Share

BAB 3. MAKAN TUH SOMBONGMU!

Ghea langsung memainkan jemarinya yang lentik di atas tuts keyboard. Karena asyiknya dia tidak mengetahui bahwa  bos memejamkan matanya ,  diluar sadar bos  membayangkan jemari lentik  menari di atas tuts piano mendentingkan lagu " Fur Eize". Terbayang sesosok  wajah eksotik dengan tubuh yang ramping , rambut panjang bergelombang tersenyum memandangnya sambil  jemarinya terus menari di atas tuts piano. Jemari lentik berpoleskan kuteks warna ungu.

Bos tersentak dari lamunan pendeknya,tiba-tiba matanya yang kejam kembali bersinar, luka lamanya kembali menganga membentang kenangan lama yang menyakitkan. “ Besok saya tidak mau melihat kukumu yang panjang. Potong kukumu , menjijikkan!” teriak bos.

Ghea langsung berhenti mendengar teriakan bos.  Dipandangnya wajah bos yang pucat , matanya yang kemerahan bibirnya menahan geram .

“ Itu sebabnya kamu sering salah ketik, kukumu terlalu panjang sehingga menyentuh tuts lain di keyboard dan warna kukumu menjijikkan !  “seru bosnya.

Ghea menunduk melihat kukunya ,  menurutnya tidak terlalu panjang dan dipolesi dengan kuteks warna ungu muda.  Ingin rasanya Ghea berteriak dan mengatakan, apa hubungannya kuku saya dengan mengetik?  Sejenak dia cuek melihat keanehan bos kemudian meneruskan mengetik, ' Aku harus mengejar waktu sebelum malam ini sudah harus selesai,' batinnya lalu jemarinya kembali menari di atas tuts keyboard.

Bos yang baru sadar kembali terpaku, entah mengapa di kepalanya saat ini langsung terlukis kembali  jemari berkuku panjang dipolesi warna ungu kemerahan .

“ Stop !” teriak bos lagi.

Dengan pandangan dingin Ghea memandang bosnya.' Apa sih yang merasuki dirinya? Apakah suasana gedung yang sepi membuat bos kerasukan? 'batin Ghea yang langsung merasakan punggungnya    merinding, ada perasaan takut apalagi bos terus menatap jemari Ghea dengan bola matanya yang hitam.

Otak Ghea mulai kacau, ketakutan , keinginan menyelesaikan tugas yang diberikan bos bercampur baur di otaknya, membuat otaknya macet untuk berfikir. Akhirnya Ghea berdiri , mengambil laptop dan tablet bos pindah ke ruang kerjanya. Ditutupnya pintu penghubung, dipasangnya lagu dari ponselnya kembali mengetik kemudian memasang headset.

Dengan ujung matanya dia melihat ke kaca penghubung bos menarik rambutnya yang ikal, memijat pelipisnya kemudian menyenderkan kepalanya yang besar ke sandaran sofa. Galang Yuda Saputra , bos Ghea, duda yang ditinggal isterinya  selingkuh dengan pria bule kaya  yang dikenalnya  sewaktu mereka menghadiri pesta perkawinan teman Yasmin,  Sisca de la Combe' yang menikah dengan pria bule di Bali.

Sejak itu Yasmin Pringgodihardjo tertarik pada bule Spanyol yang romantis dan gallant, tidak seperti suaminya Galang yang irit romantis , irit  memberi perhatian istimewa  serta irit mencurahkan cinta kepada  Yasmin. Padahal untum mendapatkan Yasmin , bos memburunya sampai ke Paris lalu melamar Yasmin dengan cincin berlian Solitaire.

Sewaktu  Sinarsih Jeng Putri  anak Galang dan Yasmin, berumur setahun , Yasmin membawanya ke dokter untuk konsultasi mengenai Sinar yang  nampak  tidak ada kemajuan dalam motoriknya dan berbicara. Dokter mendiagnosis  bahwa Sinar mengalami gangguan perkembangan saraf yang akan mempengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan untuk berkomunikasi, berinteraksi serta berperilaku.

“ Artinya anak saya Autis dokter ?” tanya Yasmin.

" Bukan, Sinar  mengidap disleksia." jawab dokter

“ Ibu jangan khawatir, ibu hanya perlu sabar. Nanti saya rujuk dokter anak yang biasa menangani anak disleksia.

