Share

Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster
Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster
Author: Felix Harrington

Bab 1

Author: Felix Harrington
Larut malam, di kamar hotel.

Tempat tidur besar berantakan. Seorang wanita dewasa menutupi tubuh montoknya dengan selimut, wajahnya penuh kepuasan. Ryan Owais duduk di tepi ranjang, hatinya dipenuhi penyesalan.

Entah kenapa malam ini, ketika Lily menunduk, dia sama sekali tidak bisa mengendalikan diri. "Kak Lily! Maaf! Tadi aku ...."

Setelah sadar, rasa malu menyerang Ryan.

Wajah wanita itu merah. Dia menggoda, "Kenapa minta maaf? Karena tadi terlalu kasar sama aku?"

Dia meraih tas di samping, mengeluarkan setumpuk uang dan melemparkannya ke sisi Ryan. "Aku suka kamu yang begini. Ambil saja!"

"Kak Lily, aku nggak bisa terima uang ini!" Ryan buru-buru menolak. "Kalau nggak ada urusan lain lagi, aku ... aku pergi dulu!"

"Tunggu!"

"Ada apa?"

Wanita itu mengeluarkan dua kontrak dari tasnya, menaruh di samping Ryan. "Kontrak ini sudah kutandatangani."

"Terima kasih, Kak Lily!"

....

Ryan buru-buru keluar dari hotel, kembali ke tempat tinggalnya. Pacarnya, Alisha Bimala, sudah tidur pulas. Karena cuaca panas, Alisha hampir tidak memakai apa-apa dan juga tidak menutup tubuhnya dengan selimut. Lekukan indah tubuhnya jelas terlihat.

Ketika menatap kekasihnya yang berada di atas ranjang, hati Ryan semakin dipenuhi rasa bersalah. Mereka sudah berpacaran empat tahun sejak kuliah. Setelah lulus, keduanya sama-sama masuk ke EPS Group sebagai pekerja magang.

Ryan di bagian sales, sementara Alisha di bagian customer service. Kesibukan membuat mereka jarang sekali bertemu.

Malam ini, Ryan awalnya ingin mengajak Alisha jalan-jalan, makan sesuatu, untuk memperbaiki hubungan mereka yang mulai hambar. Namun, dia justru dipanggil atasannya, Haikal, untuk menemani seorang klien wanita, Lily.

Ketika sedang minum, Haikal tiba-tiba bilang ada urusan, lalu pergi. Tersisa Ryan dengan Lily. Entah bagaimana, akhirnya mereka sampai ke hotel.

'Sial, Haikal menjebakku.' Ryan menggerutu, tetapi karena terlalu lelah, dia akhirnya tertidur pulas.

Keesokan paginya, Ryan masuk ke kantor Haikal, membanting kontrak yang semalam ditandatangani ke mejanya.

"Wih, bagus juga, Ryan. Kontraknya secepat ini sudah kelar?" Mata sipit Haikal berkilat. "Aku sudah bilang, kalau kamu yang turun tangan, mana ada ibu-ibu kaya yang bisa lolos?"

"Pak Haikal, semalam di minuman ada sesuatu, 'kan?" tanya Ryan. Kalau tidak, dia tidak mungkin sepenuhnya kehilangan kendali diri.

"Ryan, jangan sembarangan!" Haikal tertawa. "Kamu masih muda, ganteng, badanmu juga bagus. Asal kamu berusaha sedikit, klien-klien wanita di region kita ini pasti takluk sama kamu!"

Semakin didengar, Ryan semakin merasa jijik. Dia selalu berusaha mendapatkan klien dengan kemampuannya sendiri, bukan menggunakan cara kotor seperti ini.

Namun, saat dia hendak membantah, Haikal tiba-tiba bertanya, "Mau nggak, diangkat jadi karyawan tetap?"

Kalimat itu langsung membuat Ryan terdiam. "Tentu saja mau!"

"Bagus! Kamu selesaikan target berikutnya, maka statusmu aman!" Haikal menunjuk Ryan. "Target berikutnya adalah klien wanita kaya yang paling cantik di regionmu, Ivy."

....

Siang harinya, ponsel Ryan kehabisan baterai. Charger tertinggal di rumah, jadi dia buru-buru pulang.

