Share

Bab 10

Author: Felix Harrington
Di seberang sana, Peter terdiam sejenak, lalu langsung mengamuk seperti orang gila. "Berengsek! Kenapa kamu ada di rumahku?"

"Kak Ivy mabuk, jadi aku antar dia pulang," jawab Ryan dengan tenang.

"Aku nggak peduli apa pun alasanmu ...." Suara Peter penuh amarah, seperti kehilangan akal sehat. "Sekarang juga kamu keluar dari rumah kami atau aku lapor polisi!"

"Kamu ini sakit jiwa ya?" Ryan menimpali dengan dingin, "Kalau nggak ada urusan penting, jangan telepon lagi. Kak Ivy mabuk, biar dia istirahat. Aku sudah aktifkan mode senyap."

Ryan malas berdebat, langsung menutup telepon.

Peter marah sampai hampir meledak. Matanya merah penuh urat darah, bahkan hampir pingsan karena emosi.

....

Keesokan harinya.

Tok, tok, tok! Suara ketukan keras membangunkan Ryan dari tidurnya.

"Siapa?" Dari luar terdengar suara seorang wanita tua. "Sewa rumahmu sudah jatuh tempo, segera bayar!"

"Aku tahu, nanti aku ke bawah cari kamu." Ryan asal menjawab.

"Cepat! Jangan tidur melulu, sudah siang begini. Dasar nggak berguna, pantas saja pacarmu kabur sama cowok lain!" gerutu si wanita tua sambil turun tangga.

Ryan membuka mata dengan lesu, ternyata sudah siang. "Gawat, telat masuk kerja!"

Dia buru-buru bangun dan ingin memakai baju, tetapi kemudian gerakannya terhenti. Dia pun mentertawakan dirinya sendiri.

'Aku sudah mau resign, ngapain ke kantor lagi?' Ryan membuka gorden, cahaya matahari yang menyilaukan masuk. Kepala terasa berputar karena efek alkohol semalam.

Menatap rumah bobrok di depan, dia teringat kembali pesta semalam dengan gemerlap, penuh anggur dan musik. Semua terasa seperti mimpi, begitu jauh dari kenyataan.

Ryan merogoh saku, hanya ada 1 juta yang tersisa. Bulan ini jelas tidak cukup untuk bayar sewa.

Saat itu, Ryan sempat menyesal. Kenapa semalam dia tidak menerima tawaran para kakak? Kalau dia mau, dia bisa dengan mudah mendapat posisi yang membuat hidupnya melesat naik.

Namun detik berikutnya, dia menampar wajahnya sendiri.

'Ryan, bukankah kamu selalu punya mimpi? Kalau godaan segini saja nggak bisa ditolak, apa pantas kamu bicara soal cita-cita? Sekarang kamu memang miskin, tapi akan ada waktunya semua orang tunduk padamu!'

Dengan semangat baru, Ryan berdiri, minum segelas air, lalu membuka ponsel.

Saat itu, dia melihat status terbaru mantan pacarnya. Alisha resmi diterima menjadi staf divisi administrasi EPS Group. Di fotonya, Alisha memakai kartu ID, berpose manis di meja kerja yang bersih. Di bawah foto itu terlihat sebuah teks.

[ Alisha, semua usahamu akhirnya terbayar. Kamu layak mendapat semua ini. Terus berusaha ya! ]

Teman-teman kuliah ramai memberi like. Beberapa pria bahkan meninggalkan komentar penuh pujian.

[ Alisha, kamu sudah diangkat jadi pegawai tetap EPS ya? Keren banget! ]

[ Alisha, meja kerjamu cakep banget. Kantormu benaran bagus, iri deh! ]

[ Sekarang Kak Alisha sudah jadi orang sibuk nih. Mau ajak ketemu kayaknya harus bikin janji dulu ya? ]

Alisha pun membalas.

[ Terima kasih atas ucapan selamatnya. Kalau ada waktu, ayo kita kumpul. Aku yang traktir! ]

Setiap kata Alisha penuh kebanggaan dan rasa pamer.

Ryan hanya bisa tersenyum getir, lalu menutup aplikasi itu. Namun, dia menemukan satu pesan panjang yang belum terbaca. Dari Alisha.

