Share

Dijodohin Bocil
Dijodohin Bocil
Penulis: Delaza

Bab 1

Hari ini Melati mendapat pesanana karangan bunga yang cukup besar, oleh karena itu Melati harus menggunakan motor roda tiga untuk mengantarnya. Melati bersiap-siap memakai helem dan melajukan motornya dengan pelan menuju gedung yang diminta.

Sesampainya di gedung acara Melati melihat banyak selaki orang yang datang, Melati melihat banyak baner acara yang dipasang di pintu masum gedung dan lobi hotel. Melati melihat foto orang yang ada di baner dan terpesona oleh tampangnya.

"Astagah, ganteng banget nih cowok. Mau deh jodoh seganteng dia"

Setelah puas melihat lihat, Melati kemudian menurunkan karangan bunga dari motor. Akan tetapi karena cukup besar Melati merasa kesulitan, karen ketika menaikkannya tadi dia dibantu oleh karyawannya.

"Astagah beratnya ini karangan, seharusnya tadi aku mengajak Rini"

Karena kesulitan menurunkannya Melati meminta bantuan satoam yang sedang berjaga didalam tepat di depan pintu masuk.

"Permisi Pak, boleh minta bantuannya?"

"Iya, apa yang bisa saya bantu?"

"Tolong saya menurunkan karangan bunga, saya kesulitan untuk menurunkannya"

Satpam tersebut langsung bersedia membantunya, mereka kemudian membawa karangan bunga itu masuk ke dalam lobi dan memajangnya.

"Terima kasih Pak"

"Sama-sama Mbk"

Setelah semua urusan selesai Melati langsung ke motor roda tiganya dan bersiap untuk kembali ke tokonya. Ketika sedang memakai helm Melati di datangi seorang anak kecil sekitar usia lima tahun yang terengah-engah selerti sedang dikejar seseorang.

Melati kemudian turun dari motornya dan berjongkok untuk berbicara dengan anak kecil tersebut. Sebelum Melati berbicara, anak itu terlebih dahulu berbicara dengannya.

"Kakak cantik tolong aku"

"Kamu kenapa?"

"Aku mau diculik sama om-om jahat itu"

Dari kejauhan Melati melihat ada dua orang laki-laki dan perempuan yang berjalan ke arah mereka. Melati langsung menggendong anak itu dan meletakkan anak itu di depan motornya. Melati langsung membawanya dengan motor roda tiga miliknya.

Melati membawa Anak itu ke toko miliknya dengan tujuan setelah aman dia akan membawa anak itu ke kantor polisi agar dapat di serahkan ke keluarganya.

Sesampainya di toko Melati membawa anak itu masuk ke dalam toko dan meletakkannya di sofa, Melati pergi ke kulkas dan membawakan susu ke anak itu.

Rini yang melihat bosnya membawa balik anak kecil menjadi heran, "Mbk, anak siapa itu?"

"Gak tau aku Rin, tadi aku nemu di jalan"

"Kamu culik dia Mbk?"

"Enggaklah, aku bantuin dia malahan. Tadi dia mau di culik, makanya aku bawa dia kesini"

"oalah"

Setelah berbicara dengan Rini, Melati kemudian duduk dengan anak itu dan mulai bertanya tentang identitas anak itu.

"Adek namanya siapa?"

"Nama aku Rendi, kakak cantik"

"Panggil aja kakak dengan kak Melati aja, jangan kakak cantik. Kakak jadi malu kalau dipanggil begitu" Rendi hanya mengangguk mendengar perkataan Melati.

"Nanti kamu Kakak ajak ke kantor polisi ya, biar bisa ketemu sama Papa dan Mama kamu" Rendi langsung menggelengkan kepalanya, dan meminta jangan di antarkan ke kantor polisi.

"Jangan kak, aku gak mau ke kantor polisi"

"Kalau gak ke kantor polisi nanti kamu lulangnya gimana?"

"Aku inget nomer telfon Ayahku kak, aku bisa telfon Ayah"

"Wah bagus itu"

Melati kemudian mengambil HPnya dan menyerahkan ke Rendi, Rendi langsung menelfon Papanya.

"Halo yah"

"Apa? Ayah gak bisa jemput"

"oke yah"

Setelah menutup telfonnya, Rendi menyerahkan HP ke Melati.

"Kak, Ayah aku gak bisa jemput aku katanya. Baru bisa Besok sore, aku disuruh nginep dirumah kakak"

"Ayah kamu bolehin nginep di tempat kakak?"

"Iya kak"

Melati merasa heran dengan Ayah Rendi, kenapa dia bisa dengan mudahnya menyuruh anaknya untuk menginap di rumah orang yang tidak dikenal. Apa dia Ayah kandung Rendi?

"Tapi kakak pulangnya masih nanti malam, apa Rendi mau nemenin kakak kerja di toko?"

