Share

Bab 12

Author: Felix Harrington
Haikal tertegun sesaat sebelum bertanya, "Apa maksudnya?"

"Aneh. Padahal kamu manajer kantor cabang. Masa belum tahu? Aku sudah diterima di divisi pemasaran kantor pusat," balas Ryan.

"Apa? Coba katakan sekali lagi," timpal Haikal dengan ekspresi tidak percaya.

"Aku akan bekerja di kantor pusat Senin depan," ucap Ryan.

Haikal mengedipkan matanya yang sipit beberapa kali, lalu tiba-tiba tertawa dan mengejek, "Hahaha. Otakmu bermasalah ya? Orang sepertimu diterima di kantor pusat? Kamu nggak sadar seperti apa kualitasmu?"

Haikal melemparkan selembar formulir pengunduran diri sembari menyergah, "Cepat! Jangan buang-buang waktu. Isi formulir ini dan pergi. Melihatmu saja sudah menjengkelkan!"

Karyawan wanita itu menatap Ryan dengan jijik, lalu tersenyum dingin sembari berkata, "Dasar, bagai pungguk merindukan bulan!"

Ryan melirik karyawan wanita itu dengan dingin. Dia mengambil formulir pengunduran diri dan langsung merobeknya.

"Kamu ngapain?" tanya Haikal dengan marah.

Ryan menegaskan, "Sudah kubilang, aku datang untuk melakukan serah terima pekerjaan. Kalau menurutmu aku bohong, silakan hubungi divisi personalia dan tanyakan sendiri!"

Melihat Ryan sepertinya tidak sedang berbohong, Haikal sedikit goyah. Dia berujar, "Kalau kamu benar-benar pindah ke kantor pusat, aku seharusnya dapat pemberitahuan!"

Haikal bergumam sambil membuka laptop untuk mengecek surel. Ada satu surel yang masuk pagi ini dan belum dibaca. Setelah membaca surel itu, ekspresinya seketika menjadi tidak karuan.

Beberapa saat kemudian, Haikal menutup laptopnya. Dia tiba-tiba tersenyum sambil berucap, "Wah, Ryan. Kamu hebat juga."

Isi surel itu adalah dokumen dari divisi personalia mengenai pemindahan Ryan.

"Pak Haikal? Apa otakku bermasalah?" tanya Ryan dengan dingin. Dia lalu menatap karyawan wanita di samping dan bertanya, "Apa aku bagai pungguk yang merindukan bulan?"

Karyawan wanita itu tampak panik dan buru-buru menunduk.

Haikal cepat-cepat membalas, "Nggak, nggak. Bukan otakmu yang bermasalah, tapi aku."

Kemudian, Haikal berdiri dengan perut buncitnya, berjalan mengitari meja ke hadapan Ryan. Dia tersenyum ramah seraya berucap, "Ryan, tadi pagi aku sibuk sekali, surelku juga banyak, jadi aku sempat lalai. Aku benar-benar minta maaf."

Sikap Haikal berubah secepat kilat. Kala ini, wajahnya penuh senyuman sampai kerutan di wajahnya terlihat jelas. Dia bersikap seperti ini karena target bisnis tahunan kantor cabang ditetapkan oleh divisi pemasaran kantor pusat.

Dengan kata lain, divisi tempat Ryan bekerja nanti bisa menentukan nasib Haikal. Ryan memang tidak bisa menentukan langsung, tetapi dia bekerja di divisi pemasaran. Hanya dengan sedikit campur tangan atau membisikkan sesuatu kepada atasan, itu sudah cukup untuk membuat Haikal hancur.

Sekarang, Haikal seperti sedang dicekik oleh Ryan.

"Pak Haikal, apa sekarang aku bisa melakukan serah terima pekerjaan?" tanya Ryan sambil menatap tajam Haikal.

Haikal menyahut, "Tentu saja. Tapi Ryan, jangan buru-buru dulu. Sebelumnya ada banyak salah paham di antara kita. Kamu juga tahu, aku selalu berpikir demi kebaikanmu. Aku lebih senior darimu soal umur dan pengalaman. Kalau aku menganggapmu sebagai adikku, nggak kelewatan, 'kan?"

