Saat Gabriel terbangun ia melirik ke kanan kiri tidak ada siapapun namun saat ia melirik ke arah belakang."Selamat pagi sayang," sambut pak Ruslan yang sudah bangun duluan. Posisinya masih tiduran sambil memeluk Gabriel dari belakang karena Gabriel tidurnya miring."Papa?" Gabriel agak kaget ia tidak menyadari bahwa dirinya bermalam di kamar pak Ruslan."Apa sayang? Lagian kita gak ngapa-ngapain kok kan kamu masih haid," ujar pak Ruslan."Oh iya pak," timpal Gabriel kemudian berucap dalam hati "hadehh sukur deh, aku pikir terjadi sesuatu malam tadi.""Gabriel, mandi yuk," ajak pak Ruslan."Iya pak, papa duluan aja nanti setelah papa selesai baru aku," jawab Gabriel."Lho? Kenapa harus gantian kalau bisa barengan?" Sambung tanya pak Ruslan."Hah?" Gabriel agak kaget.Tiba-tiba saja pak Ruslan yang tadinya memeluk Gabriel kini ia angkat tubuh Gabriel seraya berdiri."Papa, kenapa gendong aku?" tanya Gabriel kaget.Pak Ruslan tidak menjawab ia hanya tersenyum sambil melangkah menuju kam
"Cepat selesaikan misi nanti gua akan kasih lo uang," ucap Jhonatan di pagi hari."Berapa bos?" Tanya anak buah suruhan Jhonatan."500 dolar, per orang," jawab Jhonatan."Ok bos, misi saya jalankan!" Balas kedua anak buah Jhonatan.Pagi itu dua orang pria pergi ke panti mereka membagikan makanan yang beratas namakan Gabriel dan pak Ruslan."Ibu, ini ada makanan untuk anak-anak panti dari Gabriel sama pak Ruslan, bagiin ke anak-anak ya bu," ucap salah satu pria."Oh ya? Ini dari Gabriel? Kenapa tidak dia saja yang dateng ke sini? Lagi pula sudah lama Gabriel tidak berkunjung," jawab ibu panti."Anu bu, Gabriel sedang sakit dan pak Ruslan juga sedang sibuk makannya kami yang mengantarkan makanannya," timpal pria itu."Lalu kalian siapanya Gabriel dan pak Ruslan?" Tanya ibu panti."Kami cuma suruhan bu," jawab pria itu."Ohh makasih kalau gitu, mau mampir dulu sama anak-anak," ajak ibu panti."Sama-sama bu, mohon maaf kami harus langsung pergi karena kami ada urusan lain," ujar anak buah
Bab 16Bu sebenarnya aku udah hampir satu bulan tinggal dengan pak Ruslan," ucap Gabriel sambil menunduk malu."apa? Pantas saja ibu sampai heran sudah lama kamu tidak mengunjungi anak-anak ke panti," balas ibu panti yang agak kaget mendengar ucapan Gabriel."iya bu, aku tahu ini gak wajar tapi mau gimana lagi bu, aku tidak mau tinggal dengan lelaki yang suka selingkuh itu," ujar Gabriel."ibu gak melarang, kalau kamu mau dengan pak Ruslan juga gak papa asal kamu sudah bercerai dulu dari Jhonatan, ibu ikut bahagia kalau kamu bahagia. Kalau kamu nyaman sama pak Ruslan gak papa sama pak Ruslan aja, ibu juga gak mau kalau kamu bertahan di dalam rumah tangga yang sudah terhianati," jelas ibu panti memberikan sebuah dukungan demi kebahagiaan Gabriel."iya bu makasih, semoga aja karena aku merasa bahwa pak Ruslan juga sangat mencintai aku bu," balas Gabriel sambil tersenyum malu.Ibu panti menepuk bahu Gabriel sambil tersenyum seraya berakata. "ikuti kata hatimu aja nak, ibu selalu berharap
Gabriel kembali melanjutkan langkahnya hingga ia tiba tepat di belakang pak Ruslan, hal itu membuat pak Ruslan kaget saat melihat Gabriel dari pantulan cermin."Sayang!" ucap pak Ruslan seraya berbalik badan."Sejak kapan kamu ada di dalam kamar papa?" tanya pak Ruslan sambil menghampiri Gabriel.Gabriel tidak menjawab ia hanya menggelengkan kepalanya seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat, tubuh pak Ruslan di penuhi dengan luka memar."papa, jujur apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa papa terluka seperti ini?" tanya Gabriel sambil menatap pak Ruslan."Gabriel, jangan marah sayang, papa bisa jelasin ini semua hanya kecelakaan," jawab pak Ruslan sambil memegang kedua bahu Gabriel."Kecelakaan gimana? Ini sangat jelas memar ini di sebabkan oleh pukulan kan pa, kenapa papa gak jujur aja? Ini udah ke 3 kalinya papa pulang dengan keadaan terluka, apa yang sebenarnya terjadi pa?" tanya Gabriel beruntun sambil menatap pak Ruslan dengan berlinangan air mata."enggak sayang, ini se
