Share

Bab 2. Cowok kulkas

Author: Elfariani
last update Last Updated: 2023-12-05 17:10:31

Adalah Damian Aditya, putra dari Bu Sulis, teman dari Bu Hani, ibunya Asha. Ia juga senasib dengan Asha, kerap mendapat pertanyaan dari mamanya, kapan ia akan mengenalkan calon pasangannya.

"Damian!" panggil Bu Sulis pada anak laki-lakinya.

Damian mendekat, dan bertanya "Ada apa, Ma?"

"Damian, kamu tau kan kalau Mama ingin kamu untuk segera menikah? Jadi, kapan kamu mau kenalin calon istri kamu ke Mama, hm?"

Damian merasa jengah, jangankan calon istri, teman wanita yang dekat saja ia tak punya. Wajahnya memang tampan, hanya saja Damian begitu kaku kalau berurusan dengan wanita.

Bukan cuma sekali dua kali mamanya menanyakan hal ini, bahkan sebelumnya, ia pernah dikenalkan dengan seorang gadis, hanya saja Damian tak suka dengan gadis itu yang ternyata hanya mengincar hartanya saja.

"Kenapa kamu diam? Baiklah, nanti Mama akan kenalkan kamu dengan anak teman Mama!"

Damian tak bisa menolak, ia tau kalau menolak keinginan Mama, pasti mamanya akan ceramah panjang dan lebar.

"Terserah Mama saja." Damian menjawab lalu ia pergi ke kamarnya.

'Lagi pula hanya dikenalkan saja bukan? Masalah terima atau tidak, lihat saja nanti.'

Bu Hani mengatur rencana untuk menjodohkan Asha dengan anak teman arisannya. Bu Hani juga sudah menghubungi teman lamanya, dan menanyakan apakah anak laki-lakinya masih sendiri, atau sudah menikah.

Dan ternyata anak teman arisannya tersebut juga belum menikah. Sungguh suatu kebetulan sekali bagi Bu Hani yang ingin sekali menjodohkan keduanya, segera ia pun menghubungi Sulis, teman arisannya itu lewat telepon.

(Jeng gimana kalau kita ngobrol langsung saja biar lebih enak, kita ketemuan aja di tempat makan.)

(Oke deh, mau ketemu dimana?)

(Nanti aku share lock ya jeng tempatnya)

Mereka pun janjian bertemu di sebuah kafe untuk ngobrol, dan sekalian makan siang di sana. Setelah itu, Bu Hani pun bersiap-siap untuk pergi. Namun sebelumnya, ia mengajak serta Asha untuk ikut, sekalian ia kenalkan dengan teman lamanya dan juga anak laki-lakinya.

"Asha!" panggil Bu Hani pada putri sulungnya itu. Namun, tak ada jawaban dari Asha. "Kemana anak itu?"

Sementara itu di kamarnya, Asha seperti biasa sedang beberes kamar sambil menyanyi dan sesekali nge-dance dengan lagu idolanya. Karena ia memakai headset, ia tak mendengar kalau Ibunya memanggil sedari tadi. Ia asyik mendengarkan lagu dari boyband Korea favoritnya.

"Kemana sih nih anak? Dipanggil dari tadi kok nggak jawab sih?" Lalu Bu Hani memeriksa ke kamar putri sulungnya itu. Dan, benar saja. Asha sedang asyik berjoged sambil nyanyi dengan suara yang amat sangat tidak enak sekali didengarkan. Bagaimana mau enak, sedangkan walau tak hafal dengan lirik lagunya, Asha tetap saja bernyanyi entah memakai bahasa apa.

"Astaga, ini anak dari tadi dipanggil nggak jawab. Rupanya lagi konser di kamar, pantas saja tak dengar, kupingnya aja disumpal pakai headset," ucap Bu Hani lalu menghampiri Asha yang masih asyik menyanyi, sepertinya tak menyadari kedatangan ibunya di kamar ini. Bu Hani lalu menepuk bahu Asha.

"Eh kok kayak ada yang nepuk sih? Ah apa cuma perasaan aku aja kali ya," ucap Asha lalu ia lanjut nyanyi dengan suara yang fals. Lalu sekali lagi Bu Hani menepuk bahu Asha, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

"Aww!!" pekik Asha. "Ibu! Ih Ibu apa-apaan deh, sakit tau," protes Asha, lalu ia menghampiri Ibunya.

"Lagian kamu dari tadi Ibu panggil nggak jawab sih!" ucap Bu Hani.

"Hah? Apa Bu? Ibu ngomong apa sih? Aku nggak dengar?"