Ryan tersenyum dingin sembari menyela, "Jangan omong kosong."

Haikal mengangguk sambil membungkuk dan membalas, "Iya, oke."

Kemudian, Haikal mengganti topik pembicaraan. Katanya, "Ryan, kamu sudah mau pindah ke kantor pusat. Sebagai kakak, aku harus mengantar kepergianmu. Begini saja, siang ini aku reservasi meja di Hotel Prosper. Kita makan bersama dan minum sedikit. Aku benar-benar berat melepasmu pergi."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 164

    "Kamu harus ganti rugi!" teriak Joras."Oke. Berapa? Hitung saja," jawab Ryan datar."Ryan!" seru Milea dengan mata berkaca-kaca. "Jelas-jelas mereka yang salah! Kenapa kita harus bayar?"Air matanya jatuh, rasa bersalah menyelimuti dirinya. Dia tahu Ryan terlibat masalah karena dirinya.Ryan menepuk lembut bahunya. "Milea, nggak apa-apa. Jangan khawatir.""Tapi mereka terlalu keterlaluan!" isaknya semakin keras. Semua tekanan dan ketidakadilan selama bertahun-tahun seakan pecah bersamaan dengan tangis itu. Dia menunduk dalam-dalam ke dada Ryan dan menangis tanpa suara."Hebat, berani sekali! Suruh aku hitung, ya? Oke, aku hitungkan!" Joras menunjuk ke arah kekacauan di sekitar. "Meja marmer, 36 juta. Kursi berlapis emas, 32 juta ...."Mendengarnya, wajah Milea langsung pucat. Setelah semua dihitung, totalnya mencapai lebih dari 600 juta rupiah. Selama bertahun-tahun bekerja, dia tidak pernah bisa menabung sebanyak itu!"Pak Joras, mana ada meja kursi semahal itu?" protes Milea sambil

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 163

    "Wah? Jadi gadis ini punya pacar juga, ya!" ujar Heru dengan senyum sinis. Preman di sebelahnya menimpali, "Pantas saja galak sekali, ternyata pacarnya ada di sini. Kalau nggak, pasti sudah pasrah, 'kan?""Hahaha!"Prang!Ryan tiba-tiba meraih sebotol minuman dan melemparkannya dengan keras. Botol itu tepat menghantam kepala pria yang bicara barusan."Kurang ajar! Dia berani melawan! Hajar dia sampai mati!" teriak Heru.Beberapa orang langsung berdiri dan menyerbu Ryan. Ryan mendorong Milea ke samping dengan cepat. Begitu dia berbalik, tinju lawan sudah hampir menghantam wajahnya.Tatapan Ryan seketika menajam. Berkat latihan dan pengalaman belakangan ini, tubuhnya bereaksi cepat. Dia mundur selangkah, tangan kirinya mencengkeram pergelangan lawan dan memelintirnya dengan kuat, sementara pangkal telapak tangan kanannya menghantam keras siku pria itu.Terdengar suara retakan, diikuti jeritan kesakitan dan bunyi kaca berjatuhan.Ketiga orang lainnya langsung menyerbu bersamaan. Ryan tida

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 162

    "Jangan begitu, jangan marah, Kakak-kakak. Kita di bar ini cari makan dengan damai," ujar Joras dengan cepat. "Kalau Kakak-kakak ada maunya, bilang saja terus terang. Selama saya bisa urus, pasti saya bantu!""Bagus, tahu diri juga kamu." Pria itu menyeringai. "Suruh gadis itu datang, temani kami minum beberapa gelas, urusan selesai."Mendengar permintaan sesederhana itu, Joras langsung mengangguk lega. "Oh, itu mudah diatur!" katanya cepat. "Milea, ke sini. Temani Kakak-kakak ini minum sebentar.""Tapi aku sedang kerja," jawab Milea dengan ragu."Kamu ini bodoh sekali, ya?" Joras memberi isyarat tajam dengan matanya. "Cepat ke sini, temani Kakak-kakak minum."Joras bukan pertama kali melihat kelompok pria itu. Dia tahu mereka sering datang ke bar dan kabarnya ada orang berpengaruh yang mendukung mereka di belakang. Tidak ada yang berani menyinggung mereka. Kalau urusan bisa selesai hanya dengan beberapa gelas minuman, itu adalah cara paling aman.Namun Milea tahu, ini bukan cuma soal

