Share

Bab 5

Setelah mendengar suara itu, Timothy langsung menatap ke arah kamar Zayden dengan terkejut. Dia bahkan kurang memercayai penglihatannya.

Audrey menoleh dan melihat Zayden berdiri dan bahkan berjalan keluar sendiri. Orang yang mengganggunya tadi adalah Zayden? Audrey pun tercengang. Dia tidak menyangka Zayden akan tersadar secepat itu.

Zayden melirik Audrey sekilas, lalu menatap Timothy yang masih memasang ekspresi tidak percaya. Kemudian, tatapannya melembut dan dia berkata, “Ayah, aku sudah sadar. Maaf sudah membuatmu khawatir selama beberapa saat ini.”

Timothy baru merasa bagaikan tersadar dari mimpi dan berlari ke arah Zayden. Setelah itu, dia mengulurkan tangannya untuk meraba-raba Zayden dengan maksud untuk memastikan Zayden benar-benar baik-baik saja. Dia berseru dengan berlinang air mata, “Syukurlah kalau kamu sudah sadar! Syukurlah!”

Zayden buru-buru menahan Timothy dan berkata, “Ayah, jangan terlalu bersemangat.”

Selesai berbicara, Zayden menatap Audrey yang terlihat kewalahan dan bertanya, “Siapa wanita ini? Kenapa dia bisa ada di kamarku?”

Selama ini, Zayden tidak pernah mengizinkan orang yang tidak berkepentingan untuk masuk ke kamarnya, apalagi wanita. Jadi, nadanya saat ini terdengar sangat dingin.

Timothy melirik Audrey, lalu tersadar bahwa dirinya sudah salah paham pada Audrey tadi. Dia pun berkata, “Ceritanya panjang. Ayo kita bicara di ruang baca. Audrey, kamu kembali saja dulu ke kamar.”

Saat mendengar nada Timothy yang sangat ramah terhadap Audrey, Zayden menatap Audrey dengan dingin. Audrey yang ditatap seperti itu oleh Zayden merasa bahwa permusuhan yang dirasakan Zayden terhadapnya sangat besar. Namun, masalahnya sudah berada di luar kendali Audrey. Jadi, dia hanya bisa menahan tatapan dingin Zayden dan buru-buru kembali ke kamar.

Setelah melihat sosok Audrey yang ramping menghilang dari pandangannya, Zayden baru mengikuti Timothy masuk ke ruang baca.

Timothy menjelaskan apa yang terjadi beberapa hari terakhir kepada Zayden secara singkat. Pada akhirnya, dia baru mengungkit soal Audrey. “Audrey itu istri yang kucarikan untukmu.”

Setelah mendengar hal ini, Zayden yang tadinya masih terlihat tenang akhirnya mengerutkan keningnya. Ketidaksukaan yang jelas juga terpancar dari matanya saat dia berkata, “Istri? Baru berapa lama aku berada dalam keadaan koma, tapi kamu sudah membawa pulang seorang wanita untukku. Aku tidak setuju pada pernikahan ini.”

Setelah mendengar ucapan Zayden, Timothy pun berdesah. Putranya itu memang sangat penyendiri dan selalu menjauhkan diri dari wanita. Jadi, tidak heran apabila dia bereaksi seperti ini.

“Aku punya alasan sendiri. Lagian, aku sudah bantu kalian mengurus surat nikahnya. Sekarang, kalian sudah jadi suami istri yang sah berdasarkan hukum,” kata Timothy.

Setelah mendengarnya, Zayden pun memicingkan matanya dan menjawab, “Kalau begitu, segera urus prosedur perceraiannya.”

Selesai berbicara, Zayden langsung bangkit dan hendak pergi mencari Audrey untuk membatalkan pernikahan terkutuk ini.

Saat melihat sikap Zayden yang bersikap begitu tegas, Timothy buru-buru mencegahnya dengan berkata, “Zayden, usiamu sudah hampir 30 tahun. Masa kamu nggak bisa memahami perasaanku? Biarpun tahu kondisimu seperti itu, Audrey tetap bersedia menikah denganmu untuk menjagamu. Dia itu gadis baik yang langka.”

Awalnya, Zayden sudah hendak pergi. Namun, saat dia menoleh dan melihat sisi rambut Timothy yang beruban, dia baru menyadari bahwa ayahnya yang dulunya begitu gagah sudah tua. Pada akhirnya, Zayden juga tidak lanjut menentang ayahnya dan berkata, “Aku setuju tidak akan bercerai untuk sementara. Tapi, aku punya satu syarat. Kalau aku sudah temukan wanita yang kusukai, kamu tidak boleh melarangku untuk bercerai.”

Zayden langsung teringat pada gadis tak berdosa yang sudah dia nodai malam itu. Gadis itu adalah wanita pertamanya, dan dia juga sudah merebut keperawanannya yang berharga. Bagaimanapun juga, dia harus bertanggung jawab.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status