Gabriel terduduk diam sambil gemetar melihat ada berbagai jenis senapan angin yaitu pistol, ada yang kecil ada yang besar terdapat juga beberapa pisau yang sangat mengkilap pasti pisau tersebut sangatlah tajam. "Kenapa papa mengoleksi barang seperti ini? Apa sebenarnya pekerjaan papa? Setiap kali ia pulang kerja ia selalu saja terluka, pekerjaan apa yang menggunakan barang seperti ini? Apa papa seorang perampok? " gumam Gabriel dalam hati sambil menggelengkan kepala. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat, ia terduduk lemas tak berkutik, kemudian mengatur napas untuk menenangkan diri. Setelah dirinya sedikit lebih tenang, ia berdiri meraih kotak hitam yang tadi di bawa oleh pak Ruslan."Apa isi kotak ini? Apa dalamnya sama dengan isi lemari? " tanya Gabriel sambil berusaha mengambil kotak tersebut secara perlahan. Akhirnya ia berhasil mengambil kotak tersebut namun Gabriel nyeletuk "Ah sial! Kenapa harus pakai kode untuk membukanya "Kemudian terdengar suara "Gabriel,
"Jhonatan, apa kamu pikir papa ini bodoh hah? " tanya pak Ruslan seraya meletakkan tas yang ia bawa. "Iya! Kau sangat bodoh papa tirirku!" teriak Jhonatan. Pak Ruslan hanya tersenyum, kemudian ia mengeluarkan jurus jitu tersembunyi, ia menarik lengan Gabriel hingga terlepas dari dekapa Jhonatan lalu berselang 1 detik ia menendang tangan Jhonatan yang sedang memegang pistol. "Papa! " ucap Gabriel kaget saat pak Ruslan menarik nya. "Tenang, papa di sini, " ujar pak Ruslan sambil membawa Gabriel mundur agak jauh dari Jhonatan. "Argh! Sial! " celetuk Jhonatan seraya mengambil kembali pistol yang terlempar, namun saat Jhonatan bangun dari jongkoknya. Blug! Kaki pak Ruslan tepat berada di atas punggung Jhonatan sambil menodongkan sebuah senapan angin ke arah kepala Jhonatan. "Apa kamu masih bisa menyebut papa ini bodoh? " tanya pak Ruslan."Iya! Kau bodoh kau sanga bodoh! " jawab Jhonatan yang langsung berbalik badan menghadap pak Ruslan ia mengarahkan senapan angin yang ia am
"Fut! Fufut!" Teriak pak Ruslan.Fufut pun segera berlari menghampiri pak Ruslan yang berada di dalam ruangannya."Iya pak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Fufut."Tolong kumpulkan nomor handphone karyawan yang sudah di pecat oleh Jhonatan,' suruh pak Ruslan."Baik pak, saya akan segera mengumpulkan data," jawab Fufut kemudian berbalik badan untuk keluar ruangan, namun langkahnya terhenti ketika mendengar pak Ruslan memanggil."Eh Fufut!" "Iya pak, ada lagi?" Tanya Fufut seraya berbalik badan menghadap ke pak Ruslan."Nanti sore kasih tahu semua karyawan yang masih kerja, kita akan adakan meeting mengenai perusahaan yang anjlok ini jangan lupa kamu siapkan projek yang belum selesai ini," suruh pak Ruslan seraya memberikan sebuah berkas."Baik pak, akan segera saya tangani," jawab Fufut.Fufut pun keluar dari ruangan ia kembali masuk ke dalam ruangannya, ia mengumpulkan data terlebih dahulu mengenai nomor handphone para karyawan yang telah di pecat, kemudian ia beralih memberikan pen
"Ya udah si, lagian kakak sama papa kan udah pernah nganu, gak usah malu-malu, " ujar Tio. "Nganu apa sih kamu! " balas Gabriel yang langsung pergi masuk ke kamar pak Ruslan. "Tuh kan, kakak mau ke kamar papa! " teriak Tio. Pak Ruslan yang sedang duduk melihat Gabriel nampak buru-buru saat masuk ke kamar kemudian ia pun bertanya. "Kenapa buru-buru sayang? Ada apa? " "Itu pa, Tio kayaknya udah tahu kalau kita udah ngelakuin itu, " gerutu Gabriel sambil berjalan ke arah pak Ruslan. "Itu apa sih? " tanya pak Ruslan tidak paham. "Yang itu loh pa, Tio tahu kalau kita udah berhubungan intim, " jawab Gabriel agak gereget. "Ya udah gak papa lagian Tio juga dewasa," jawab pak Ruslan. "Bukan itu pa masalahnya, " sambung Gabriel. "Terus kalau bukan itu masalahnya, apa dong masalahnya? " tanya pak Ruslan dengan sedikit terkekeh. "Masalahnya, aku malu pa, kok Tio bisa tahu kalau kita udah gituan," jawab Gabriel. "Heheh kamu lupa ya? Waktu kepergok sama Tio pas kamu keluar bar