[ Ryan, terima kasih karena sudah melepaskanku dan memberiku kesempatan. Kalau bukan karena itu, aku nggak akan jadi aku yang sekarang. Aku beruntung sudah naik kapal dengan sukses. Aku juga mau kasih kamu saran. ]

[ Jangan terlalu ngotot mengejar karier di EPS. Posisi di sana terbatas, kamu nggak mungkin dapat. Lebih baik hemat tenaga, cari jalan lain saja. Anggap ini nasihat terakhirku. Mulai sekarang, kita nggak akan ada hubungan apa pun lagi. Jadi, selamat tinggal! ]

Setiap kalimatnya penuh dengan nada meremehkan dan penghinaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 160

    "Benar, sihir!" Ryan menurunkan suaranya. "Sihir Harry Potter! Wuu, wuu, wuu!""Enyah sana!""Siap!"Ryan pun kembali ke kamar dengan riang, bersiap mematikan ponsel dan tidur. Namun, tiba-tiba muncul satu pesan dari nomor tak dikenal.Pesannya singkat saja, hanya satu kalimat.[ Ryan, aku ingin bicara denganmu. ]Ryan tertegun. Orang ini bisa langsung memanggil namanya, berarti pasti seseorang yang dia kenal. Siapa ya?Dia membalas.[ Kamu siapa? ]Beberapa saat kemudian, balasan masuk.[ Saskia. ]....Malam berikutnya, di Bar Starry.Bar ini merupakan salah satu bisnis milik keluarga Kenny. Malam itu, Kenny mengundang Ryan untuk bersenang-senang di bar milik keluarganya, menjanjikan akan memberinya "kenikmatan kelas raja".Sebenarnya Ryan sempat menolak, tetapi karena tak enak hati, akhirnya dia tetap datang.Bar Starry punya suasana yang romantis. Di lantai satu, bartender cantik sibuk membuat berbagai koktail sambil memainkan atraksi api yang berwarna-warni. Orang-orang duduk di m

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 159

    Zio tertegun sejenak.Detik berikutnya, Ryan berkata, "Eh, aku baru ingat. Kamu 'kan nggak sudi makan di kantin. Ya sudah, nggak usah ikut."Lucya langsung mengerutkan kening. "Ryan!" Dia tidak ingin klien melihat keributan internal di divisinya.Di luar dugaan, Tania justru tertawa karena gaya Ryan yang sedikit usil itu.Zio berkata, "Ryan, cuma makan bareng klien saja, nggak perlu sombong begitu. Nanti juga kamu bakal kena batunya."Ryan tertawa lebar. "Oke, aku tunggu ya! Oh ya, ngomong-ngomong soal makan, tadi kamu bilang mau traktir semua orang, 'kan? Jangan bohong lho! Aku sudah kosongin perut dari siang, nanti malam harus makan dari traktiranmu! Hahaha!"Ryan berjalan keluar dari kantor dengan wajah ceria.Tania tersenyum geli dan berkata dengan nada lembut, "Kamu ini cerewet juga ternyata.""Padahal aslinya aku polos lho," sahut Ryan. "Dia yang sering cari masalah sama aku.""Hahaha!" Tania tertawa lagi. Entah kenapa setiap kali melihat Ryan, dia selalu merasa lucu. Ini seperti

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 158

    "Karena Bu Tania sudah memercayaiku, aku juga ingin memberi janji. Selama masa kerja sama, kalau ada masalah yang disebabkan oleh kesalahan pihak EPS, aku akan segera turun tangan secara langsung untuk menyelesaikannya.""Selain itu, kalau selama proses kerja sama ada hal yang membuat Bu Tania kurang nyaman, silakan langsung menghubungiku. Aku akan segera mengoordinasikan dan menyelesaikannya.""Semua yang kulakukan ini hanya demi satu tujuan. Sentosa Media sudah memberikan kepercayaan pada EPS, maka kami juga harus layak mendapatkan kepercayaan itu dan memastikan Sentosa Media nggak punya kekhawatiran apa pun di kemudian hari.""Bagus!" Tania bertepuk tangan sambil tersenyum puas.Lucya dan yang lain tertegun. Apa yang baru saja disampaikan Ryan benar-benar seperti penampilan kelas atas dalam dunia penjualan. Dia mampu menangkap inti dari kebutuhan klien dengan sangat tajam, berbicara tepat pada sasaran, dan memberikan rasa aman melalui komitmen yang kuat. Inilah tipe sales yang benar

