Audrey menghela napas, lalu mendongak untuk melihat lokasi keberadaannya. Dia tidak tahu di mana dia berada, tetapi tempat ini terlihat sangat terpencil. Dia bahkan tidak melihat ada sebuah mobil pun yang lewat. Tak berdaya, Audrey hanya bisa berjalan sambil menunggu sampai ada mobil yang bersedia memberinya tumpangan....Setelah Zayden menurunkan Audrey di pinggir jalan, Caleb tidak berhenti melihat jalan di belakang mobil mereka. Tempat ini sangat terpencil. Jika tidak ada yang menjemput Audrey, Audrey mungkin tidak akan bisa pulang. Dia pun berkata, “Tuan Zayden, apa Nona Audrey sendiri ....”“Apa kamu mau menemaninya?” tanya Zayden dengan dingin.Setelah mendengar jawaban Zayden, Caleb hanya bisa menutup mulutnya.Zayden membuka dokumen di tangannya, tetapi sama sekali tidak tertarik untuk membacanya. Setelah terpikirkan kembali ucapan Audrey tadi, ekspresinya pun menjadi semakin suram. Setelah beberapa saat, dia baru berkata, “Selidiki latar belakang wanita itu.”Zayden tidak sep
Setelah melamun sejenak, Zayden tersadar dan berdeham, “Kalau nggak mau aku tarik kembali kata-kataku, tutup mulutmu.”Audrey pun segera diam. Dia tidak ingin menyanjung Zayden hingga berlebihan. Sisa perjalanan mereka dilewati dalam keheningan.Setelah menemani Timothy makan malam, mereka pun kembali ke kamar masing-masing....Keesokan paginya, Zayden sudah bangun di pagi-pagi buta.Saat membuka matanya, Zayden melihat Audrey masih belum bangun dan tidur sangat nyenyak. Mungkin dia sudah terlalu lelah semalam sehingga masih tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Tubuhnya yang ramping meringkuk di satu area kecil di lantai.Zayden tiba-tiba teringat tentang data yang dibacanya kemarin. Saat memikirkan Audrey sudah harus bekerja untuk menghidupi dirinya dan ibunya yang sakit di usia belia belasan tahun, dia merasa agak bersimpati pada Audrey. Mungkin dia seharusnya tidak bersikap begitu buruk terhadap Audrey.Setelah memikirkan hal ini, Zayden pun berjalan ke arah Audrey. Dia beren
Audrey sedang bekerja. Namun, entah kenapa dia tidak bisa berkonsentrasi dan merasa sangat gelisah. Tepat pada saat dia bertanya-tanya apa yang terjadi pada dirinya, ponselnya pun berdering. Dia melirik layar ponselnya dan melihat ternyata mantan rekan kerjanya yang menelepon. Mereka berdua sudah lama tidak saling berhubungan. Audrey pun merasa agak heran kenapa mantan rekan kerjanya itu tiba-tiba menelepon, tetapi tetap mengangkatnya.“Audrey, apa kamu masih ingat kamar yang kamu suruh aku bantu bersihkan habis sif malammu waktu itu? Akhir-akhir ini, ada orang yang lagi selidiki siapa yang pernah bekerja sif malam di sekitar periode waktu itu. Apa pernah terjadi sesuatu?”Orang yang menelepon adalah Shania Leonard, orang yang menggantikan Audrey membersihkan kamar presidensial itu setelah insiden yang dialami Audrey. Hari itu, Shania menemukan sebuah jam tangan di dalam kamar itu dan menyimpannya karena tiba-tiba merasa serakah.Setelah itu, Shania mengeceknya di internet dan mengeta
Audrey sudah bisa memastikan bahwa Zayden pasti mengetahui sesuatu. Dia diam-diam bersyukur karena Shania sudah meneleponnya tadi sehingga dia memiliki waktu untuk mempersiapkan semuanya. Jika tidak, dia pasti tidak akan bisa menutupi hal ini.Audrey melirik kertas itu, lalu menjawab, “Itu bukan aku. Aku harus bekerja di pagi hari dan menemani ibuku di rumah sakit di malam hari. Mana mungkin aku punya waktu untuk kerja di hotel lagi? Memangnya aku bisa ilmu duplikat diri?”“Kalau bukan kamu, apa begitu kebetulan ada orang yang namanya sama denganmu?” tanya Zayden.“Slastin punya puluhan ribu penduduk. Apa anehnya ada orang yang namanya sama? Kalau Tuan Zayden nggak percaya, silakan selidiki informasi yang lebih mendetail mengenai orang ini,” jawab Audrey dengan acuh tak acuh.Zayden menatap Audrey sejenak, tetapi tidak menemukan hal yang aneh. Dia pun menelepon Caleb dan memberi perintah kepadanya untuk menyelidiki informasi yang lebih mendetail tentang “Audrey Conner” yang bekerja di