Bu Hani pun memberikan kode agar Asha melepas headset yang dipakai oleh Asha. "Lepas dulu itu yang ada di kuping kamu!" kata Bu Hani.

"Oh iya Bu hehe, ada apa sih Bu?" Ucap Asha, kini ia sudah melepas headset yang ia kenakan tadi.

"Siap-siap sekarang, ikut Ibu pergi!" Titah sang Ibu yang menyuruhnya untuk bersiap-siap. "Dandan yang cantik, Ibu tunggu di depan!" Kembali Bu Hani memberikan perintah.

"Tapi mau kemana, Bu? Kenapa harus dandan? Kan Ibu tau sendiri aku nggak pernah dandan, udah lah kayak gini aja deh, yuk sekarang cap cus," sahut Asha yang memang cenderung cuek terhadap penampilan.

Berbeda dengan kebanyakan teman ceweknya yang berpenampilan modis dan girly, ia malah lebih nyaman dengan penampilan kasual. Celana jeans, kaos serta hoddie adalah yang paling sering ia pakai. Bahkan ia tak pernah memakai make up diwajahnya.

"Aish, ini anak ya benar-benar. Ganti bajumu dengan yang lebih anggun! Kita mau makan siang bareng teman lama Ibu. Kalau kamu nggak punya dress, ya pinjam punya Lisa saja!" ucap Bu Hani.

Ia baru ingat kalau putri sulungnya memang kurang suka memakai dress dan sebagainya. Kalau ia mengajak Asha dengan penampilan seperti ini, takutnya nanti anak dari temannya itu merasa ilfeel dengan penampilan Asha.

'Hah? Ibu kenapa sih? Cuma makan siang aja harus dandan dan pakai dress? Habis makan apa ya Ibu? Aneh deh,' gumam Asha yang masih bengong di kamarnya.

Lalu, Bu Hani pun kembali lagi ke kamar putri sulungnya itu, dengan membawa dress milik Lisa, dan ia juga membawa perlengkapan make up. Bu Hani akan mendandani Asha agar terlihat cantik nanti. Ia juga heran, kenapa putri sulungnya itu tidak suka memakai make up, padahal kebanyakan anak perempuan suka sekali memakai benda itu.

"Nih pakai dress punya adikmu, cepat dipakai! Habis itu Ibu mau make up kamu!" titah sang Ibu yang artinya adalah wajib.

Dengan langkah gontai, Asha berganti pakaian dengan dress. Setelah itu, ia pun dimake up oleh Ibu. Hal yang bahkan tak pernah ia lakukan sebelumnya, karena memang ia tak punya alat make up juga ia tak bisa memakai make up.

"Aduh Bu jangan terlalu tebal dong! Aku nggak mau muka aku mirip ondel-ondel nantinya," protes Asha yang baru saja mulai make up.

"Udah kamu diam aja deh, nurut sama Ibu!" ucap Bu Hani dengan sedikit kesal.

Akhirnya Asha pun pasrah. Kalau urusan make up memang Ibu lumayan jago. Dan untung saja Asha tidak dipakaikan lipstik warna merah, ia memakai lipstik warna nude dan make up yang natural namun terlihat fresh.

"Nah sudah selesai. Kalau begini kan jadi cantik anak Ibu," puji Bu Hani, setelah dipakaikan make up, wajah Asha terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya.

"Aduh Bu, sebenarnya Ibu ini mau ajak aku kemana sih? Pakai kayak gini segala. Aku tuh malu Bu, nggak biasa pakai make up begini. Apa lagi ini, iyuh bajunya itu nggak banget deh, Bu. Aku lepas dan hapus aja ya Bu," rengek Asha yang merasa tidak percaya diri dengan penampilannya saat ini.

"Sudah jangan banyak protes deh! Kamu nurut saja sama Ibu. Udah ayo kita berangkat, Ibu mau pesan taksi online dulu. Jangan sampai teman ibu kelamaan menunggu," ucap Bu Hani.

Sengaja Bu Hani belum mengatakan kalau Asha akan diajak makan siang, akan tetapi Bu Hani tidak mengatakan kalau acara itu sekalian perkenalan dengan anak teman lamanya yang sama-sama masih jomblo. Karena terlalu sibuk bekerja dan belum punya pacar, sedangkan umurnya sudah pas untuk menikah, sama seperti Asha.

Ponsel milik Asha berbunyi dan terlihat sebuah notifikasi. Segera Asha memeriksa ponsel miliknya itu.

