Share

4. Merasa Terbuang

Auteur: El Baarish
last update Dernière mise à jour: 2023-07-01 21:33:48

SKL 4

.

Dengan langkah gontai Dee menuju ke kamar untuk mengemasi barang-barangnya. Di dalam sana ia bertemu dengan Mbok Siti yang berdiri kebingungan di depan lemari. Perempuan paruh baya itu disuruh mengemasi barang-barang Dee, tapi ia tak tahu harus mengemasi apa saking banyaknya baju dan barang-barang lainnnya.

"Mbok, bantu aku ya?" pinta Dee mengiba pada Simbok yang sudah bekerja di rumahnya sejak ia Sekolah Dasar.

Perempuan paruh baya itu mengusap rambut anak majikannya itu, ia tak tega melihat Dee yang terusir dari rumah sendiri. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa.

Perlahan Mbok Siti juga ikut terisak. Ia memang tak menyukai perbuatan Dee dan pembelaan diri yang terkesan tak tahu malu. Namun, sepanjang ia bekerja di rumah itu, Dee tak pernah kasar dengannya. Gadis itu termasuk yang paling akrab dengannya selaku pembantu dan majikan.

"Mohon maaf, Non. Mbok ndak bisa bantu. Saya masih butuh pekerjaan ini, dan Non sendiri tau gimana Tuan dan Nyonya kalau udah marah besar. Bisa-bisa saya harus ikut angkat kaki dari rumah ini. Sementara tanggungan saya masih banyak di kampung." 

Dee memejamkan matanya. Ia juga harus berpikir nasib Mbok Siti jika harus diberhentikan dari pekerjaan. Gadis itu menatap kosong ke dinding kamar warna putih gading itu. Menatap putus asa pada keadaan yang sedang berlaku padanya.

Perlahan ia membuka lemari dan mengambil beberapa baju yang dimasukkan ke dalam koper kecil. Ia mengambil dress kesukaannya, ingin ikut dimasukkan, tapi sayangnya koper sudah penuh terisi. Dari lemari, langkahnya menuju meja rias, di sana ada banyak skincare dan body care mahal yang selama ia rutin ia pakai. Ia coba ambil satu paket dan ingin dimasukkan dalam koper, tapi lagi-lagi ia seolah lupa bahwa kopernya kecil dan sudah penuh terisi.

Dee menggengam serum wajah di tangannya, ia menatap cermin yang memamerkan wajah kacaunya. Wajahnya penuh dengan air mata yang belum kering. Gadis itu menggeram, kemudian dengan tangannya ia sapu seluruh benda yang ada di meja riasnya hingga menimbulkan suara dentingan benda berjatuhan. Gadis itu berteriak sekerasnya atas hidup yang ia rasa tak adil.

Mbok Siti yang berada di dekatnya ketakutan dengan emosi kesedihan yang tak terduga. Ia beranikan diri mendekat pada Dee, lalu menepuk lembut bahunya agar gadis itu tenang.

Dee ambruk di lantai. Tangannya mengusap rambut panjang yang terurai. Ia masih menangis sesenggukan. Malam ini menjadi titik terberat dalam hidupnya, dan detik itu ada rasa benci yang menjalar pada Bryan, lelaki yang telah membuat hidupnya kacau.

Gadis itu bangkit dan mengusap air matanya. Ia menarik gagang koper dan membawanya keluar. Ia tak ingin teriakan mama dan papa kembali menyuruhnya keluar entah ke berapa kali. Itu menyakitkan bagi Dee, karena untuk pertama kali ia merasa diperlakukan begitu hina oleh orangtua sendiri.

Di luar sana telah berdiri mama dan papa di ruang tamu. Keduanya menatap tajam pada wajah Dee dan tangan yang mendorong koper seolah takut jika gadis itu telah mencuri barang-barang berharga sebelum ia pergi.

Dee bahkan tak berani mendekat hanya untuk berpamitan. Ah, bukankah berpamitan hanya untuk orang yang pergi atas kemauan, yang pergi sesaat dan kembali lagi kapan yang ia mau?

Tanpa kata, tanpa ucapan selamat tinggal, Dee berlalu dari hadapan mereka yang memang tak ingin lagi melihat wajahnya.

Di teras rumah yang mewah itu, berdiri Nadine dan Carissa, kakak dan adik satu-satunya Dee. Melihat wajah keduanya, hati Dee langsung tergerak untuk meminta bantuan atau perlindungan apa pun yang bisa mereka lakukan.