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 157

    Zio tahu bahwa semuanya sudah terbongkar. Dengan wajah pasrah, dia berkata, "Bu Lucya, aku salah."Wajah Lucya langsung dipenuhi amarah. Sungguh memalukan. Urusan internal divisinya malah terbongkar di depan klien!Tania berkata, "Bu Lucya, menurut pandanganku, manajer penjualanmu ini baik dari sisi moral, etika profesional, maupun kemampuan pribadi, semuanya bermasalah. Kalau dia yang mewakili EPS untuk menandatangani kontrak, kami nggak akan setuju."Kalimat itu membuat hati Zio langsung tenggelam ke dasar. Sementara Lucya hanya bisa menarik napas panjang. Kerja sama besar yang sudah hampir selesai, malah berantakan begitu saja.Tepat pada saat itu, terdengar ketukan di pintu."Siapa?" tanya Lucya dengan nada jengkel."Aku, Ryan!" Terdengar suara dari luar."Ada apa?" tanya Lucya segera."Aku boleh masuk sebentar untuk bicara?" tanya Ryan balik.Lucya merasa semakin kesal. Dua manajer penjualan ini benar-benar membuat kepalanya pusing. Namun, Tania justru tersenyum tipis dan berucap,

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 156

    Dalam dunia penjualan, cara untuk mendapatkan klien itu bermacam-macam. Kadang memberikan sedikit hadiah atau suap kecil dianggap hal yang biasa. Tentu saja, dari sisi tim penjualan, itu dianggap wajar. Namun, kalau sampai pihak klien menyadarinya, itu bisa menjadi masalah besar.Klien tidak akan membiarkan orang dari pihak mereka menerima suap, karena itu bisa memengaruhi kerja sama. Kalau hari ini Tania datang dengan membawa alasan suap untuk menghentikan penandatanganan kontrak kerja sama, masalahnya bisa menjadi serius.Lucya langsung menatap tajam ke arah Zio dan membentak, "Zio, apa maksudnya ini?"Zio buru-buru menjawab, "Bu Lucya, aku cuma memberikan klien sepasang kenari hias. Cuma hadiah kecil saja. Nggak bisa disebut sebagai suap, 'kan?"Tania langsung menyela, "Frandy bilang nilainya 36 juta! Nilai segitu bisa disebut hadiah kecil?"Zio langsung terdiam.Lucya tahu jelas, pihak lawan sedang mencari-cari celah. Kalau tidak hati-hati, kerja sama ini bisa gagal total. Karena k

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 155

    "Pak Frandy? Dia sudah keluar dari tim proyek ini," sahut Taro."Apa?" Zio tertegun. Firasat buruk langsung menyergap hatinya."Pak Zio, kenapa bengong saja? Cepat antar klien ke ruang Bu Lucya. Beliau pasti sebentar lagi kembali," kata Poppy."Oh, oh, baik!" Zio buru-buru berkata, "Silakan lewat sini. Aku antar ke ruang Bu Lucya. Beliau sebenarnya mau turun langsung menjemput kalian, tapi tiba-tiba ada rapat penting. Sebentar lagi juga kembali.""Nggak masalah," jawab Tania dengan senyuman profesional, lalu mengikuti Poppy dan Zio menuju divisi pemasaran.Sementara itu, dari jendela lantai delapan, pemandangan itu terlihat jelas oleh Ryan. Sudut bibirnya perlahan terangkat membentuk senyuman kecil."Bu Tania, lama nggak bertemu. Kamu masih sama seperti dulu, cantik dan berwibawa." Begitu tiba di divisi pemasaran, Lucya juga kebetulan baru saja kembali. Pertemuan kerja sama pun dilakukan di ruang kantornya yang luas.Lucya dan Tania saling berjabat tangan. Dua wanita cantik dan berkari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status