"Bu, makan siangnya lain kali aja ya? Plis." Asha berucap sambil tangannya seolah memohon. "Tiba-tiba aku ada acara penting," sambungnya, berharap Ibu bisa mengerti dan memperbolehkannya untuk tidak jadi ikut.

"Acara penting apa? Nggak bisa!" lanjut, Ibu berbicara lagi "Kita sudah ditunggu sama teman Ibu, lagi pula acara penting apa? Bukannya kamu sehari-hari lebih sering di rumah saja sambil nyanyi dan joget yang nggak jelas?"

Ibu tak akan mengerti kalau bunyi ponselnya tadi adalah pemberitahuan kalau idola Asha akan melakukan live sebentar lagi untuk menyapa para penggemar. Asha sudah lama menunggu idolanya melakukan live streaming, tapi begitu momen yang ditunggu olehnya datang, Ibu malah mengacaukan dengan tetap memaksanya untuk ikut makan siang dengannya. Sungguh hati Asha saat ini dilema sekali, antara melawan ibunya dan membujuk agar tak jadi ikut dengan resiko Ibu akan marah, atau ikut dengan Ibu tapi tak menonton siaran live sang idola.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dijodohkan Dengan Pria Dingin   Bab 45. Si Dingin yang Bisa Juga Peka

    Asha terbangun, ia sedikit kesiangan. Rupanya meskipun tidur di atas sofa nyatanya ia bisa tidur nyenyak. "Hoahm! " Asha menguap berkali-kali sembari mengerjapkan matanya, mengumpulkan separuh nyawanya dan kesadarannya. Ia melihat ke sekeliling, ternyata ia masih di sini. Ya, bulan madu yang kata orang adalah momen yang sangat intim dan juga romantis bagi pasangan lain, namun tidak dengan dirinya. "Rupanya aku mimpi, hihi! " gumam Asha. Ia lantas menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Loh kok, perasaan aku semalam tidur nggak pakai selimut." Lalu Asha kembali tersadar jika bukan hanya selimut saja, namun ia juga menemukan bantal. Asha ingat betul jika semalam ia tidur meringkuk di sofa ini, namun pagi ini ia bangun sudah ada kedua benda itu. "Pantas saja tidurku lumayan nyaman, apa cowok dingin itu yang melakukannya? " Tanpa disadari bibir Asha tersenyum. Rupanya meskipun terlihat cuek dan dingin, nyatanya Damian peduli kepadanya. Asha melangkahkan kakinya, ingin melihat ap

  • Dijodohkan Dengan Pria Dingin   Bab 44. Asha si Cegil

    Sengaja Damian meletakkan kakinya di atas kaki Asha, membuat gadis itu merasa sedikit terusik. 'Pasti sebentar lagi dia akan berpikir yang macam-macam, lalu keluar dengan sendirinya!'Asha juga berkata dalam hatinya 'Mau mengusirku secara halus rupanya, hh liat saja nanti!'Akan tetapi Asha dengan santainya membalas perlakuan Damian dengan meletakkan tangannya di atas dada lelaki itu. Rupanya kali ini Asha tak mau menyerah begitu saja, ia merasa punya hak yang sama untuk bisa tidur di kamar yang nyaman. Begitu pun dengan Damian, ia memiringkan tubuh dan meletakan tangannya seolah akan memeluk Asha dan dibalas oleh Asha yang meletakan kakinya di atas kaki Damian. 'Tak mau mengalah rupanya, ok kali ini kita lihat siapa yang akan menang kali ini!'Damian mendekatkan wajahnya, ia paham betul dengan kebiasaan gadis aneh di hadapannya ini. Ia suka sekali membayangkan yang tidak-tidak, apa lagi saat ini Damian sengaja mendekatkan wajahnya seolah-olah ia akan mencium gadis itu. Namun rupan

  • Dijodohkan Dengan Pria Dingin   Bab 43. Satu Kamar

    Rupanya, Damian serius dengan apa yang diucapkannya. Ia benar-benar tega menyuruh Asha untuk tidur di sofa, sedangkan ia sendiri tidur di kamar dengan AC dan juga kasur yang empuk. "Bulan madu macam apa ini? Seenaknya saja mau menang sendiri. Harusnya dia sebagai cowok yang tidur di sofa, bukan aku!" Meski begitu, Asha mencoba untuk bisa tidur meski tempat tidur yang ia gunakan sangat tidak nyaman. Namun, sekuat apa pun ia berusaha untuk tidur, matanya tidak bisa terpejam. "Bisa-bisanya dia tidur di kamar dan kasur yang empuk tapi menyuruhku untuk tidur di sini! Bisa pegal-pegal badanku!"Tak tahan lagi, Asha akhirnya memutuskan untuk masuk kamar. Terserah jika ia harus ribut lagi dengan Damian, ia hanya ingin tidur nyenyak malam ini. Pokoknya untuk kali ini, Asha tak mau mengalah. Pintu kamar dibuka oleh Asha, membuat Damian merasa terkejut. Apa lagi Damian saat ini sedang bertelanjang dada, ia tak menyangka jika Asha akan masuk ke kamar. Lucunya meski status mereka berdua sudah

