Share

Sindiran Pedas Risa

Author: Yani Artan
last update Last Updated: 2022-08-23 19:35:56

Seperti biasa sore hari aku mengajak Caca bermain di depan rumah sambil menyuapinya makan. Kulihat Ibu-Ibu bergerombol membahas sesuatu yang seru.

Ada Mbak Risa-istri Mas Rangga-diantara mereka. Melihatku datang bersama anakku, wajahnya mencebik. Aku tak peduli tujuanku ingin menyapa ibu-ibu yang lain, biar mereka tak menganggapku menutup diri.

"Bu Siska, liat ini saya baru beli gelang emas baru. Modelnya limited edition," ucap Mbak Risa seraya menunjukkan gelang di tangannya yang berkilauan.

"Wow, lagi banyak rejeki ya, Mbak Risa. Bagus sekali gelangnya, jadi pingin," sahut Bu Siska seraya memegang gelang milik Mbak Risa.

"Hadiah dari Mas Rangga, Bu. Alhamdulillah dapat banyak rejeki. Buat apa ada duit kalau gak buat nyenengin istri. Mas Rangga gak bakalan ngelirik cewek lain, Bu. Dia cinta mati sama saya," ujar Mbak Risa seraya melirikku sinis.

Aku tersenyum mendengar ucapan wanita itu. Apa jadinya jika dia tahu suaminya baru saja berbagi rejeki denganku juga. Aku yakin dia bakalan menangis histeris.

"Eh, Kinan. Ngapain kamu senyum-senyum sendiri. Kamu ngetawain aku? Kamu pikir aku bohong dengan ucapanku, hah!? Ini memang hadiah dari Mas Rangga. Bilang aja kamu iri sama aku iya, 'kan?" tanya Mbak Risa berang.

Ternyata benar Mas Rangga dapat proyek besar makanya dia memberiku uang 2 juta itu.

"Jangan salah paham gitu, Mbak. Aku percaya kok. Aku justru ikut senang melihat seorang suami yang menyayangi istrinya." jawabku.

"Makanya yang becus jadi istri biar suami gak marah-marah mulu. Merawat diri aja gak bisa, masih muda tapi kusem kumel gitu," cibir Mbak Risa di depan Ibu-Ibu lainnya.

Jangan ditanya bagaimana perasaanku saat itu, malu dan sakit hati bercampur jadi satu. Untungnya ada Seseibu yang mencoba bersikap bijaksana.

"Jangan gitu, Mbak Risa. Kita gak tau bagaimana kehidupan rumah tangga orang lain jadi jangan mengambil kesimpulan dari satu sisi." ucap Bu Lita, seorang guru TK di tempat kami.

Mbak Risa mencebik mendengar perkataan Bu Lita. "Bukan begitu, Bu. Kalau kita terlihat cantik dan segar kan suami juga akan seneng liatnya. Perwatan tubuh itu penting, makanya aku juga perawatan tiap bulan di salon," ucap Mbak Risa lagi seraya melirikku.

Aku memilih tak peduli dengan ucapan Mbak Risa. Ibu-ibu juga satu persatu mulai berpamitan karena suami mereka akan segera pulang. Aku juga mengajak Caca untuk masuk ke rumah.

****

Bukannya aku tak ingin perawatan tapi selama ini aku tak punya cukup duit untuk membeli sekedar bedak dan yang lainnya. Pernah mencoba masker dari bahan dapur yang ada, bukannya cantik kulitku malah alergi bentol-bentol.

Apa aku terlihat begitu buruk sehingga Mbak Risa menyindirku seperti emak-emak anak sepuluh. Aku mulai berpikir menggunakan uang yang Mas Rangga berikan untuk membeli perawatan kecantikan.

Kubuka aplikasi orange untuk membeli pil KB kecantikan. Selama ini aku memang memakai pil KB yang murah seharga 10 ribu. Bukan hanya tubuhku menjadi kurus kering tapi jerawat dan kulit kusem tak terawat efek dari pil itu.