" Sinar mengalami gangguan kemampuan bicara lebih lambat dibandingkan anak seusianya. Ibu perlu bersabar,” kata dokter .

Rupanya Yasmin tidak mempunyai kesabaran dalam merawat Sinar, mata hatinya sudah tertutup kegilaannya pada Carlos Kastilia yang ganteng , setiap saat  selalu menghubunginya . Akhirnya Yasmin melarikan diri ke Barcelona untuk menemui Carlos , mereka hidup bersama karena Galang tidak pernah akan menceraikannya.

Galang yang semula arogan menjadi lebih kejam. Tidak mempunyai rasa belas kasih. Satu saja yang bisa membuat hatinya luluh Sinar, anak semata wayangnya. Sinar dijaga ketat, tidak dibiarkan keluar rumah, tidak boleh berkomunikasi dengan orang lain kecuali dengan Galang dan  suster . Orangtua Galangpun sulit untuk menemui Sinar tanpa persetujuan  Galang. Suster menjaga dan merawat selama dua puluh empat jam dibayarnya dengan mahal, itu gosip yang didengar Ghea.

Rumah mewah di Pondok Indah hanya berpenghuni Galang, suster dan Sinar. Suster yang masih muda,  berwajah cantik  dan lembut dimata Galang adalah tempat Galang menanyakan kondisi dan keadaan Sinar setiap saat  , wajib mengangkat telepon jika Galang menghubunginya menanyakan keadaan Sinar.

Gosip yang beredar di kantor, suster disamping menjaga dan merawat Sinar, juga tempat Galang menyalurkan seksualnya. Sinar dan suster disembunyikan  dari masyarakat, hanya keluar rumah jika berkunjung ke rumah orangtua bos Galang  di Bandung. Bagi Ghea semua gosip dibiarkan lewat, baginya setiap rumah pasti ada penderitaan yang tidak bisa diumbar ke luar. Sebagai orang luar dia tidak boleh menjudge apa yang di gosipkan, orang luar mudah menjudge, mudah menuduh, belum tentu yang didengar dan dilihat secara pintas adalah benar adanya.

Ghea yang sedang asyik mengetik tidak mengetahui bahwa bos sudah ada di belakangnya , dia merasakan hembusan nafas di balik lehernya membuat Ghea memutar tubuhnya , langsung menjerit,    ” Oh !” Lalu melepaskan headset dari telinganya,” Kenapa bapak tidak bilang kalau masuk ruang kerja saya?”

Terdengar lagu denting piano dari ponsel Ghea, “ Fur Elize”, cepat-cepat Ghea mengambil ponselnya yang agak jauh dari laptopnya.

Sebuah tangan besar meraup ponselnya, Ghea berusaha merebut dari tangan bos tapi tangan bos yang cepat, kokoh dan kuat  berhasil meraih ponsel  Ghea  lalu membantingnya ke lantai. Ghea menatap ponselnya yang berantakan di lantai, ada air mata di ujung matanya karena baru bulan lalu dia membeli ponsel yang agak mahal untuk menunjang pekerjaannya sebagai sekretaris pribadi.

“ Lagu sampah ! Lagu ini yang membuatmu tidak konsentrasi ! Mana laptopmu !” teriak bos , matanya berubah kejam dan menakutkan.

Perlahan Ghea mengangsurkan laptop ke arah bos, ada keinginan untuk melarikan diri dari hadapan bos yang menatapnya tanpa berkedip, mata hitamnya semakin pekat , wajahnya kemerahan karena marah, belum lagi rambutnya yang ikal terlihat berantakan membuat Ghea ketakutan,” Hmm.. kenapa bos  berubah jadi zombie?” batin Ghea.

Sekian detik mereka bertatapan, akhirnya Ghea kalah , menundukkan kepalanya dengan rasa panik yang melanda hati dan pikirannya, jantungnya berdebar kencang , rasa panik membuatnya sulit bernafas.

“ Aku memang kejam , tapi aku bukan iblis ! Ke ruang kerjaku !” kata bos langsung menuju ruang kerjanya sambil membawa laptop milik Ghea.