  • Dijodohkan Dengan Pria Dingin   Bab 42. Ciuman Pertama

    "Apa? Yang nyosor duluan siapa? Bukannya kau? Ish cewek aneh!""Ja- jadi....."Asha baru ingat jika tadi ia memang sedang bermimpi, beradegan romantis namun rasanya seperti nyata dan ternyata ia lah yang mencium Damian terlebih dahulu. Kini setelah ia ingat, Asha terdiam. Ia jadi malu sendiri, apa lagi tadi ia sempat menyalahkan Damian. "Kalau mau marah-marah nggak usah dorong-dorong!"'Jadi yang tadi itu.... Ah kenapa sih aku bisa-bisanya melakukan hal itu. Ciuman pertama ku kenapa harus dengan cowok alien itu sih!'Setelah insiden itu, keduanya jadi nampak canggung. Asha mengira jika Damian marah, bagaimana tidak? Sudah dua kali ia membuat cowok itu harus terguling dari tempat tidur akibat gerakan reflek yang ia lakukan. Begitu pula dengan Damian, ia justru merasa aneh jika gadis yang sekarang menjadi istrinya itu terlihat diam saja. Rupanya ia lebih menyukai jika Asha banyak berbicara daripada harus terdiam seperti ini. "Aku lapar, bisa kah kau membelikan makanan?""Apa? " sah

  • Dijodohkan Dengan Pria Dingin   Bab 41. Satu Ranjang

    Rupanya Mama benar-benar sudah mempersiapkan semuanya, sampai tempat mereka menginap pun sudah siap. Damian berjalan tanpa mempedulikan Asha di belakangnya. "Hey, tunggu!! Ah bisa-bisanya makhluk itu tak membantuku sama sekali!"Menyadari Asha tak ada di belakangnya, Damian kembali untuk menyusul istrinya itu. Dia yang selalu sat set harus dipasangkan dengan Asha yang suka lelet dan suka mager. "Kebiasaan banget suka ninggalin, kalau aku hilang gimana?" omel Asha pada suaminya. Damian tak menyahut, mode kulkas nya sedang on. Ia hanya membawakan barang-barang yang dibawa oleh sang istri. Kini, mereka berdua sedang berada dalam perjalanan menuju villa tempat mereka menginap. Asha merasa takjub sekali dengan tempat ini, asri dan terlihat begitu nyaman. Akan tetapi, mimpi buruknya adalah kamar yang ada hanya satu saja. Itu pun sudah dihias sedemikian rupa, khas sekali untuk pasangan yang berbulan madu. Taburan bunga mawar di atas ranjang dan ucapan untuk pasangan aneh ini. Rasanya b

  • Dijodohkan Dengan Pria Dingin   Bab 40. Sampai

    Singkatnya, hari itu pun tiba. Bahkan dengan semangat nya Mama, Papa serta orang tua Asha sampai mengantarkan mereka ke Bandara. Ibu bahkan membawakan makanan untuk bekal mereka selama di perjalanan. "Aduh Ibu malu-maluin aja deh pakai bawain kayak gini, aku itu mau naik pesawat Bu, bukannya mau piknik. Ini malah Ibu bawain semur jengkol pula!" protes Asha pada Ibunya. "Ya nggak apa-apa dong, biar irit tau! Kan di sana harga makanan pasti lebih mahal, udah bawa aja. Nggak menghargai banget ya, Ibu sudah bela-belain bangun pagi-pagi buat masakin ini semua!""Ya nggak pakai rantang juga kali, Bu!" Mau tak mau, Asha membawa makanan itu karena Ibunya malah mengomel. Ini adalah pengalaman pertama bagi Asha, bepergian jauh dengan naik pesawat. Dulu, sewaktu kecil ia sering kali berandai-andai ingin naik pesawat dan bisa keliling dunia. "Kalian hati-hati ya! Jaga Asha dengan baik, jaga menantu kesayangan Mama!"Meskipun Damian kerap bersikap dingin dan menyebalkan, namun Mama sangat meny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status