Share

Menemui Rangga

Penulis: Yani Artan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-23 19:30:41

"Dek, dari tadi kamu bantah aku terus ya. Apa susahnya sih nurutin yang aku minta!" serunya.

"Aku gak bisa, Mas. Aku capek selalu menurutimu. Aku lelah ...." aku berkata dengan air mata yang tak dapat dibendung lagi.

Mas Bagas menarik kursi kasar dan duduk di depan meja makan. Dia makan dengan lahap makanan yang telah aku sediakan tadi. Tak dihiraukannya aku yang menangis karena ulahnya.

"Ya Allah .... berikan aku kesabaran menghadapi manusia sepertinya," batinku.

****

Jam 9 kurang Mas Rangga menghubungiku. Suamiku sudah berangkat kerja dari jam 8 tadi. Caca sudah makan dan minum asi. Ibu mertuaku sudah mengambilnya dan dibawa ke rumahnya.

Kuangkat teleponnya dan Mas Rangga berkata bahwa dia sudah menungguku di depan supermarket Indoapril yang ada di ujung gang.

Kuganti daster lusuhku dengan celana jeans dan kaos oblong lengan panjang. Setelah itu aku memakai masker.

Aku berjalan menuju supermarket itu. Perasaan ragu menghantuiku, takut jika ada seseorang memergokiku.

Akhirnya aku tiba di depan supermarket dan kulihat ada Mas Rangga yang menungguku di atas sepede motornya. Aku mendekat ke arahnya.

"Kinan, ayo naik," ucap Mas Bagas.

"Aku gak bisa, Mas. Lebih baik kamu pergi dan jangan menghubungiku lagi," ucapku padanya.

"Aku cuma mau ngobrol sebentar saja, pliss. Ayo keburu ada tetangga yang liat kita," sahutnya.

"Kita mau ke mana, Mas?" tanyaku.

"Nanti kamu akan tahu sendiri. Yang penting sekarang kamu segera naik agar tak membuang waktu lama." sahutnya.

Aku menuruti perkataan Mas Rangga. Aku naik di sepeda motornya. Mas Rangga mulai melajukan motornya.

Kami berhenti di sebuah rumah makan yang bergaya pedesaan. Suasana di sekitar dibuat sejuk dengan banyak tanaman. Mas Rangga mengajakku duduk di salah satu gazebo.

Mas Rangga memesan makanan untuk kami berdua. Setelah itu dia duduk di depanku. Lelaki itu menatapku dengan senyum di wajahnya, membuatku salah tingkah.

"Akhirnya bisa ngobrol berdua dengan kamu, Kinan." ucap Mas Rangga memulai pembicaraan.

"Iya, Mas. Tapi aku masih takut," sahutku.

"Tenang aja gak ada yang lihat kita di sini. Nasi pecel di sini enak loh. Kamu belum sarapan, 'kan?" tanyanya padaku.

"Belum sempat sih," jawabku.

Pesanan kami sudah datang. Nasi dengan bumbu pecel lauk daging empal dan sayuran, ada peyek sebagai pelengkapnya. Rasanya memang sangat enak sekali berbeda dengan nasi pecel di kampung kami. Untuk beberapa saat kami fokus dengan makanan kami masing-masing.

"Kinan, kenapa gak ngajak Caca, apa nanti dia tak mencarimu?" tanya Mas Rangga.

"Caca sedang bersama Ibu Mertuaku, Mas. Makanya aku gak bisa lama-lama takut Caca nanti nangis cari aku," ucapku menjelaskan.

"Kinan, seperti yang aku bilang sebelumnya. Dari pertama kali aku melihatmu, aku sudah tertarik padamu. Saat itu kamu baru pindah ke sini ikut suamimu." Mas Rangga menjelaskan tentang perasaannya padaku.

"Tapi ini salah, Mas. Kita sudah sama-sama punya pasangan. Gak seharusnya berbagi hati dengan orang lain," jawabku.

Mas Rangga menarik nafas panjang seolah sedang mengeluarkan beban berat yang ditanggungnya.