"Gak masalah kak, aku bisa nunggu kakak. Aku juga bisa bantu Kakak kerja, aku udah biasa kerja kok"

Melati langsung merasa kasihan dengan Rendi, masih kecil sudah diminta kerja oleh orang tuanya. Bahkan tidak ada rasa sedih ketika membicatakan tentang kebiasaannya membantu bekerja orang tuanya.

"Kamu duduk aja disini, gak usah bantu Kakak nanti kamu capek"

"Aku mau bantu kakak, aku gak capek kok Kak. Nanti kalau capek aku bakal berhenti"

Melati hanya mengiyakan permintaan Rendi, Melati hanya meminta Rendi duduk di kasir meunggu orang datang membeli bunga.

Bel pintu toko berdering menandakan ada pelanggan yang masuk, ada seorang remaja yang masuk ke toko. Rini dengan sigap langsung menanyai mereka ingin membeli bunga apa.

"Mbk Rini tolong buatkan buket bunga mawar merah sepuluh tangkai ya"

"Buat pacarmu Don? tunggu sebentar ya"

"Iya mbk" Jawab Doni sambil tertawa malu mendengar pertanyaan Rini.

Doni merupakan pelanggan tetap toko Melati, setiap hari minggu dia selalu membelikan pacarnya sepuluh tangkai mawar merah. Katanya sih jumlahnya melambangkan bulan mereka jadian dan jenis bungannya melambangkan cinta dan kasih sayang.

"Kakak mau ngasih bunga ke pacarnya ya"

"Hush, anak kecil mana tau urusan orang dewasa"

"Aku taulah, pacaran itu seperti hubungan Ayah dan Bunda kan?"

Doni hanya tertawa mendengar jawaban Rendi dan mengelus kepala Rendi, "Iya iya, terserah kamu menafsirkannya"

Rendi tertawa senang mendengar pernyataan Doni, karena dia merasa pintar sudah menjawab pertanyaan Doni dengan benar.

"Kakak, belum pernah melihat kamu disini. Kamu Anaknya Kak Melati?"

"Iya, aku Anaknya Bunda Melati"

Doni bingung mendengar jawaban Rini, setaunya Kak Melati belum pernah menikah. Boro- Boro menikah, pacar aja gak punya. Melati yang baru keluar dari belakang mendengar percakapan mereka dan tertawa melihat jawah Doni yang kebingungan.

"Jangan dengerin omongan anak kecil, ini bukan anakku"

"Oh, ngagetin aja anak ini. Setaukukan Kak Melati Jomblo sejak orok, mana mungkin sudah punya anak segede ini"

Melati langsung memukul Doni karena mengejeknya jomblok sejak orok, "Jangan ngejek ya kamu, nanti balik ke kamu bariu tau rasa"

Doni reflek menutupi kepalanya agar tidak kena pukulan Melati, "Ampun kak aku cuma bercanda, jangan sampek aku putus sama Putri"

Tak lama Rini selesai membuat pesanan Doni dan memberikannya. Setelah mendapat pesanannya Doni langsung membayar dan pergi untuk menemui pacarnha.

Setelah Doni pergi Melati mencoba untuk menasehati Rendi agar tidak suka berbohong, "Rendi, gak boleh loh bohong kayak tadi. Kalau sering bohong nanti hidungnya jadi panjang"

"Iya Kak, maaf. Tapi siapa tau jadi kenyataan, kan omongan adalah doa"

Melati hanya tertawa mendengar pernyataan Rendi, Rini yang penasara bertanya ke Melati soal apa yang sudah Rendi lakukan, "Memang Rendi tadi bohong soal apa Mbk?"

"Dia bohong kalau aku itu Bundanya ke Doni" Rini hanya tertawa ngakak mendengarnya.

"Mana mungkin Kak Melati sudah punya anak sebesar ini"

.............

Di sebuah kantor ada beberapa orang yang sedang berkumpul, terlihat bahwa orang yang berdiri di depan semua orang sedang marah kepada orang - orang yang ada di depannya.

"Kalian itu tidak becus dalam mengurus seorang anak saja, percuma saya menggaji kalian dengan mahal"

"Maafkan kami Bos, kami tidak mengira kalau Bos kecil akan dibawa kabur oleh seorang wanita" ucap seorang wanita.

"Iya pak, padahal sudah kami teriki tapi dia tetap membawa tuan kecil pergi" lanjut seorang pria yang berdiri di samping wanita yang berbicara tadi.

"Saya tidak peduli, pokoknya kalian harus menemukan anak saya. Kalau sampai tidak ketemu akan saya pecat kalian berdua"

"Baik Pak" ucap mereka dengan ketakutan dan rasa bersalah karena merasa sudah lalai terhadap tanggung jawab.

merek semua langsung pergi keluar kantor untuk kembali mencari Tuan kecil mereka. Pria yang sesang marah itu langsung mengebrak meja seteleh tidak ada orang.

"Sialan, siapa yang sudah berani - baraninnya menculik anakku"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status