Share

Pertemuan Ketiga Yang Menarik.

Aulia masuk kekelasnya dengan muka kusut. Melihat itu, Rani mendekatinya dan bertanya,

"Kenapa dengan mukamu?" tanyanya "Seperti baru bertemu setan saja!" ujar Rani lagi.

"Iya, memang baru bertemu setan. Setan tampan tepatnya" jawab Aulia ketus.

"Wah ..., setan mana itu yang tampan. Kalau bertemu denganku aku tidak akan lari, akan aku dekap terus sampai di bawa di pulang" kata Rani bergurau.

"Berisik! Pergi sana!" ujar Aulia ketus.

Rani hanya menggelengkan kepala. Tidak biasa temannya yang satu itu bersikap seperti ini. Mungkin karena pengaruh neneknya yang dirawat di rumah sakit.

* * *

Jam pelajaran kedua pun tiba. Semua orang berlarian ke arah aula untuk mengikuti bimbingan dari seorang pimpinan perusahaan besar. Dari kabar yang didengar, siswa yang terpilih akan diterima di perusahaannya. Itulah mengapa Aulia begitu bersemangat. Ia ingin mendapatkan gaji yang lumayan agar bisa memberikan kehidupan yang layak bagi neneknya yang sudah merawat ia sedari kecil.

Aulia ikut berlari untuk mendapatkan kursi paling depan agar bisa menyimak semua yang diberikan oleh pengusaha tersebut. Dan ia pun berhasil mendapatkan kursi paling depan.

Setelah merapikan diri dan mengatur nafasnya yang tersengal akibat berlari, Aulia duduk dengan tenang menunggu kehadiran Pengusaha terkenal itu.

Tak lama, dosen pembimbing memasuki aula. Ia berjalan dengan tenang membawa seorang pria dibelakangnya. Pria yang membuat kedua bola mata Aulia membulat sempurna.

"Dia ..., kenapa dia ada di sini? Jangan katakan kalau dia adalah pengusaha itu?" gumam Aulia berusaha menutupi wajahnya agar tidak terlihat oleh orang yang ia maksud saat ini.

"Siang anak-anak, kenalkan ini Pak Ganendra Bamantara. CEO dari perusahaan Golden Grup yang bergerak diberbagai bidang, namun pusatnya adalah batubara. Hari ini beliau akan memberikan bimbingan pada kalian semua. Dan di akhir acara akan diadakan tanya jawab, bagi siapa yang beruntung maka ia akan terpilih untuk magang di perusahaannya. Jadi, semangat untuk kalian semua!" kata Dosen pembimbing itu.

Aulia merasakan lemah di sekujur tubuhnya ketika apa yang ia pikirkan benar-benar terjadi. Semangat yang tadinya menggebu kini sudah tidak ada lagi mengingat pertemuan mereka yang tidak berjalan dengan baik.

Sementara di atas podium, Ganendra sudah melihat Aulia dari saat pertama kali ia memasuki aula itu. Ia hanya tersenyum kecil terlebih ketika melihat wajah Aulia yang begitu terkejut dengan kehadirannya di aula tersebut. Niat jahil pun terbesit dibenaknya untuk memberikan Aulia pelajaran.

Mula-mula, Ganendra menjelaskan semua tentang pekerjaannya. Bagaimana cara pengelolaan batubara, pembuangan limbah dan batubara yang akan diproduksi. Ganendra menjelaskan tentang semuanya dan semua orang mendengarkan dengan seksama.

"Proses pengolahan batubara dilakukan melalui beberapa tahap yaitu preparasi, konsentrasi dan dewatering. Hasil pengolahan batubara yang sudah hilang pengotornya untuk selanjutnya digunakan sebagai sumber energi" ujar Ganendra menerangkan dengan detail.

"Pengelolaan limbah B3 dilaksanakan berdasarkan Persetujuan Teknis (Pertek) dan dilengkapi dengan Surat Layak Operasional (SLO), dan pengelolaan limbah nonB3 persyaratan dan standar pengelolaannya tercantum dalam persetujuan dokumen lingkungan" tambah Ganendra dan semuanya masih tetap menyimak dengan seksama.

Hingga tiba pada sesi tanya jawab yang telah dijanjikan. Ganendra memberikan kesempatan bagi semua orang untuk bertanya, termasuk pula Aulia. Namun Aulia ragu untuk bertanya takut kalau-kalau Ganendra akan membahas tentang pertemuan tak sengaja mereka yang memalukan. Tapi karena ia butuh pekerjaan itu. Ia pun mengesampingkan egonya dan mulai mengangkat tangan untuk bertanya.

Hal yang di tunggu-tunggu Ganendra akhirnya terwujud. Inilah kesempatan dirinya untuk membuat Aulia malu dan salah tingkah saat berhadapan dengannya. Saat hal itu terjadi, ia akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengungkit pertemuan mereka berdua tadi pagi.

"Ya, anda Silahkan, apa yang ingin kau tanyakan?!" ujar Ganendra langsung menatap ke dalam mata Aulia.

Dan benar saja, Aulia salah tingkah dengan tatapan Ganendra padanya. Terlebih dengan senyuman tipis yang terkesan mengejeknya saat ini.