Begitu pintu dibuka, pemandangan yang dilihatnya membuatnya tak akan pernah lupa seumur hidup. Pintu masuk menghadap langsung ke kamar tidur.

Di atas ranjang, Alisha berbaring dengan bahu putih mulus terbuka, berselimut tipis. Biasanya Alisha tidak pernah rela menyalakan AC, tetapi kali ini AC menyala sampai 16 derajat.

"Ryan, bukannya kamu kerja? Kenapa jam segini pulang?" Wajah Alisha panik.

Dari kamar mandi, terdengar suara air yang deras. Sekejap, Ryan paham semuanya. Darahnya sontak mendidih. Dia marah dan langsung menerjang ke arah kamar mandi.

"Ryan, kamu mau ngapain?" Alisha buru-buru turun dari ranjang, menghalangi Ryan.

Yang mengejutkan, Alisha ternyata memakai lingerie hitam transparan, nyaris tak menutupi tubuh.

"Alisha, kamu nggak tahu malu ya!" Seumur hidup, Ryan belum pernah melihatnya mengenakan pakaian seperti itu. Amarah dan rasa terhina memenuhi otaknya.

"Sobat, tenang dulu. Kita ngomong baik-baik!" Saat ini, seorang pria keluar dari kamar mandi dan menatap Ryan dengan waspada.

"Kamu?" Ryan tertegun. Dia mengenali pria itu. Dia beberapa kali melihatnya menemani Ivy, wanita kaya itu, saat belanja kosmetik. Namun, dia tidak tahu apa hubungan mereka.

"Ryan, karena kamu sudah lihat, aku nggak usah sembunyikan apa pun lagi." Alisha merapikan rambut, lalu meneruskan, "Aku dan Peter sudah bersama."

Ucapan itu terdengar wajar, seolah-olah perselingkuhan bukanlah kesalahan.

"Heh!" Ryan merasa geli. "Ternyata hubungan selama empat tahun itu semurah itu di matamu!"

"Ryan, aku tahu aku salah. Tapi yang aku mau, kamu nggak bisa kasih!" Mata Alisha berkaca-kaca. "Kita sudah lulus lebih dari dua bulan. Lihat penghasilanmu, sebulan dapat berapa? Dengan kemampuanmu, seumur hidup kamu nggak akan bisa beli rumah di Kota Shein. Masa aku harus ikut kamu susah selamanya?"

"Lagi pula, kamu tahu kan betapa sulitnya bertahan di EPS Group? Setengah pekerja magang pasti akan dieliminasi."

Alisha menoleh dan menatap Peter dengan lembut. "Tapi Peter punya koneksi. Dia sudah janji akan bantu aku pindah ke kantor pusat EPS dan diangkat jadi karyawan tetap."

Jika berhasil menjadi karyawan tetap EPS, berarti dia akan menikmati gaji dan fasilitas mewah khas perusahaan peringkat 500 besar dunia. Di depan keluarga maupun teman-teman, itu tentu sangat membanggakan.

"Jadi ... hanya demi itu, harga dirimu hilang?" Ryan menunjuk lingerie yang dipakai Alisha dengan marah.

"Ada masalah?" Peter melangkah maju, tatapannya penuh tantangan. "Baju ini aku yang beliin buat Alisha. Aku tahu cara menikmati keindahannya ...."

"Menikmati otakmu!" Ryan semakin marah, langsung melayangkan tinju ke arah Peter.

Namun, Peter sangat licik. Dia mengangkat kursi di samping, lalu menghantam kepala Ryan.

Buk! Ryan jatuh tersungkur, darah mengalir dari pelipisnya.

Peter akhirnya berhenti berpura-pura, mulai menghina, "Ryan, 'kan? Dengar ya, barusan aku tidurin pacarmu di ranjang kalian. Dasar tolol, kamu ini sudah diselingkuhi!"

"Peter, jangan ngomong begitu!" Alisha merasa malu.

Namun, Peter masih penuh amarah. "Alisha, kamu belum tahu, 'kan? Ibuku klien besar di regionnya. Cukup dengan satu laporan darinya, dia bisa langsung dipecat!"