Aku memilih pil KB Y*smin seharga 200 ribuan. Menurut yang aku dengar, selain mencegah kehamilan, pil itu juga bisa merawat kecantikan tubuh dan kulit kita. Setelah itu aku juga membeli sepaket skincare yang aman seharga 200 ribu juga.

Kutekan tombol pesan dan memilih membayarnya di tempat begitu barang tiba. Aku memilih belanja online karena tak ada yang mengantarku untuk membeli semua itu. Selain itu aku juga takut Mas Bagas mencurigaiku jika tahu aku membeli barang-barang itu.

****

Pesanan onlineku sudah datang, aku cek kelengkapannya dan memberikan penilaian tentang produk itu. Aku mulai beralih ke pil KB yang baru dan mulai rutin melakukan perawatan wajah dan tubuh.

Mas Bagas tak pernah peduli tentang apa yang kupakai, bertanya pun tidak. Baginya aku tak pernah meminta tambahan uang belanja, berarti uang pemberiannya sudah lebih dari cukup.

Setiap saat setiap waktu Mas Rangga selalu berkirim pesan padaku. Aku jadi merasa nyaman dan dekat dengannya. Dia selalu berkirim kabar tentang apa saja aktifitasnya, memberiku perhatian lebih dan juga mengobrol dengan Caca meskipun hanya video call.

Seringkali Mas Rangga mengirimiku makanan atau lauk matang yang dipesannya lewat aplikasi online. Kadang juga memberikan kado mainan untuk anakku Caca.

Mbak Indah menghampiriku yang sedang bermain dengan Caca di depan televisi. Mungkin dia ingin membicarakan soal perjalanan wisata besok pagi yang diadakan PKK di kampung kami.

"Kinan, gimana Bagas besok jadi ikut?" tanya Mbak Indah kepadaku.

"Mas Bagas gak ikut, Mbak. Cuma aku sama Caca saja yang ikut," sahutku.

"Oh yasudah, Gak apa-apa. Nanti di sana sama aku saja. Ada Mas Yudha dan Nada yang bakal nemanin Caca," ucap Mbak Indah.

****

Pagi sebelum berangkat ke tempat wisata, aku memasak makanan untuk suamiku dan bekal buatku dan Caca.

Hari ini hari minggu jadi Mas Bagas libur kerjanya. Aku kerepotan antara masak, beberes dan menenangkan Caca yang rewel.

"Mas, bangun dong. Bantuin gendong Caca, keburu siang ini," ucapku seraya menggoncang tubuh suamiku.

"Aku ngantuk, Dek. Gangguin orang tidur aja!" serunya padaku.

Aku takut terlambat karena semua orang harus sudah berkumpul sebelum jam 7 pagi.

"Mas, nanti aku ketinggalan bis. Masakanku belum matang ini," seruku memohon kepadanya.

Bukannya bangun, Mas Bagas malah melemparkan bantal ke wajahku.

"Bodo amat," cibirnya.

Sakit banget hati ini dengan perlakuannya. Bukannya membantu istri yang kerepotan malah selalu mematahkan semangatku.

Lalu kuputuskan memasak lauk seadanya tanpa membuat sayur. Biasanya suamiku itu selalu protes jika tak ada sayur. Tapi kali ini aku gak peduli lagi.

Kumandikan Caca dan memakaikan baju kepadanya. Setelah itu kutaruh dia di karpet dan aku menyiapkan diriku sendiri. Kubawa barang sedikit saja untuk keperluan anakku. Dan aku membawa bekal untuk makan kami berdua.

Kugendong putri semata wayangku itu. Kuambil tas yang akan kubawa. Aku pergi tanpa pamit pada Mas Bagas. Rasa jengkel dan amarah masih memenuhi hatiku. Tak habis pikir dengannya, bagaimana mungkin dia bisa tidur nyenyak sedangkan istrinya akan bepergian, berniat mengantarkan pun tidak.

Aku berniat menghampiri Mbak Indah untuk berangkat bersama. Ketika keluar dari rumah, aku berpapasan dengan Mas Rangga dan Mbak Risa serta Dika, anak mereka. Mereka akan bersiap untuk berkumpul di jalan depan di mana bis berada.