"Lalu kenapa kamu mau menemuiku, Kinan? Aku yakin hati kecilmu juga memikirkan aku. Kita hampir sama. Mau atau tidak kamu mengakuinya, kenyataannya kita sama-sama kesepian." Mas Rangga berkata tanpa melepaskan pandangan matanya kepadaku.

Aku memikirkan ucapan pria itu. Memang aku merasa kesepian, bahkan di tengah keramaian sekali pun. Aku merasa sendiri dan hampa. Beruntung aku masih punya Caca bersamaku, obat dari segala gundah gulana.

"Kita bisa berteman dan saling mengisi. Kamu bisa percaya padaku, Kinan. Aku akan berusaha menjadi teman terbaikmu, dan siap menjadi lebih jika kamu mau," Mas Rangga berkata dengan serius.

Aku terdiam tak dapat berkata-kata. Selama ini pria di depanku itu memang selalu mengejarku. Tepatnya hampir 2 tahun aku di sini, dia selalu menunjukkan sikap yang berlebihan padaku. Tapi tak pernah sekali pun aku menggubrisnya, aku pikir itu hanya keisengannya.

Kami berdua telah selesei makan. Mas Rangga juga akan segera berangkat ke tempat kerjanya.

"Aku senang banget bisa berdua sama kamu meskipun sekedar ngobrol, Kinan. Karena hari sudah siang, aku anterin kamu pulang ya." ucap Mas Rangga.

"Iya, Mas. Anterin aku di depan supermarket seperti tadi." jawabku.

Pria itu lalu membuka dompetnya. Diambilnya beberapa lembar uang berwarna merah lalu memberikannya padaku.

"Ini sekedar buat jajanmu," ucap Mas Rangga seraya menggenggamkan uang itu di tanganku.

Aku merasa uang yang diberikan Mas Rangga cukup banyak. Terasa tebal saat ada di genggaman tanganku.

"Maaf, Mas. Aku gak bisa menerima ini." Aku berkata seraya mengembalikan uang itu di tangannya.

"Ambillah, Kinan. Kebetulan aku sedang ada rejeki lebih. Ada proyek masuk yang jumlahnya lumayan," ucapnya dengan wajah memohon.

Lelaki itu memaksaku untuk menerima kembali uang itu. Dia bersikeras tak mau menerimanya lagi saat aku kembalikan. Aku merasa tak enak dengan orang sekitar yang melihat perdebatan kami.

"Aku ikhlas berbagi rejeki denganmu. Kau bisa gunakan uang itu untuk membeli keperluanmu atau jajan bersama Caca." ujarnya lagi.

Mas Rangga mengantarkanku kembali. Setelah itu dia berpamitan untuk langsung ke tempat kerjanya. Di usahanya yang baru merintis, dia lah Bosnya karena itu dia bebas keluar masuk jam berapa saja.

Aku berjalan ke rumah Ibu Mertuaku untuk menjemput Caca. Ternyata anakku anteng bermain bersama dengan Neneknya.

Ibu mertua tersenyum melihat kedatanganku. Dia menawariku untuk sarapan di rumahnya.

"Kinan, kamu sudah sarapan? Itu Ibu masak telur balado, kamu makan gih," ucap Ibu Mertua.

"Sudah, Bu. Apa Caca tadi rewel?" tanyaku pada Ibu dari suamiku itu.

"Nggak, Caca pinter kok, seneng main sama Nenek ya, Sayang" sahut mertuaku seraya memeluk anakku dengan penuh kasih sayang.

Aku bisa bernafas lega. Setidaknya anakku itu tidak rewel. Tadinya aku buru-buru takut Caca nangis.

Bersyukur sekali mempunyai ibu mertua yang sangat sayang pada cucunya. Dia juga tak pernah ikut campur masalah rumah tanggaku.

****

Setelah dari rumah mertuaku, kubaringkan Caca diatas tempat tidur. Anakku tertidur karena lelah bermain. Aku teringat uang pemberian Mas Rangga tadi.

Kuambil uang dari saku dan menghitung jumlahnya. Aku terhenyak, jumlahnya ada 2 juta. Takut salah hitung, aku coba mengulanginya lagi dan memang benar uang itu berjumlah 2 juta rupiah.