Ryan tersentak. Dia teringat, beberapa kali Ivy belanja selalu ditemani Peter.

"Ibumu ... Ivy?" Ryan refleks bertanya.

"Nama ibuku nggak pantas kamu sebut!" Peter mengangkat kursi, hendak memukul lagi.

"Sudah, Peter! Jangan peduliin dia. Kita pergi saja! Aku sudah putus sama dia. Malam ini aku pindah ke tempatmu!"

"Oke, kita pergi!"

Peter tak lagi memedulikan Ryan. Dia meludah, lalu menarik koper. Keduanya meninggalkan tempat itu.

Saat menatap punggung keduanya, hati Ryan justru semakin tenang. "Jadi, Peter itu anaknya Ivy. Kebetulan sekali!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 160

    "Benar, sihir!" Ryan menurunkan suaranya. "Sihir Harry Potter! Wuu, wuu, wuu!""Enyah sana!""Siap!"Ryan pun kembali ke kamar dengan riang, bersiap mematikan ponsel dan tidur. Namun, tiba-tiba muncul satu pesan dari nomor tak dikenal.Pesannya singkat saja, hanya satu kalimat.[ Ryan, aku ingin bicara denganmu. ]Ryan tertegun. Orang ini bisa langsung memanggil namanya, berarti pasti seseorang yang dia kenal. Siapa ya?Dia membalas.[ Kamu siapa? ]Beberapa saat kemudian, balasan masuk.[ Saskia. ]....Malam berikutnya, di Bar Starry.Bar ini merupakan salah satu bisnis milik keluarga Kenny. Malam itu, Kenny mengundang Ryan untuk bersenang-senang di bar milik keluarganya, menjanjikan akan memberinya "kenikmatan kelas raja".Sebenarnya Ryan sempat menolak, tetapi karena tak enak hati, akhirnya dia tetap datang.Bar Starry punya suasana yang romantis. Di lantai satu, bartender cantik sibuk membuat berbagai koktail sambil memainkan atraksi api yang berwarna-warni. Orang-orang duduk di m

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 159

    Zio tertegun sejenak.Detik berikutnya, Ryan berkata, "Eh, aku baru ingat. Kamu 'kan nggak sudi makan di kantin. Ya sudah, nggak usah ikut."Lucya langsung mengerutkan kening. "Ryan!" Dia tidak ingin klien melihat keributan internal di divisinya.Di luar dugaan, Tania justru tertawa karena gaya Ryan yang sedikit usil itu.Zio berkata, "Ryan, cuma makan bareng klien saja, nggak perlu sombong begitu. Nanti juga kamu bakal kena batunya."Ryan tertawa lebar. "Oke, aku tunggu ya! Oh ya, ngomong-ngomong soal makan, tadi kamu bilang mau traktir semua orang, 'kan? Jangan bohong lho! Aku sudah kosongin perut dari siang, nanti malam harus makan dari traktiranmu! Hahaha!"Ryan berjalan keluar dari kantor dengan wajah ceria.Tania tersenyum geli dan berkata dengan nada lembut, "Kamu ini cerewet juga ternyata.""Padahal aslinya aku polos lho," sahut Ryan. "Dia yang sering cari masalah sama aku.""Hahaha!" Tania tertawa lagi. Entah kenapa setiap kali melihat Ryan, dia selalu merasa lucu. Ini seperti

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 158

    "Karena Bu Tania sudah memercayaiku, aku juga ingin memberi janji. Selama masa kerja sama, kalau ada masalah yang disebabkan oleh kesalahan pihak EPS, aku akan segera turun tangan secara langsung untuk menyelesaikannya.""Selain itu, kalau selama proses kerja sama ada hal yang membuat Bu Tania kurang nyaman, silakan langsung menghubungiku. Aku akan segera mengoordinasikan dan menyelesaikannya.""Semua yang kulakukan ini hanya demi satu tujuan. Sentosa Media sudah memberikan kepercayaan pada EPS, maka kami juga harus layak mendapatkan kepercayaan itu dan memastikan Sentosa Media nggak punya kekhawatiran apa pun di kemudian hari.""Bagus!" Tania bertepuk tangan sambil tersenyum puas.Lucya dan yang lain tertegun. Apa yang baru saja disampaikan Ryan benar-benar seperti penampilan kelas atas dalam dunia penjualan. Dia mampu menangkap inti dari kebutuhan klien dengan sangat tajam, berbicara tepat pada sasaran, dan memberikan rasa aman melalui komitmen yang kuat. Inilah tipe sales yang benar