"Kak, plis tolong aku!" pinta Dee pada Nadine.

Nadine tersenyum miring, seolah tak ada rasa simpati dalam hatinya untuk Dee.

"Memalukan! Kamu memang pantas diusir!" ucap Nadine dengan kasar seraya menempelkan sebuah sandal rumahan untuk adiknya itu. 

Dee menatap sandal yang diulurkan dengan kasar padanya, ia tertawa sinis dalam tangisnya. Perlakuan Nadine menjelaskan bahwa Dee tak boleh mengenakan sandal atau sepatu mewah yang menjadi miliknya selama ini. Tak pantas gelandangan memakai barang mewah.

"Out!" ketus Nadine seraya menunjuk arah gerbang dengan matanya.

Dee menatap nanar padanya, lalu seulas senyum miris terukir di bibirnya. Gadis itu menggeleng atas sikap tega dari Nadine seolah ia tak pernah ada cela. Dee menatap sinis pada kakaknya, kembali ia teringat perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu bergandeng mesra dengan lelaki lain di sebuah cafe, padahal statusnya sudah menikah.

Lalu, bagaimana bisa ia merasa lebih suci dari Dee?

Nadine sudah menikah dengan lelaki pebisnis yang kaya raya, sesuai dengan kriteria mama dan papa. Mereka belum dikarunia anak, dan sang suami sering berada di luar negeri. Sebab itu, Nadine sering di rumah orangtuanya, ditambah ia masih bekerja di perusahaan papa.

Sementara di samping Nadine, Carissa sedari tadi menangis dalam diam.

"Kak, apa yang bisa kubantu?" tanya gadis berusia tujuh belas tahun itu.

Carissa memang berbeda dengan Nadine, ia sama sekali tidak arogan dan merasa diri paling benar. Saat yang lain harus diminta dan berakhir mengabaikan, Carissa malah menawarkan pertolongan. Namun, Dee menggeleng, karena ia tahu persis bahwa adiknya tak bisa melakukan apa-apa.

Keputusan mama dan papa sudah bulat dan tak bisa diganggu, atau mereka yang mencoba tidak setuju akan ikutan merasakan dampaknya.

"Nothing," jawab Dee. Ia menyeka sudut matanya, menatap serius pada Carissa.

"Hanya sekolah yang baik, dan jadi anak baik, that's it!" Dee menggigit bibir bawahnya agar tak lagi menangis di depan Carissa.

"Kak …," Carissa memanggil dengan isak tangisnya.

"Hati-hati," ucapnya lagi saat perlahan tangan Carissa terlepas dari tangan sang kakak yang perlahan membalikkan badan dan berjalan.

Setidaknya ada yang mengucapkan kalimat perpisahan untuk Dee.

Gadis itu pergi dengan cucuran air mata. Bahkan saat ia berdiri di pintu pagar, satpam dengan membungkukkan badan membukakan pintu untuknya. Perlakuan mereka membuat Dee semakin terisak, mengingat dirinya akan segera menjadi gembel jalanan. Berubah tiga ratus enam puluh derajat dari kehidupan sebelumnya.

Jam di ponsel Dee sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Ia bahkan tak tahu ke mana akan pergi. Gadis itu sama sekali tak memiliki uang karena semua kartunya diambil oleh papa. Ia membuka dompet dan hanya terlihat uang seratus ribu pemberian Mbok Siti saat di kamar tadi.

"Mbok belum gajian, Non. Ini uang lebih belanja tadi, mungkin cukup untuk beli makan besok pagi," ucap perempuan patuh baya itu dengan tulus.

Dee menatap selembar uang itu dengan tetesan air mata. Sebelumnya seratus ribu itu mungkin ia habiskan hanya untuk membeli es krim. Dan kini, ia harus bisa super hemat dengan selembar itu. Dee bahkan tertawa sinis.

Gadis itu berhenti, dan duduk bersandar di dinding pagar yang masih dekat dengan area rumahnya. Ia menutup wajahnya dan terisak semaunya.

"Kak Dee …," Tiba-tiba ia mendengar panggilan untuknya.

Dee menoleh dan melihat Carissa yang berjalan padanya.

Kembali Carissa menangis melihat keadaan Dee. Namun, ia sadar harus segera kembali ke rumah. Gadis itu nekat memanjat tembok pagar yang tinggi agar tak terlihat oleh satpam. Lalu, berjalan hati-hati dan mencari keberadaan Dee yang menurutnya belum jauh dari pekarangan rumah.

"Untuk kakak," Carissa mengulurkan satu juta uang tabungannya untuk Dee.

