Share

Bab 2. Cowok kulkas

Adalah Damian Aditya, putra dari Bu Sulis, teman dari Bu Hani, ibunya Asha. Ia juga senasib dengan Asha, kerap mendapat pertanyaan dari mamanya, kapan ia akan mengenalkan calon pasangannya.

"Damian!" panggil Bu Sulis pada anak laki-lakinya.

Damian mendekat, dan bertanya "Ada apa, Ma?"

"Damian, kamu tau kan kalau Mama ingin kamu untuk segera menikah? Jadi, kapan kamu mau kenalin calon istri kamu ke Mama, hm?"

Damian merasa jengah, jangankan calon istri, teman wanita yang dekat saja ia tak punya. Wajahnya memang tampan, hanya saja Damian begitu kaku kalau berurusan dengan wanita.

Bukan cuma sekali dua kali mamanya menanyakan hal ini, bahkan sebelumnya, ia pernah dikenalkan dengan seorang gadis, hanya saja Damian tak suka dengan gadis itu yang ternyata hanya mengincar hartanya saja.

"Kenapa kamu diam? Baiklah, nanti Mama akan kenalkan kamu dengan anak teman Mama!"

Damian tak bisa menolak, ia tau kalau menolak keinginan Mama, pasti mamanya akan ceramah panjang dan lebar.

"Terserah Mama saja." Damian menjawab lalu ia pergi ke kamarnya.

'Lagi pula hanya dikenalkan saja bukan? Masalah terima atau tidak, lihat saja nanti.'

Bu Hani mengatur rencana untuk menjodohkan Asha dengan anak teman arisannya. Bu Hani juga sudah menghubungi teman lamanya, dan menanyakan apakah anak laki-lakinya masih sendiri, atau sudah menikah.

Dan ternyata anak teman arisannya tersebut juga belum menikah. Sungguh suatu kebetulan sekali bagi Bu Hani yang ingin sekali menjodohkan keduanya, segera ia pun menghubungi Sulis, teman arisannya itu lewat telepon.

(Jeng gimana kalau kita ngobrol langsung saja biar lebih enak, kita ketemuan aja di tempat makan.)

(Oke deh, mau ketemu dimana?)

(Nanti aku share lock ya jeng tempatnya)

Mereka pun janjian bertemu di sebuah kafe untuk ngobrol, dan sekalian makan siang di sana. Setelah itu, Bu Hani pun bersiap-siap untuk pergi. Namun sebelumnya, ia mengajak serta Asha untuk ikut, sekalian ia kenalkan dengan teman lamanya dan juga anak laki-lakinya.

"Asha!" panggil Bu Hani pada putri sulungnya itu. Namun, tak ada jawaban dari Asha. "Kemana anak itu?"

Sementara itu di kamarnya, Asha seperti biasa sedang beberes kamar sambil menyanyi dan sesekali nge-dance dengan lagu idolanya. Karena ia memakai headset, ia tak mendengar kalau Ibunya memanggil sedari tadi. Ia asyik mendengarkan lagu dari boyband Korea favoritnya.

"Kemana sih nih anak? Dipanggil dari tadi kok nggak jawab sih?" Lalu Bu Hani memeriksa ke kamar putri sulungnya itu. Dan, benar saja. Asha sedang asyik berjoged sambil nyanyi dengan suara yang amat sangat tidak enak sekali didengarkan. Bagaimana mau enak, sedangkan walau tak hafal dengan lirik lagunya, Asha tetap saja bernyanyi entah memakai bahasa apa.

"Astaga, ini anak dari tadi dipanggil nggak jawab. Rupanya lagi konser di kamar, pantas saja tak dengar, kupingnya aja disumpal pakai headset," ucap Bu Hani lalu menghampiri Asha yang masih asyik menyanyi, sepertinya tak menyadari kedatangan ibunya di kamar ini. Bu Hani lalu menepuk bahu Asha.

"Eh kok kayak ada yang nepuk sih? Ah apa cuma perasaan aku aja kali ya," ucap Asha lalu ia lanjut nyanyi dengan suara yang fals. Lalu sekali lagi Bu Hani menepuk bahu Asha, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

"Aww!!" pekik Asha. "Ibu! Ih Ibu apa-apaan deh, sakit tau," protes Asha, lalu ia menghampiri Ibunya.

"Lagian kamu dari tadi Ibu panggil nggak jawab sih!" ucap Bu Hani.

"Hah? Apa Bu? Ibu ngomong apa sih? Aku nggak dengar?"

Bu Hani pun memberikan kode agar Asha melepas headset yang dipakai oleh Asha. "Lepas dulu itu yang ada di kuping kamu!" kata Bu Hani.

"Oh iya Bu hehe, ada apa sih Bu?" Ucap Asha, kini ia sudah melepas headset yang ia kenakan tadi.

"Siap-siap sekarang, ikut Ibu pergi!" Titah sang Ibu yang menyuruhnya untuk bersiap-siap. "Dandan yang cantik, Ibu tunggu di depan!" Kembali Bu Hani memberikan perintah.

