Share

Bab 2

Penulis: Juwita Liling
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-01 10:12:54

Tangan Kasih masih gemetar saat ini, pernikahan tiba-tiba yang dialaminya seperti mimpi. Dia tidak diberi kesempatan untuk menolak permintaan mereka dan merasa diperlakukan sangat hina. Setelah mendaftarkan pernikahan mereka, Kasih dibawa oleh Eric ke kediamannya.

Langkah kaki mereka bergema di tengah kemewahan yang membisu. Begitu melewati pintu utama, Kasih langsung disambut tatapan tajam Cintya yang duduk anggun di sofa. Mata wanita itu menelusuri tubuh Kasih dari ujung kepala hingga kaki, tajam dan menghina. Senyuman sinis merekah di bibirnya, menyiratkan permusuhan.

“Pengantin baru,” gumamnya pelan, namun cukup jelas. Nada suaranya seolah mengejek, menilai Kasih seperti menilai barang murahan yang tak pantas dipajang di etalase mewah.

Sebelum Kasih bisa menjawab, Eric menghampiri Cintya dan mengecup keningnya. Membuat Kasih berpikir, mengapa memaksanya untuk menikah jika mereka saling mencintai?

“Aku antar Kasih ke kamarnya,” bisik Cintya, suaranya tenang tapi penuh makna.

Tatapan mereka bertemu. Mata Cintya tajam, penuh superioritas yang dibungkus senyum sopan. Eric hanya mengangguk dan pergi, meninggalkan dua wanita dalam keheningan yang tegang.

“Sebagai istri kedua, setidaknya kamu pantas memiliki sebuah kamar,” ucapnya datar.

Mereka berjalan melewati lorong panjang. Di depan sebuah pintu berukir, Cintya berhenti dan membukanya. “Masuklah.”

Ruangan itu mewah, tapi terlihat seperti penjara bagi Kasih, “Semua kebutuhanmu sudah disiapkan,” lanjut Cintya.

“Terima kasih,” ucap Kasih lirih.

Cintya tersenyum kecil. “Tapi jangan pernah berharap diperlakukan istimewa hanya karena statusmu. Tugasmu di rumah ini hanya satu, mengandung dan melahirkan anak untuk Eric.”

Ia melangkah keluar, namun sebelum pintu tertutup, ia menoleh sekali lagi. “Selamat datang di rumah mewah suamiku.”

Kalimat yang diucapkan Cintya tadi membuat Kasih curiga, apa maksud perkataan wanita itu? Sampai sekarang Kasih belum tahu siapa yang menjebaknya untuk tidur dengan Eric, pikirannya kabur dan tidak ada ingatan tersisa mengenai kejadian malam tersebut.

Selain itu, Kasih masih berupaya untuk berbicara lagi dengan Eric, mencoba mendiskusikan posisinya di perusahaan. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaan itu karena masih butuh uang untuk menghidupi dirinya sendiri dan adiknya. Bagaimanapun caranya, Kasih tidak boleh dipecat. Ia sudah kehilangan banyak hal. 

***

Usai makan malam yang menguras emosi, Kasih kembali ke kamar. Tadi, Kasih harus menghadapi segala macam sindiran halus dari Cintya yang terus diarahkan padanya tanpa henti, bahkan ketika dirinya ingin kembali ke kamar. 

Kasih duduk di tepian ranjang, tatapannya kosong menatap ke depan, seolah terperangkap dalam gelap lamunannya sendiri. Ia memikirkan cara bagaimana berbicara dengan Eric yang mungkin sudah menaruh benci padanya. Pria itu pasti mengira Kasih yang menjebaknya. 

Pintu terbuka pelan. Eric yang kini mengenakan piyama tidur berdiri di ambang. Kasih langsung bangkit, jantungnya berdegup tak menentu. “Pak Eric…” suaranya tercekat, bergetar nyaris tak terdengar.

Eric melangkah masuk dengan langkah tenang, tapi sorot matanya dingin membekukan, penuh jarak yang tak mudah ditembus. Ia berdiri di dekat Kasih. “Aku ke sini hanya karena permintaan istriku,” ucapnya.

Kalimat itu meluncur tanpa emosi, namun terasa lebih tajam daripada kata-kata penuh kemarahan. Kasih terdiam, merasakan dinginnya jarak yang tak terucap.

Tanpa sepatah kata, Eric membaringkan diri di ranjang. Kasih perlahan mengikuti, membelakangi tubuhnya. Jarak mereka begitu dekat, tapi terasa begitu jauh.

Eric membuka matanya. Ia menatap punggung Kasih dengan keraguan terselubung.

 “Haruskah aku menyentuhnya?” pikirnya dalam hening, tapi tangan itu tetap diam.

Malam makin larut, mereka berbagi ranjang dalam diam. Tetapi tidak satupun dari mereka yang bisa terlelap. Kasih masih mengumpulkan keberaniannya untuk sekedar memanggil Eric, takut mengganggu tidur pria itu.

