

"Eumm senangnya hidup jika aku memiliki rumah yang sangat indah ini, apa lagi ada kolam renangnya aku bisa berenang kapanpun aku mau, ohhh Tuhan andai saja aku punya rumah seperti ini," ujar Gabriel sambil berhenti sejenak di tepi kolam namun tiba-tiba saja.

"Jika kamu mau, rumah ini jadi milikmu."

Gabriel kaget dengan suara lelaki di belakangnya, ia segera berbalik badan dan melihat rupanya pak Ruslan yang sudah pulang.

"Papa?" Sambut Gabriel.

"Apa kamu menikmatinya?" Pak Ruslan bertanya sambil berjongkok di hadapan Gabriel yang berada di tepi kolam.

"Sangat!" jawabnya singkat dengan tawa.

"Ahh sudah lama papa tidak berenang, gerah sekali hari ini, papa juga mau ikut renang," ujar pak Ruslan sambil membuka pakaiannya.

"Papa jangan pa, aku masih di kolam nanti saja kita gantian," ucap Gabriel panik.

Pak Ruslan menatap Gabriel, mencubit lembut hidungnya seraya berkata. "Kenapa harus gantian kalau bisa berenang bersama?"

Byur!

Pak Ruslan menceburkan tubuhnya, ia berenang ke sana ke mari dengan penuh semangat.

"Papa semangat banget airnya sampai tumpah-tumpah ke pinggir kolam," ujar Gabriel.

"Tentu saja papa sangat semangat jika berenang bersama wanita yang sangat cantik ini," jawab pak Ruslan sambil memegang lembut dagu Gabriel gemas.

"Apa sih pa, papa bisa aja," balas Gabriel yang langsung membelakangi pak Ruslan karena malu.

"Wah wah wah, kesempatan nih!" Seru pak Ruslan, seketika ia memeluk Gabriel dari belakang.

"Ahh papa," ucap Gabriel kaget.

"Apa kamu tahu, papa sangat bahagia papa merasa hidup kembali setelah adanya kamu, papa ingin kamu menjadi milik papa selamanya, papa tidak peduli dengan Jhonatan cepat atau lambat Jhonatan akan segera mendapatkan karmanya," ujar pak Ruslan dalam hatinya.

"Pa? Udah meluknya?" Tanya Gabriel.

"Belum, papa belum puas memelukmu setelah seharian bekerja," jawab pak Ruslan.

"Papa pasti sangat capek ya pa," sambung Gabriel.

"Iya, tadinya papa ngerasa capeeek banget, tapi setelah papa meluk kamu rasanya energi papa kembali pulih," jawab pak Ruslan sambil mengecup bahu Gabriel dari belakang.

"Ahh geli pa," ucap Gabriel seraya melepaskan pelukan pak Ruslan.

"Papa punya ide, bagaimana kalau kita berlomba, kita berenang sampai ke ujung kolam dan balik lagi ke sini, siapa yang paling cepat ia yang menang, dan barang siapa yang kalah maka ia harus mengabulkan satu permintaan sang pemenang, gimana kamu setuju?" ajak pak Ruslan.

"Heum siapa takut, aku hitung sampai tiga dan kita berenang bareng-bareng."

1

2

3

Byur! Gejebur! Mereka berenang bersama dengan kekuatan penuh agar bisa menang lomba. Pada akhirnya pak Ruslan yang sampai duluan.

"Yes! Kamu lihat papa yang menang!" Seru pak Ruslan sangat senang.

"Heumm," Gabriel cemberut karena ia kalah.

"Lho tadi katanya siapa takut, kok pas kalah malah cemberut," goda pak Ruslan sambil mencubit lembut pipi Gabriel.

"Heumm ya udah deh, karena kita udah deal dan papa pemenangnya, sekarang kasih tahu aku apa keinginan papa?" tanya Gabriel.

"Apa ya," ujar pak Ruslan sambil menarik tubuh Gabriel ke pelukannya.

"Kamu tahu Gabriel? Apa yang papa inginkan?" Pak Ruslan bertanya dengan tatapan yang sangat dalam dengan pelukannya semakin erat.

"Apa pa?" tanya Gabriel.

"Apa kamu belum mengerti? Atau hanya pura-pura tidak mengerti, sayang," Ucap pak Ruslan dengan suara yang berat membuat Gabriel merinding.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status