Dee membelalakkan mata melihat beberapa lembar uang dari adiknya. Dengan berat hati ia menerimanya, karena ia juga tak ada pilihan lain saat ini. Setidaknya Carissa masih tinggal bersama mama dan papa yang kebutuhannya akan selalu terjaga.

Dua saudara itu hanyut dalam isak tangis seraya berpelukan untuk yang terakhir kali. Hingga keduanya sadar bahwa mereka tak boleh lama, karena jika ketahuan akan lebih besar resikonya.

"Aku harap kakak menghubungiku di mana pun nanti kakak berada apa pun caranya." 

Setelah mengucapkan kalimat demi kalimat perpisahan, Carissa kembali ke rumah dengan cara sembunyi-sembunyi. Sementara Dee melanjutkan perjalanannya yang entah ke arah mana.

.

Komen ya biar makin semangat update 🔥

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
diol
goooʻoooooo99999999
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Dijatuhi Talak Karena Tak Lagi Perawan   34. Happy Ending

    SKL 34."Saya terima nikah dan kawinnya Deandra Pradipta binti William Pradipta, dengan mas kawin yang telah tersebut tunai." Ustad Fatih mengucapkan kalimat sakral itu dalam satu tarikan napas. Membuat Dee yang duduk di sampingnya menarik napas lega saat semua saksi mengatakan sah."Sah!""Alhamdulillah," seru mereka serentak. Kemudian sejenak Abi membacakan doa keberkahan dalam acara tersebut.Dee tak mengadakan resepsi yang terlalu mewah seperti pernikahanya dengan Bryan beberapa bulan yang lalu. Tak menyewa gedung, dan pelaminan yang megah. Ia hanya meminta pesta sederhana di rumahnya, karena yang ia inginkan bukan lagi kemewahan, melainkan hubungan sah di hadapan Allah dan hambanya.Hanya keluarga besar yang hadir di sana. Keluarga Dee dan keluarga Ustadz Fatih. Tak lupa Nabila dan nenek ikut hadir menyaksikan pernikahan Dee.Dee terlihat cantik dibalut gaun pengantin berwarna putih. Sangat jauh berbeda dengan pernikahan yang dulu dengan gaun seksi menampakkan belahan dada, jug

  • Dijatuhi Talak Karena Tak Lagi Perawan   33. Tentang Waktu

    SKL 33."Bil, aku mau suruh Simbok buat beresin kamar untukmu dulu ya, atau mau di sini?" kata Dee saat ia membereskan beberapa baju yang ia bawa dari rumah Nabila.Nabila mengamati seisi ruangan, dan melihat ranjang king size di tengah ruang yang terlihat sangat empuk."Nggak usah lah, Dee. Biar aku tidur di sini aja. Cuma untuk beberapa hari aja, kan?" tolak Nabila seraya mengelilingi kamar Dee yang ukurannya hampir keseluruhan rumahnya di kampung."Lagian kayaknya kita belum pernah ya tidur sekamar," kekeh Nabila. Sejenak Dee berpikir, benar apa yang dikatakan oleh Nabila. Saat ia datang ke rumah Nabila, ia tidur sendirian karena kamar rumah itu sempit-sempit. Jadi, Nabila mengutamakan kenyamanan Dee dengan kesederhanaan yang ia miliki.Kemudian Dee tersenyum menatapnya, sepertinya akan lebih seru jika setiap waktu bisa bersama Nabila. Bisa diajarkan baca Al-Qur'an lebih fasih, tadarus bersama, bangun salat malam bersama."Iya juga ya," ucap Dee dan melepas jilbabnya.Nabila berj

  • Dijatuhi Talak Karena Tak Lagi Perawan   32. Dee Pulang

    SKL 32."Nggak, Bil!" bantah Dee."Aku nggak mau pulang ke sana, mereka nggak mau terima aku lagi. Aku diusir, Bil. Kamu nggak tau gimana mama sama papa kalau udah marah, merengek pun di bawah kakinya mereka gak akan luluh." Dee kembali menggeleng dengan kuat saat Nabila memintanya untuk pulang menjemput restu orangtua.Perlahan Nabila mulai bisa berdamai dengan rasa tak terbalas dalam hatinya. Kini malah ia yang menjadi perantara hubungan Dee dan Ustadz Fatih, tentu melalui Abi dan Ummi.Keluarga Ustadz Fatih ingin datang langsung ke rumah orangtua Dee untuk melamar dan memperjelas hari dan tanggal pertunangan mereka dilakukan. Namun, Dee menolak dan tak berani pulang."Aku sudah memikirkan ini, Bil. Makanya aku nggak usah nikah aja, ribet. Nggak sanggup aku terusir untuk keduakali. Susah payah aku berdamai dengan rasa sakit, dan perlahan jadi rindu yang menyakitkan tanpa temu. Tak ada keberanianku untuk kembali ke rumah itu." Dee mengungkapkan isi hatinya."Nggak gitu, Dee. Restu o