Kenapa Mas Rangga memberiku uang sebanyak ini. Benarkah dia cuma ingin berbagi rejeki seperti yang dia bilang tadi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Henny Suryani
duuuh kinan harusx jgn mw lah ktemuan ama rangga,itu namax kinan memberi peluang adax prslngkhan,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Ending

    "Yaelah ... kayak cewek aja sih pake curhat-curhatan segala!" cibir Rangga."Emang cewe doang yang butuh didengar, aku juga dong," sahut Dewa.Lia datang membawa teh hangat dan cemilan untuk Lala dan Dewa. Gadis itu lalu mempersilakan tamunya untuk mencicipinya."Silakan, seadanya saja ...."ucap Lia.Dewa memperhatikan adik Rangga itu, matanya tak berkedip melihat Lia yang polos namun tetep terlihat kecantikannya."Rangga, itu adik kamu bukan?" tanya Dewa berbisik."Iya, kenapa emang?" tanya Rangga balik."Kayaknya aku bakalan sering main ke rumah ibumu nanti deh, Ga." celetuk Dewa."Eh, gak ada ya, jangan coba-coba deketin adikku atau kamu akan berurusan sama kakaknya," balas Rangga seraya menunjuk dirinya."Yeay ... emang kamu gak mau punya ipar ganteng dan mapan kayak aku, Ga?" komentar Dewa."Udah deh, jangan becanda," jawab Rangga.Lia lalu pamit ke depan menemani Andika yang sedang bermain di luar, Dewa minta ijin Rangga untuk sekedar mengobrol bersama Lia di depan.Tinggal Lala

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Hadiah Istimewa

    Kinan membuka map itu dan melihat apa isi di dalamnya. Ternyata di dalam map itu ada sertifikat rumah atas nama Kinan. Diam-diam Bu Niken dan suaminya telah membeli rumah Bu Nilam dan mengalihkan namanya atas nama Kinan.Kinan menyeka sudut matanya yang basah, rasa haru menyeruak di dada."Bu, Pak ... saya gak tahu harus bagaimana lagi untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada kalian. Begitu banyak yang sudah kalian berikan untukku," ucap Kinan dengan mata berkaca-kaca."Tak perlu begitu, Kinan. Kami juga orangtuamu jadi wajar kan kalau kami ingin memberikan sesuatu kepada putri kami," ucap Bu Niken dengan senyum lembutnya.Kinan lantas memeluk wanita yang telah melahirkan suaminya itu dengan perasaan bahagia. Bu Niken membalas pelukan menantunya dengan erat.Kinan lantas memeluk wanita yang telah melahirkan suaminya itu dengan perasaan bahagia. Bu Niken membalas pelukan menantunya dengan erat."Cukup dampingi Radit dan jadikan dia raja di hatimu, maka dia akan memperlakukan

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Hadiah dari Mertua

    "Bagaimana mungkin, Mas? Andika belum punya kekuatan hukum karena dia anak di bawah umur. Lalu bagaimana kalau aku menikah dengan Dion nanti, sementara dia tak ingin tinggal bareng ibuku?" tanya Risa tak terima.Bu Lina dan Lia menggelengkan kepala tak percaya dengan penuturan Risa. Sementara Bu Yuni menatap tajam putrinya."Apa kamu bilang? Dan kamu lebih memilih Dion daripada Ibumu sendiri, hah?!" tanya Bu Yuni dengan mendelikkan matanya."Sudahlah, Bu. Aku tak mau nantinya Dion seperti Mas Rangga, pergi meninggalkanku karena sikap Ibu," jawab Risa datar."Hei, ibu bahkan belum tahu bagaimana dan siapa Dion, apa pekerjaannya, sudah mapankah dia hingga berani menikahi putriku?" seru Bu Yuni."Tak penting, Bu. Yang penting anak dalam kandunganku memiliki seorang ayah," jawab Risa kekeh.Bu Lina dan Lia merasa heran dengan perdebatan anak dan ibu itu. Sebegitu tak berharganya kah seorang Rangga di mata mereka hingga di depannya mereka berdebat tentang seorang laki-laki lain tanpa ada r