Mbak Risa melengos melihatku. Mas Rangga tersenyum dan menyapaku. "Kinan, Bagas gak ikut?"

*******************************

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nurhayati Hakim
๐Ÿฅฒ๐Ÿฅฒ๐Ÿฅฒ sedih banget
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkanย ย ย Ending

    "Yaelah ... kayak cewek aja sih pake curhat-curhatan segala!" cibir Rangga."Emang cewe doang yang butuh didengar, aku juga dong," sahut Dewa.Lia datang membawa teh hangat dan cemilan untuk Lala dan Dewa. Gadis itu lalu mempersilakan tamunya untuk mencicipinya."Silakan, seadanya saja ...."ucap Lia.Dewa memperhatikan adik Rangga itu, matanya tak berkedip melihat Lia yang polos namun tetep terlihat kecantikannya."Rangga, itu adik kamu bukan?" tanya Dewa berbisik."Iya, kenapa emang?" tanya Rangga balik."Kayaknya aku bakalan sering main ke rumah ibumu nanti deh, Ga." celetuk Dewa."Eh, gak ada ya, jangan coba-coba deketin adikku atau kamu akan berurusan sama kakaknya," balas Rangga seraya menunjuk dirinya."Yeay ... emang kamu gak mau punya ipar ganteng dan mapan kayak aku, Ga?" komentar Dewa."Udah deh, jangan becanda," jawab Rangga.Lia lalu pamit ke depan menemani Andika yang sedang bermain di luar, Dewa minta ijin Rangga untuk sekedar mengobrol bersama Lia di depan.Tinggal Lala

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkanย ย ย Hadiah Istimewa

    Kinan membuka map itu dan melihat apa isi di dalamnya. Ternyata di dalam map itu ada sertifikat rumah atas nama Kinan. Diam-diam Bu Niken dan suaminya telah membeli rumah Bu Nilam dan mengalihkan namanya atas nama Kinan.Kinan menyeka sudut matanya yang basah, rasa haru menyeruak di dada."Bu, Pak ... saya gak tahu harus bagaimana lagi untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada kalian. Begitu banyak yang sudah kalian berikan untukku," ucap Kinan dengan mata berkaca-kaca."Tak perlu begitu, Kinan. Kami juga orangtuamu jadi wajar kan kalau kami ingin memberikan sesuatu kepada putri kami," ucap Bu Niken dengan senyum lembutnya.Kinan lantas memeluk wanita yang telah melahirkan suaminya itu dengan perasaan bahagia. Bu Niken membalas pelukan menantunya dengan erat.Kinan lantas memeluk wanita yang telah melahirkan suaminya itu dengan perasaan bahagia. Bu Niken membalas pelukan menantunya dengan erat."Cukup dampingi Radit dan jadikan dia raja di hatimu, maka dia akan memperlakukan

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkanย ย ย Hadiah dari Mertua

    "Bagaimana mungkin, Mas? Andika belum punya kekuatan hukum karena dia anak di bawah umur. Lalu bagaimana kalau aku menikah dengan Dion nanti, sementara dia tak ingin tinggal bareng ibuku?" tanya Risa tak terima.Bu Lina dan Lia menggelengkan kepala tak percaya dengan penuturan Risa. Sementara Bu Yuni menatap tajam putrinya."Apa kamu bilang? Dan kamu lebih memilih Dion daripada Ibumu sendiri, hah?!" tanya Bu Yuni dengan mendelikkan matanya."Sudahlah, Bu. Aku tak mau nantinya Dion seperti Mas Rangga, pergi meninggalkanku karena sikap Ibu," jawab Risa datar."Hei, ibu bahkan belum tahu bagaimana dan siapa Dion, apa pekerjaannya, sudah mapankah dia hingga berani menikahi putriku?" seru Bu Yuni."Tak penting, Bu. Yang penting anak dalam kandunganku memiliki seorang ayah," jawab Risa kekeh.Bu Lina dan Lia merasa heran dengan perdebatan anak dan ibu itu. Sebegitu tak berharganya kah seorang Rangga di mata mereka hingga di depannya mereka berdebat tentang seorang laki-laki lain tanpa ada r