“Pak Eric?” ucap Kasih pelan.

Eric yang mendengarnya hanya bergumam sebagai jawaban. Kasih tahu bahwa jawaban seperti itu adalah pertanda Eric tidak ingin diganggu. Ia sudah bekerja sebagai sekretaris pria itu selama bertahun-tahun dan sangat hafal bagaimana tabiatnya. Jadi Kasih memilih untuk diam dan tidak melanjutkan ucapannya.

“Ada apa?” tanya Eric kemudian saat Kasih terdiam cukup lama.

Kasih mengepalkan tangannya, “Bukan aku yang menjebak Pak Eric,” jawabnya lirih. 

Eric mendengus pelan, “Lalu siapa?”

“A-aku..” Pertanyaan itu tidak bisa dijawab oleh Kasih, ia sendiri tidak tahu siapa yang menjebaknya. Ia hanya tiba-tiba terbangun di kamar pribadi pria itu tanpa busana dan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

“Aku akan mencari tahu siapa yang menjebak kita, bisakah Pak Eric memberiku waktu?” tanya Kasih.

Sebenarnya Kasih tahu, tanpa ia meminta ini, Eric sudah pasti mengerahkan bawahannya untuk mencari kebenaran malam itu. Terlebih lagi kejadiannya di kamar pribadi pria itu sendiri, akan mudah baginya untuk mengusut masalah ini. Tapi, Kasih setidaknya perlu untuk membela dirinya sendiri.

“Tidak perlu, aku sudah meminta yang lain untuk menyelidikinya,” jawab Eric singkat.

Kasih tahu itu, hanya saja dia juga perlu meminta kejelasan mengenai pekerjaannya, “Lalu bagaimana dengan pekerjaanku, pak?”

Eric terdiam sejenak sebelum menjawab, “Terserah kamu.”

Kasih membalik tubuhnya cepat, membuatnya langsung berhadapan dengan Eric, ia juga tidak tahu sejak kapan bosnya membalik badan juga. Membuat jarak di antara mereka terkikis. Kasih merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, kalimat yang akan diucapkannya tadi seperti menghilang begitu saja.

Eric bisa merasakan napas Kasih menerpa lehernya, membuatnya bergumam pelan, “Menjauh dariku,” ujarnya dengan nada rendah.

Kasih memaksa tubuhnya untuk mundur dan membelakangi Eric lagi. Memaksa dirinya terlelap dan meninggalkan Eric yang menatapnya tajam dari belakang. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dijebak Menjadi Istri Kedua CEO   Bab 94

    Di ruangan kerja Eric, Kasih duduk di kursi. Ia memandang sekeliling ruangan dengan sorot mata sendu. Ingatannya melayang pada saat suaminya masih berada di ruangan ini. Eric Begitu serius memeriksa semua berkas-berkas perusahaan, sesekali menatap layar laptop, lalu kembali menunduk meneliti dokumen di meja.Kasih menghela napas panjang. Hatinya benar-benar terluka. Jika boleh jujur, saat ini ia tak tahu harus berbuat apa. Namun, ia tak bisa tinggal diam. Pelaku yang membuat suaminya dan Bram terbaring lemah di rumah sakit harus ia temukan.Ia kembali menghembuskan napas berat. Ingatannya melayang pada saat sebelum kecelakaan itu terjadi. Keningnya berkerut ketika mengingat percakapan Eric dengan Bram melalui sambungan ponsel.“Aku yakin ada petunjuk di ponsel suamiku,” gumamnya dengan lirih.Kasih bersandar di kursi. Matanya tertuju pada pintu ruangan CEO ketika terdengar ketukan dari luar.“Masuk!” seru Kasih.Pintu pun terbuka. Masuklah Budiman, direktur perusahaan milik Eric. Pria

  • Dijebak Menjadi Istri Kedua CEO   Bab 93

    Degh! Jantung Kasih berdegup tak beraturan mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Indira. Ingatannya pun melayang jauh, kembali pada sore hari sebelum kecelakaan Eric. Saat itu, dering telepon dari Bima masih begitu jelas terngiang di telinganya. Begitu panggilan itu berakhir, Eric pun pergi tergesa, seakan ada sesuatu yang begitu penting menantinya.Kasih masih mengingat jelas bagaimana ia sempat menahan langkah suaminya.“Ada apa, Pa?” tanyanya kala itu dengan raut wajah yang dipenuhi dengan kecemasan.Eric hanya menghela napas panjang saat itu, lalu menatapnya sekilas. “Ada urusan penting yang harus Papa selesaikan, dan sekarang Papa harus kembali ke perusahaan,” ucapnya dengan nada tegas.Namun Kasih dapat merasakan ada sesuatu yang berbeda. Sorot mata suaminya seakan menyimpan kecemasan yang tak terucapkan. Telinganya yang peka bahkan sempat menangkap percakapan singkat antara Eric dan asistennya, percakapan yang terdengar samar namun cukup untuk menimbulkan rasa curiga di h