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 157

    Zio tahu bahwa semuanya sudah terbongkar. Dengan wajah pasrah, dia berkata, "Bu Lucya, aku salah."Wajah Lucya langsung dipenuhi amarah. Sungguh memalukan. Urusan internal divisinya malah terbongkar di depan klien!Tania berkata, "Bu Lucya, menurut pandanganku, manajer penjualanmu ini baik dari sisi moral, etika profesional, maupun kemampuan pribadi, semuanya bermasalah. Kalau dia yang mewakili EPS untuk menandatangani kontrak, kami nggak akan setuju."Kalimat itu membuat hati Zio langsung tenggelam ke dasar. Sementara Lucya hanya bisa menarik napas panjang. Kerja sama besar yang sudah hampir selesai, malah berantakan begitu saja.Tepat pada saat itu, terdengar ketukan di pintu."Siapa?" tanya Lucya dengan nada jengkel."Aku, Ryan!" Terdengar suara dari luar."Ada apa?" tanya Lucya segera."Aku boleh masuk sebentar untuk bicara?" tanya Ryan balik.Lucya merasa semakin kesal. Dua manajer penjualan ini benar-benar membuat kepalanya pusing. Namun, Tania justru tersenyum tipis dan berucap,

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 156

    Dalam dunia penjualan, cara untuk mendapatkan klien itu bermacam-macam. Kadang memberikan sedikit hadiah atau suap kecil dianggap hal yang biasa. Tentu saja, dari sisi tim penjualan, itu dianggap wajar. Namun, kalau sampai pihak klien menyadarinya, itu bisa menjadi masalah besar.Klien tidak akan membiarkan orang dari pihak mereka menerima suap, karena itu bisa memengaruhi kerja sama. Kalau hari ini Tania datang dengan membawa alasan suap untuk menghentikan penandatanganan kontrak kerja sama, masalahnya bisa menjadi serius.Lucya langsung menatap tajam ke arah Zio dan membentak, "Zio, apa maksudnya ini?"Zio buru-buru menjawab, "Bu Lucya, aku cuma memberikan klien sepasang kenari hias. Cuma hadiah kecil saja. Nggak bisa disebut sebagai suap, 'kan?"Tania langsung menyela, "Frandy bilang nilainya 36 juta! Nilai segitu bisa disebut hadiah kecil?"Zio langsung terdiam.Lucya tahu jelas, pihak lawan sedang mencari-cari celah. Kalau tidak hati-hati, kerja sama ini bisa gagal total. Karena k

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 155

    "Pak Frandy? Dia sudah keluar dari tim proyek ini," sahut Taro."Apa?" Zio tertegun. Firasat buruk langsung menyergap hatinya."Pak Zio, kenapa bengong saja? Cepat antar klien ke ruang Bu Lucya. Beliau pasti sebentar lagi kembali," kata Poppy."Oh, oh, baik!" Zio buru-buru berkata, "Silakan lewat sini. Aku antar ke ruang Bu Lucya. Beliau sebenarnya mau turun langsung menjemput kalian, tapi tiba-tiba ada rapat penting. Sebentar lagi juga kembali.""Nggak masalah," jawab Tania dengan senyuman profesional, lalu mengikuti Poppy dan Zio menuju divisi pemasaran.Sementara itu, dari jendela lantai delapan, pemandangan itu terlihat jelas oleh Ryan. Sudut bibirnya perlahan terangkat membentuk senyuman kecil."Bu Tania, lama nggak bertemu. Kamu masih sama seperti dulu, cantik dan berwibawa." Begitu tiba di divisi pemasaran, Lucya juga kebetulan baru saja kembali. Pertemuan kerja sama pun dilakukan di ruang kantornya yang luas.Lucya dan Tania saling berjabat tangan. Dua wanita cantik dan berkari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status