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkanย ย ย Kedatangan Bu Yuni

    "Loh, sayang banget, Mbak. Apa karena sedang hamil ya jadi gitu? Tapi beneran loh, Mbak ... mumpung ada gratisan, uenak pula," Bu Abdul kembali menawari Risa."Saya kan udah bilang gak berselera, Bu!" ucap Risa dengan wajah ditekuk.Karena merasa tak tahan saat melihat semua orang mengucapkan selamat kepada Kinan dan Radit, apalagi melihat Kinan yang selalu tersenyum bahagia membuat Risa pergi dari tempat itu dengan rasa dongkol.Ini merupakan kejutan buat Risa. Di saat dia mengira Kinan akan menderita karena gagal menikah, justru Kinan kini bahahia dengan sebuah kejutan istimewa.****Risa pulang ke rumah dengan rasa panas di hati. Ketika sampai, dia melihat ibunya-Bu Yuni- sudah duduk di ruang tamu bersama Bu Lina dan Lia "Oh, sudah sampai, Bu. Kirain besok mau ke sininya," ucap Risa kepada ibunya."Iyalah, setelah mendengar ceritamu waktu kamu telepon kemarin hati Ibu langsung panas aja," jawab Bu Yuni.Setelah itu dia beralih menatap Bu Lina dan bertanya kepadanya."Jadi selama i

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkanย ย ย Akhirnya Sah

    Radit duduk di samping Ayahnya. Pak Penghulu mengambil tempat di depan Radit bersama wakilnya.Paklik dari Radit kemudian memberi sambutan untuk tamu yang sudah hadir. Setelah mengucapkan salam dan basa-basi kecil, dia mengungkapkan tujuannya datang ke rumah Kinan bersama keluarga."Saya rasa Bapak/Ibu sekalian tahu apa maksud kami datang ke sini ya ... karena ada Pak Penghulu bersama kami. Benar kami ingin menikahkan putra kami Radit Mahesa bersama Kinan Wulandari yang tempo hari sempat tertunda karena suatu hal." tutur Paklik Radit.Suasana kembali riuh saat Paklik dari Radit memperjelas maksud dan tujuannya."Dan untuk mempersingkat waktu, kami ingin segera memulai acara akadnya, silakan, Pak bisa dimulai ...." Paklil Radit mempersilakan.Kinan yang ada di dalam akhirnya disuruh keluar oleh adiknya, Dinda."Mbak, udah ditungguin, cepetan keluar," ucap Dinda."Eh, bentar Mbak. Ganti baju, gih. Ini ada kebaya cantik dan kerudungnya," ucap MuA itu bergegas."Bu Niken dan keluarganya

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkanย ย ย Acara di Rumah Kinan

    Hari itu Bu Rina meminta bantuan Ranti dan Dinda serta beberapa tetangga lainnya. Pak Abdul dan istrinya juga secara khusus diminta bantuannya.Sementara ada orang suruhan Bu Niken yang membantu Kinan agar tampak lebih cantik."Kenapa aku mesti dirias seperti ini, Mbak?" tanya Kinan heran."Ini atas perintah Bu Niken. Dia ingin mengunjungimu dan dia tak ingin melihatmu pucat seperti ini." ucap perempuan itu.Kinan pun akhirnya menurut dan membiarkan dirinya dirias oleh orang suruhan Bu Niken."Aku juga bawain baju yang cantik buat Mbak Kinan. Setelah ini Mbak ganti baju juga ya," ucap perempuan itu.Kinan mengangguk kecil, sebenarnya dia ingin menolak untuk berhias apalagi jika dia mengingat Radit masih terbaring lemah. Tapi karena semua atas permintaan Bu Niken, maka Kinan tak dapat menolaknya.Sementara Bu Rina dengan wajah sumringah, membersihkan rumahnya dengan bantuan Ranti, seolah akan ada acara di rumahnya. Dinda lebih memilih untuk menjaga Caca."Bu, ini bunga pesanan Ibu, say

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status