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 161

    "Oh, maaf Pak, saya segera ambilkan minumannya!" Milea tampak panik dan agak kikuk, lalu buru-buru berkata, "Ryan, aku kerja dulu ya!""Ya, silakan."Ryan jelas melihat keringat halus di dahi Milea dan wajahnya memerah saat berjalan pergi, mungkin dia merasa malu karena harus bekerja di tempat seperti ini.Saat itu, tamu di meja sebelah mulai menggoda dengan mabuk-mabukan, "Cewek itu lumayan cantik juga ya!""Kamu ini, lihat cewek cantik langsung semangat ya!""Lihat badannya, aduh, pengin banget ngabisin semalam sama dia!""Gila kamu, nggak takut mati apa!""Hahaha!"Beberapa pria paruh baya berwajah gemuk berbicara dengan tidak senonoh sambil minum.Ryan merasa muak, ucapan mereka benar-benar menjijikkan. Ingin sekali dia menegur mereka. Namun mengingat Milea bekerja di tempat itu, dia pasti akan terkena imbas jika Ryan membuat keributan di sana. Lagi pula, sepertinya mereka cuma mabuk. Jadi, Ryan memilih untuk menahan diri dulu.Sesaat kemudian, Milea membawa botol minuman ke meja m

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 160

    "Benar, sihir!" Ryan menurunkan suaranya. "Sihir Harry Potter! Wuu, wuu, wuu!""Enyah sana!""Siap!"Ryan pun kembali ke kamar dengan riang, bersiap mematikan ponsel dan tidur. Namun, tiba-tiba muncul satu pesan dari nomor tak dikenal.Pesannya singkat saja, hanya satu kalimat.[ Ryan, aku ingin bicara denganmu. ]Ryan tertegun. Orang ini bisa langsung memanggil namanya, berarti pasti seseorang yang dia kenal. Siapa ya?Dia membalas.[ Kamu siapa? ]Beberapa saat kemudian, balasan masuk.[ Saskia. ]....Malam berikutnya, di Bar Starry.Bar ini merupakan salah satu bisnis milik keluarga Kenny. Malam itu, Kenny mengundang Ryan untuk bersenang-senang di bar milik keluarganya, menjanjikan akan memberinya "kenikmatan kelas raja".Sebenarnya Ryan sempat menolak, tetapi karena tak enak hati, akhirnya dia tetap datang.Bar Starry punya suasana yang romantis. Di lantai satu, bartender cantik sibuk membuat berbagai koktail sambil memainkan atraksi api yang berwarna-warni. Orang-orang duduk di m

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 159

    Zio tertegun sejenak.Detik berikutnya, Ryan berkata, "Eh, aku baru ingat. Kamu 'kan nggak sudi makan di kantin. Ya sudah, nggak usah ikut."Lucya langsung mengerutkan kening. "Ryan!" Dia tidak ingin klien melihat keributan internal di divisinya.Di luar dugaan, Tania justru tertawa karena gaya Ryan yang sedikit usil itu.Zio berkata, "Ryan, cuma makan bareng klien saja, nggak perlu sombong begitu. Nanti juga kamu bakal kena batunya."Ryan tertawa lebar. "Oke, aku tunggu ya! Oh ya, ngomong-ngomong soal makan, tadi kamu bilang mau traktir semua orang, 'kan? Jangan bohong lho! Aku sudah kosongin perut dari siang, nanti malam harus makan dari traktiranmu! Hahaha!"Ryan berjalan keluar dari kantor dengan wajah ceria.Tania tersenyum geli dan berkata dengan nada lembut, "Kamu ini cerewet juga ternyata.""Padahal aslinya aku polos lho," sahut Ryan. "Dia yang sering cari masalah sama aku.""Hahaha!" Tania tertawa lagi. Entah kenapa setiap kali melihat Ryan, dia selalu merasa lucu. Ini seperti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status