  • Dijebak Menjadi Istri Kedua CEO   Bab 92

    Waktu terasa begitu lambat bagi Kasih. Sudah satu minggu Eric tidak membuka matanya. Ia tampak tenggelam dalam buaian mimpi panjang dan enggan kembali ke dunia nyata. Tubuhnya kini terbaring lemah di kamar pasien, diselimuti suara mesin medis yang berdetak monoton.Kasih setia mendampingi suaminya, duduk diam di kursi samping ranjang. Matanya sayu, tampak letih dan kehilangan tidur. Perlahan ia menggenggam tangan Eric yang terasa dingin, suaranya lembut penuh harap ketika berbicara,"Pa, bangunlah. Jangan terus terlelap."Suara Kasih parau, getir terselip di setiap kata saat ia menahan tangis yang ingin tumpah. Dadanya terasa sesak, terhimpit oleh kecemasan dan ketakutan, sementara kesedihan melingkupi setiap sudut hatinya. Wajahnya pucat, matanya redup seolah kehilangan cahaya, dan seluruh dirinya tenggelam dalam duka yang tak bertepi.Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka kasih pun menoleh, di ambang tampak Indira masuk bersama seorang pria yang tidak asing bagi Kasih, Pak Budiman

  • Dijebak Menjadi Istri Kedua CEO   Bab 91

    Kasih duduk lemah di kursi dingin ruangan ICU, kedua matanya terpaku pada sosok Eric yang terbaring dengan berbagai selang dan alat medis melekat di tubuhnya. Wajah pria itu pucat, napasnya tersengal diiringi bunyi monoton mesin pemantau yang seakan menjadi pengingat betapa rapuh hidupnya saat ini.Air mata Kasih tak terbendung, jatuh membasahi pipinya yang pucat. Tangannya bergetar ketika menyentuh telapak tangan Eric yang terasa dingin, seolah waktu berusaha merenggut hangatnya dengan perlahan.“Pa, dengarlah suara hatiku. Bukalah matamu, aku, Nayla, Ibu, Revan dan anak kita yang berada di rahimku ini menunggumu pa,” bisiknya lirih di antara tangisnya yang tertahan.Di ruangan yang sunyi itu hanya suara mesin yang setia berdenting, menjadi saksi bisu doa seorang istri yang tengah mengandung, berperang antara harapan dan ketakutan.Kasih menundukkan wajahnya di atas tangan Eric, merelakan air matanya jatuh, seakan ingin menyatu dengan darah dan kehidupan yang masih bertahan pada pria

  • Dijebak Menjadi Istri Kedua CEO   Bab 90

    Bima menekan pedal gas lebih dalam, mobil melaju kencang di jalanan yang mulai sepi. Mobil asing berwarna gelap itu terus mengikuti di belakang, jaraknya tak kunjung menjauh. Suasana dalam mobil menjadi tegang, napas masing-masing tercekat oleh kekhawatiran.Eric menoleh ke belakang, matanya menatap lurus ke kendaraan yang menguntit mereka.“Sepertinya mobil itu memang sengaja ingin menabrak kita,” ucap Eric, suaranya terdengar datar dan tegang. Tangannya gemetar saat merogoh saku celana untuk mengambil ponsel.Tiba-tiba, dari arah depan, sebuah mobil melesat dengan kecepatan tinggi.“Brak!”Tubuh Bima tersentak, mobilnya terseret liar dan berputar di jalanan. Trotoar mendekat dengan mengerikan. “Brak!” Mobil menghantam sebuah pohon besar. Ban meletup, kaca retak, dan aroma karet terbakar mengepul di udara. Kepala Bima membentur setir, darah terasa panas di dahinya. Eric terhuyung ke dashboard, napasnya tersengal, ponsel terjatuh.Di rumahnya, Kasih yang sedang bersantai tanpa sengaj

  • Dijebak Menjadi Istri Kedua CEO   Bab 89

    Eric bergegas keluar dari mobilnya, lalu melangkah masuk ke dalam perusahaannya. Setelah menerima telepon dari Bima tadi, pria itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun langsung meluncur ke kantornya. Kepada Kasih, ia hanya sempat mengatakan bahwa ada urusan mendadak di perusahaan.Di depan pintu perusahaan, Bima sudah menunggunya dengan wajah tegang."Mengapa hal ini bisa terjadi?" tanya Eric dengan suara dingin, tatapannya tajam menusuk Bima. Langkah kakinya cepat, terus melangkah menuju lift tanpa menoleh.Bima menelan ludah. "Menurut mandor proyek, penyuplai bahan bangunan itu memberikan kualitas yang sangat jelek, sehingga bangunan tidak kokoh," jawabnya hati-hati.Eric berhenti tepat di depan lift. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal kuat hingga urat di pergelangan tangannya menonjol. "Seharusnya kamu tahu sejak awal kualitas barang yang masuk ke proyekku. Aku membayarmu untuk mengawasi semuanya, bukan hanya berdiri dan melaporkan setelah masalah besar terjadi!"Bima menundukkan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status