Setelah diinterogasi tadi, Audrey masih merasa ketakutan. Kali ini, dia beruntung bisa menutupinya. Jika kejadian yang sama terulang lagi, dia belum tentu bisa seberuntung kali ini. Dia tidak ingin terus-menerus hidup dalam ketakutan di Kediaman Moore. Berhubung masalahnya mendesak, dia harus mencari cara untuk bisa mengumpulkan cukup uang. Setelah uangnya terkumpul, dia sudah bisa membawa ibunya meninggalkan kota ini.“Aduh, Audrey. Saat ini, perputaran uang perusahaan sangat tidak lancar, Ayah juga lagi kesulitan ...,” keluh Michael begitu mendengar harus mengeluarkan uang untuk Audrey.Hanya saja, Audrey sangat memahami sifat Michael. Dia langsung menyela dengan nada dingin, “Kalau begitu, pertimbangkan saja baik-baik. Lebih menguntungkan yang mana, memberiku sejumlah uang supaya aku bisa menjalin hubungan baik dengan Keluarga Moore, atau memberikan uang itu kepada ibu dan anak itu untuk berbelanja barang mewah?”Begitu mendengar ucapan Audrey, Michael juga merasa ragu. Sejak Audre
Setelah mandi dan menenangkan diri, Audrey baru berjalan keluar dari kamar mandi. Pada saat ini, ponselnya tiba-tiba berdering. Begitu melihat yang menelepon adalah Michael, Audrey pun mengangkatnya dan bertanya, “Ada apa? Sudah transfer uangnya?”Michael menjawab dengan dingin, “Datanglah ke Kediaman Conner sekarang juga. Aku akan buka cek untukmu.”Audrey merasa agak aneh, tetapi tidak berpikir kejauhan. Mungkin saja Michael keberatan mengeluarkan uang lagi dan ingin mencuci otaknya.“Oke, aku akan ke sana sekarang juga,” jawab Audrey.Setelah menutup telepon, Audrey pun bersiap-siap. Kemudian, dia berpesan kepada seorang pelayan bahwa dia tidak akan makan malam di rumah sebelum keluar. Tidak lama kemudian, Audrey pun sampai di Kediaman Conner. Saat melihat bangunan yang familier, tetapi juga terasa asing itu, dia menarik napas dalam-dalam sebelum menekan bel.Seorang pelayan membukakan pintu dan mempersilakan Audrey masuk. Saat melihat Michael yang sedang duduk di sofa, Audrey lang
Setelah mendengar ucapan itu, Audrey pun mencibir dalam hati. Pria hari itu adalah Zayden. Apa menghabiskan waktu dengan suaminya termasuk selingkuh?“Ternyata yang kamu maksud pria itu? Dengar baik-baik, dia itu ....” Baru saja Audrey hendak membeberkan identitas Zayden, dia tiba-tiba teringat perjanjian di antara mereka.Masalah mengenai Zayden yang sudah sadar masih dirahasiakan dari dunia luar. Jika Audrey membeberkannya dan merusak rencana pria itu, konsekuensinya tidak akan terbayangkan. Setelah memikirkan hal ini, Audrey terpaksa mengurungkan niatnya.Maria yang melihat reaksi Audrey langsung memprovokasinya, “Cepat bilang! Siapa pria itu?”Audrey menjawab sambil menggertakkan giginya, “Aku nggak bisa membocorkan identitasnya, tapi dia itu anggota Keluarga Moore.”“Kalau dia itu anggota Keluarga Moore, kenapa kamu nggak bisa bilang dia itu siapa?” tanya Michael.Saat ini, Audrey merasa sangat serbasalah. Jadi, dia hanya bisa diam. Melihat Audrey yang hanya diam saja, Michael lan
Setelah memikirkan hal ini, ekspresi Zayden menjadi semakin suram. Saat ini, dia memang sudah setuju untuk membiarkan Audrey tinggal di sini. Namun, itu tidak berarti dia sudah menerima Audrey sebagai istrinya. Audrey masih belum layak untuk bersikap merajuk terhadapnya.Setelah menenangkan Timothy, Zayden segera menelepon Caleb untuk menyelidiki keberadaan Audrey saat ini.Tidak lama kemudian, Caleb melapor, “Kalau dilihat dari lokasi ponselnya, Nona Audrey masih belum keluar lagi setelah pulang ke Kediaman Conner.”Begitu mendengar Audrey kembali ke Kediaman Conner, Timothy langsung memelototi Zayden dan bertanya, “Apa kamu melakukan sesuatu yang menyakiti Audrey? Cepat bujuk dia untuk kembali!”Zayden pun mengerutkan kening dan baru hendak menjawab. Namun, Timothy sudah terlebih dahulu menggebrak meja dan mengancam, “Aku tidak peduli apa yang terjadi pada kalian. Pokoknya, Audrey itu menantuku. Kalau kamu tidak membawanya pulang, itu artinya kamu tidak menghormatiku sebagai ayahmu!”