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Kedatangan Bu Yuni

    "Loh, sayang banget, Mbak. Apa karena sedang hamil ya jadi gitu? Tapi beneran loh, Mbak ... mumpung ada gratisan, uenak pula," Bu Abdul kembali menawari Risa."Saya kan udah bilang gak berselera, Bu!" ucap Risa dengan wajah ditekuk.Karena merasa tak tahan saat melihat semua orang mengucapkan selamat kepada Kinan dan Radit, apalagi melihat Kinan yang selalu tersenyum bahagia membuat Risa pergi dari tempat itu dengan rasa dongkol.Ini merupakan kejutan buat Risa. Di saat dia mengira Kinan akan menderita karena gagal menikah, justru Kinan kini bahahia dengan sebuah kejutan istimewa.****Risa pulang ke rumah dengan rasa panas di hati. Ketika sampai, dia melihat ibunya-Bu Yuni- sudah duduk di ruang tamu bersama Bu Lina dan Lia "Oh, sudah sampai, Bu. Kirain besok mau ke sininya," ucap Risa kepada ibunya."Iyalah, setelah mendengar ceritamu waktu kamu telepon kemarin hati Ibu langsung panas aja," jawab Bu Yuni.Setelah itu dia beralih menatap Bu Lina dan bertanya kepadanya."Jadi selama i

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Akhirnya Sah

    Radit duduk di samping Ayahnya. Pak Penghulu mengambil tempat di depan Radit bersama wakilnya.Paklik dari Radit kemudian memberi sambutan untuk tamu yang sudah hadir. Setelah mengucapkan salam dan basa-basi kecil, dia mengungkapkan tujuannya datang ke rumah Kinan bersama keluarga."Saya rasa Bapak/Ibu sekalian tahu apa maksud kami datang ke sini ya ... karena ada Pak Penghulu bersama kami. Benar kami ingin menikahkan putra kami Radit Mahesa bersama Kinan Wulandari yang tempo hari sempat tertunda karena suatu hal." tutur Paklik Radit.Suasana kembali riuh saat Paklik dari Radit memperjelas maksud dan tujuannya."Dan untuk mempersingkat waktu, kami ingin segera memulai acara akadnya, silakan, Pak bisa dimulai ...." Paklil Radit mempersilakan.Kinan yang ada di dalam akhirnya disuruh keluar oleh adiknya, Dinda."Mbak, udah ditungguin, cepetan keluar," ucap Dinda."Eh, bentar Mbak. Ganti baju, gih. Ini ada kebaya cantik dan kerudungnya," ucap MuA itu bergegas."Bu Niken dan keluarganya

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Acara di Rumah Kinan

    Hari itu Bu Rina meminta bantuan Ranti dan Dinda serta beberapa tetangga lainnya. Pak Abdul dan istrinya juga secara khusus diminta bantuannya.Sementara ada orang suruhan Bu Niken yang membantu Kinan agar tampak lebih cantik."Kenapa aku mesti dirias seperti ini, Mbak?" tanya Kinan heran."Ini atas perintah Bu Niken. Dia ingin mengunjungimu dan dia tak ingin melihatmu pucat seperti ini." ucap perempuan itu.Kinan pun akhirnya menurut dan membiarkan dirinya dirias oleh orang suruhan Bu Niken."Aku juga bawain baju yang cantik buat Mbak Kinan. Setelah ini Mbak ganti baju juga ya," ucap perempuan itu.Kinan mengangguk kecil, sebenarnya dia ingin menolak untuk berhias apalagi jika dia mengingat Radit masih terbaring lemah. Tapi karena semua atas permintaan Bu Niken, maka Kinan tak dapat menolaknya.Sementara Bu Rina dengan wajah sumringah, membersihkan rumahnya dengan bantuan Ranti, seolah akan ada acara di rumahnya. Dinda lebih memilih untuk menjaga Caca."Bu, ini bunga pesanan Ibu, say

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status