"Saya Aulia Putri Prahardja, Saya ingin bertanya tentang sehubungan dengan rencana perusahaan anda untuk melakukan kegiatan produksi sampai dengan empat juta ton, apakah perusahaan optimis bisa mencapai target yang telah ditetapkan tersebut? Apakah perusahaan sudah memiliki pangsa pasar untuk penjualan produksi batubara perusahaan?" tanya Aulia dengan lantang meski kata-katanya sedikit bergetar.

Ganendra tersenyum mendengarnya. "Aku terlalu meremehkan anak ini" batin Ganendra.

"Pertanyaan yang bagus, Siapa namamu tadi?" tanya Ganendra yang sudah berjalan mendekat pada Aulia.

"A-Aulia" jawab Aulia gagap.

"Sepertinya pertemuan ketiga kita tidak seburuk pertemuan pertama dan kedua, Aulia!" kata Ganendra berhasil membuat semua orang di aula itu bertanya dengan berbisik-bisik.

Aulia tidak percaya bahwa Ganendra akan mengatakan hal tersebut. Ia tidak tahu bagaimana harus menanggapi pernyataan Ganendra itu. Alhasil, ia hanya berdiri kaku dengan mata menatap tajam pada Ganendra.

"Baiklah, Aulia. Saya akan menjawab pertanyaanmu" kata Ganendra pada Aulia.

Ganendra kembali ketempatnya dan mulai menjawab pertanyaan Aulia.

"Perusahaan kami ditunjang dengan infrastruktur yang ada, dan dengan didukung oleh manajemen yang tangguh, perusahaan optimis bisa mencapai produksi sampai dengan empat juta ton atau sesuai dengan yang telah direncanakan. Dan dengan pertimbangan kualitas batubara yang dimiliki perusahaan kami dengan kalori menengah, dengan kadar abu yang rendah dan kadar sulfur yang rendah, batubara perusahaan masih dicari dan digemari oleh pasar, jadi perusahaan optimis mampu menjual produksi batubara yang telah direncanakan" jawab Ganendra yang berakhir dengan memandang pada Aulia.

"Apa ada lagi?" tanya Ganendra.

Aulia menggeleng. Ia tersenyum canggung dan kembali duduk dengan tenang walau sebenarnya hatinya saat ini sedang berdetak dengan sangat kencang.

Ganendra kembali mendengarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman Aulia lainnya. Sementara Aulia hanya mendengar sambil berharap bahwa Ganendra tidak lagi akan mengungkit-ungkit pertemuan mereka.

Acara pun selesai. Semua mahasiswa dan mahasiswi kembali ke kelas mereka. Ada pula yang melarikan diri ke kantin hanya sekedar untuk mengisi perut sambil bercanda dengan teman-teman mereka yang lainnya.

Aulia memilih kembali ke kelas karena ingin menelpon neneknya. Ia ingin tahu bagaimana keadaan neneknya yang sudah berjam-jam ia tinggalkan meski sebenarnya ada perawat yang menjaganya. Sebelum tiba di kelasnya, Aulia kembali bertemu dengan Ganendra di tengah jalan.

Aulia serba salah, apakah ia harus berbalik arah untuk menghindari Ganendra ataukah tetap melangkah dan mengabaikan Ganendra yang semakin mendekat padanya dengan Dosen pembimbing disisinya.

Aulia memilih berbalik arah karena merasa bahwa mengabaikan orang yang lebih tua itu tidak sopan. Tapi lagi-lagi, belum sempat Aulia melakukan itu Ganendra sudah memanggilnya.

"Nona Aulia!" panggil Ganendra dengan suara yang cukup keras.

Dengan terpaksa Aulia membalikkan tubuhnya untuk menjawab panggilan Ganendra.

"Iya, Pak. Ada apa?" tanya Aulia mencoba untuk tersenyum.

"Pak, dia yang tadi saya bicarakan" kata Ganendra bicara pada Dosen pembimbing Aulia.

"What? Dia mengabaikanku? Lalu untuk apa dia memanggilku tadi?" tanya Aulia menggerutu dalam hati.

"Kalau begitu nanti akan saya urus dan saya sampaikan secara rinci" jawab Dosen pembimbing itu pada Ganendra.

"Aulia, nanti kau keruangan Bapak!" titah Dosen pembimbing Aulia padanya.

"Baik, Pak" jawab Aulia yang bingung namun tetap menurut.

Dosen pembimbing Aulia pun berlalu, meninggalkan Aulia dan Ganendra yang masih berdiri mengundang perhatian banyak orang terutama kaum wanita.

"Selamat, setelah ini kita akan sering bertemu" kata Ganendra tiba-tiba dan membuat Aulia terlihat bingung dengan kata-katanya. Belum sempat Aulia bertanya, Ganendra sudah meninggalkannya.

"Hei, apa tidak bisa pergi setelah orang selesai bicara?" kesal Aulia tanpa sadar meneriaki Ganendra. Dan hal itu kembali mengundang perhatian semua orang terlebih saat Ganendra berbalik dan mengedipkan matanya pada Aulia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status