  • Dijatuhi Talak Karena Tak Lagi Perawan   31. Ikhlas

    SKL 31."Saya calon suaminya," ucap Ustadz Fatih dengan tegas. Lalu, ia mendekat pada keduanya yang tampak seperti orang sedang bertengkar.Mendengar itu Danial menatapnya, lalu tersenyum miring meremehkan kalimat lelaki itu. Siapa dia hingga berani mengatakan seperti itu di depannya.Tak menyiakan kesempatan, Dee langsung menarik tangannya dan melepas diri dari cengkeraman tangan Danial. Gadis itu menggosok lengannya yang terasa sedikit perih.Kini Danial kembali menatap Dee, bertanya lewat tatapan mata tentang siapa lelaki dengan peci hitam di kepalanya itu."Siapa dia, Dee?" tanya Danial.Dee hanya diam tak menjawab. "Dee …," panggil Danial meminta jawaban."Dia guruku di pesantren," jawab Dee singkat. Tak perlu menjelaskan banyak hal pada Danial. Pun, Dee tak terlalu percaya diri untuk mengiyakan bahwa Ustadz Fatih adalah calon suaminya.Ia mungkin akan berterimakasih untuk jawaban Ustadz Fatih, karena dengan seperti itu Danial pasti merasa hubungan Dee dan Ustadz Fatih lebih da

  • Dijatuhi Talak Karena Tak Lagi Perawan   30. Lelaki Itu Kembali

    SKL 30.Dee menatap lama pada sosok lelaki yang terlibat dalam masa lalu kelamnya. Mendadak hatinya kembali gerimis, karena melihat wajah itu kembali mengingat dosa-dosanya.Danial.Di seberang jalan sana, lelaki itu masih terus menatap Dee. Namun ia lantas menyeberangi jalan karena Dee mulai bangkit dan ingin pergi darinya.Kali ini Danial tak boleh membiarkan Dee pergi lagi, sudah lama ia mencari keberadaan gadis itu sejak kepulangannya dari London untuk urusan bisnis bersama sang papa.Malam itu, ia berangkat tanpa memberitahu Dee yang menurutnya tidak penting dalam hidupnya. Toh, mereka hanya sebatas hubungan tanpa ikatan, dan bersatu hanya untuk membalas dendam pada sang mantan."Dee …!" panggil Danial menghentikan gadis itu."Tunggu!" teriaknya. Sempat ia mendapat makian dari beberapa pengendara motor karena menerobos jalan saat mereka sedang berkendara. Mungkin Danial sudah gi la hingga mau membahayakan nyawa sendiri demi seorang gadis.Dee terus melangkah menuju motornya, ras

  • Dijatuhi Talak Karena Tak Lagi Perawan   29. Sama-sama Merelakan

    SKL 29."Nabila udah makan, Nek?" tanya Dee saat ia keluar dari kamar dan menuju meja makan.Nenek hanya menggeleng. Sejak siang Nabila belum makan, bahkan hari ini ia tak mengajar di pesantren. Nenek sudah mencoba menasehati, dan mengajaknya untuk bercerita tentang apa yang ia rasakan saat ini. Selain itu, nenek hanya diam mengawasi membiarkan cucunya menikmati waktu untuk tenang.Dee langsung menuju kamar Nabila dan mengetuk pintu. Tak ada sahutan dari dalam sana saat ia memberi salam. Ia coba untuk membuka pintu, tapi sepertinya Nabila sengaja mengunci pintunya dari dalam."Bil … makan dulu yuk!" ajak Dee. Namun, tetap tak dihiraukan oleh Nabila."Sudah, Dee. Nanti kalau lapar dia pasti makan," ucap sang nenek.Seperti malam kemarin, saat nenek terjaga karena sesak pipis, ia melihat Nabila duduk di meja makan dan menikmati makannya. Hal itu membuat nenek urung ke kamar mandi, takut Nabila malu karena ketahuan makan diam-diam.Dee tak lagi membujuk, karena nenek juga menyuruhnya ma

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status