"Tapi mau kemana, Bu? Kenapa harus dandan? Kan Ibu tau sendiri aku nggak pernah dandan, udah lah kayak gini aja deh, yuk sekarang cap cus," sahut Asha yang memang cenderung cuek terhadap penampilan.

Berbeda dengan kebanyakan teman ceweknya yang berpenampilan modis dan girly, ia malah lebih nyaman dengan penampilan kasual. Celana jeans, kaos serta hoddie adalah yang paling sering ia pakai. Bahkan ia tak pernah memakai make up diwajahnya.

"Aish, ini anak ya benar-benar. Ganti bajumu dengan yang lebih anggun! Kita mau makan siang bareng teman lama Ibu. Kalau kamu nggak punya dress, ya pinjam punya Lisa saja!" ucap Bu Hani.

Ia baru ingat kalau putri sulungnya memang kurang suka memakai dress dan sebagainya. Kalau ia mengajak Asha dengan penampilan seperti ini, takutnya nanti anak dari temannya itu merasa ilfeel dengan penampilan Asha.

'Hah? Ibu kenapa sih? Cuma makan siang aja harus dandan dan pakai dress? Habis makan apa ya Ibu? Aneh deh,' gumam Asha yang masih bengong di kamarnya.

Lalu, Bu Hani pun kembali lagi ke kamar putri sulungnya itu, dengan membawa dress milik Lisa, dan ia juga membawa perlengkapan make up. Bu Hani akan mendandani Asha agar terlihat cantik nanti. Ia juga heran, kenapa putri sulungnya itu tidak suka memakai make up, padahal kebanyakan anak perempuan suka sekali memakai benda itu.

"Nih pakai dress punya adikmu, cepat dipakai! Habis itu Ibu mau make up kamu!" titah sang Ibu yang artinya adalah wajib.

Dengan langkah gontai, Asha berganti pakaian dengan dress. Setelah itu, ia pun dimake up oleh Ibu. Hal yang bahkan tak pernah ia lakukan sebelumnya, karena memang ia tak punya alat make up juga ia tak bisa memakai make up.

"Aduh Bu jangan terlalu tebal dong! Aku nggak mau muka aku mirip ondel-ondel nantinya," protes Asha yang baru saja mulai make up.

"Udah kamu diam aja deh, nurut sama Ibu!" ucap Bu Hani dengan sedikit kesal.

Akhirnya Asha pun pasrah. Kalau urusan make up memang Ibu lumayan jago. Dan untung saja Asha tidak dipakaikan lipstik warna merah, ia memakai lipstik warna nude dan make up yang natural namun terlihat fresh.

"Nah sudah selesai. Kalau begini kan jadi cantik anak Ibu," puji Bu Hani, setelah dipakaikan make up, wajah Asha terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya.

"Aduh Bu, sebenarnya Ibu ini mau ajak aku kemana sih? Pakai kayak gini segala. Aku tuh malu Bu, nggak biasa pakai make up begini. Apa lagi ini, iyuh bajunya itu nggak banget deh, Bu. Aku lepas dan hapus aja ya Bu," rengek Asha yang merasa tidak percaya diri dengan penampilannya saat ini.

"Sudah jangan banyak protes deh! Kamu nurut saja sama Ibu. Udah ayo kita berangkat, Ibu mau pesan taksi online dulu. Jangan sampai teman ibu kelamaan menunggu," ucap Bu Hani.

Sengaja Bu Hani belum mengatakan kalau Asha akan diajak makan siang, akan tetapi Bu Hani tidak mengatakan kalau acara itu sekalian perkenalan dengan anak teman lamanya yang sama-sama masih jomblo. Karena terlalu sibuk bekerja dan belum punya pacar, sedangkan umurnya sudah pas untuk menikah, sama seperti Asha.

Ponsel milik Asha berbunyi dan terlihat sebuah notifikasi. Segera Asha memeriksa ponsel miliknya itu.

"Bu, makan siangnya lain kali aja ya? Plis." Asha berucap sambil tangannya seolah memohon. "Tiba-tiba aku ada acara penting," sambungnya, berharap Ibu bisa mengerti dan memperbolehkannya untuk tidak jadi ikut.

"Acara penting apa? Nggak bisa!" lanjut, Ibu berbicara lagi "Kita sudah ditunggu sama teman Ibu, lagi pula acara penting apa? Bukannya kamu sehari-hari lebih sering di rumah saja sambil nyanyi dan joget yang nggak jelas?"

Ibu tak akan mengerti kalau bunyi ponselnya tadi adalah pemberitahuan kalau idola Asha akan melakukan live sebentar lagi untuk menyapa para penggemar. Asha sudah lama menunggu idolanya melakukan live streaming, tapi begitu momen yang ditunggu olehnya datang, Ibu malah mengacaukan dengan tetap memaksanya untuk ikut makan siang dengannya. Sungguh hati Asha saat ini dilema sekali, antara melawan ibunya dan membujuk agar tak jadi ikut dengan resiko Ibu akan marah, atau ikut dengan Ibu tapi tak menonton siaran live sang idola.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status