Ghea tidak mampu berdiri, kakinya lemas karena rasa takut, panik dan jengkel karena  ponselnya dibanting hanya mampu melihat bos yang keluar dari ruang kerjanya.

“Tuhan bantu aku menghadapi  bos yang arogan plus galak," Batin Ghea, berusaha mengatur detak jantungnya agar lebih tenang serta berusaha  tidak melakukan kesalahan supaya bosnya tidak marah lagi.

Perlahan Ghea beringsut dari kursi , menuju ruang kerja bos duduk di depan bos yang sedang membaca proposal dalam bentuk power point.

" Excellent ! Tidak percuma aku memarahimu, ternyata kalau dimarahi kamu kerja lebih bagus daripada biasanya." kata bos memberikan laptop kepada Ghea.

Ghea mengambil laptop dari tangan bos , entah disengaja atau tidak,  bos mengelus tangan Ghea, menatap Ghea yang langsung tertunduk malu.

Bos menatap gadis di depannya, " Kirim yang baru kamu kerjakan ke tabletku, Senin kamu atur jadwal rapat dengan  divisi operasional membahas proposal yang baru kita buat." katanya.

" Baik pak. Setelah itu boleh saya pulang?" tanya Ghea.

" Mmm.. tidak !"

Ghea menatap bosnya, ada perasaan jengkel yang ditahan.' Apalagi maunya? ' batinnya.

" Saya mengajak kamu ke gerai ponsel , saya akan gantikan ponselmu yang saya banting," kata bos.

" Maaf pak, saya tidak bisa ikut, karena jam lima saya ada janji dengan teman." Bohong Ghea.

" Janji dengan pacar karenanyamenolak ajakan saya, atasanmu ?" ada nada menggoda dari bos.

Sejenak bos dan Ghea menatap satu sama lain. Tatapan yang bisa menimbulkan percikan api . Mata Ghea menatap bos penuh kebencian dan bos menatapnya dengan tatapan arogan, kejam khas Galang. Cukup lama mereka bertatapan.

" Tidak! Di samping ada janji , saya tidak ingin kita terlihat berdua dengan bapak  di luar  jam kerja, apalagi ini hari Sabtu, bos dan saya jalan-jalan ke mall ......" kata Ghea tegas.

" Apa jalan-jalan ke mall? "

" Iya, kan bapak mau ke gerai ponsel, kan banyak di mall?" segah Ghea.

" Siapa bilang saya ajak ke mall. Gerai ponsel banyak di jalan. Baiklah, pakai saja ponselmu yang sudah tidak berwujud!" kata bos , langsung meninggalkan Ghea  yang terpaku di ruang kerja bos.

" Tuhan, kuatkan diriku. Apakah adakah jalan lain untuk keluar dari kungkungan bos yang kejam dan tidak mempunyai perasaan," gerutu Ghea ,kemudian mengambil tas ranselnya memasukkan laptop, mematikan lampu di ruang kerja bos dan ruang kerjanya.

Turun di lobbi, sekuriti meyambutnya ," Mbak ditunggu bapak bos di mobil." 

" Bilang ke bos, rumahku dekat tidak perlu diantar !" l kata  Ghea ketus, langsung  setengah berlari menghindari mobil bos yang terparkir di depan pintu gerbang .

Galang memandang Ghea yang sedang setengah berlari untuk menghindari dirinya," Hmm.. galak juga dia, kurang ajar lagi beraninya dia menolak ! Siapa dia? " gerundel Galang.

Rio melihat bosnya menggerundel, " Bagaimana pak, perlu saya kejar mbak Ghea?" tanyanya.

" Tidak usah, saya mau ajak dia makan siang , ditolak.  Makan tuh sombongmu !" geram Galang.

" Rio ! Kamu tahu rumahnya sekpri sombong?" tanya Galang.

" Mbak Ghea, pernah saya antar waktu pulang dari Jayapura. Tempat kosnya dekat -dekat sini, kost khusus putri. Mbak Ghea minta diturunkan di ujung jalan. Saya mau antar sampai tempat kostnya tapi dia bilang gangnya kecil takut nanti mobil bos kena srempet."

" Hum, ikuti dia, saya ingin tahu tempat kostnya." Kata Galang.

Dari jauh mobil bos mengikuti Ghea yang berjalan santai, singgah di mini market beli sesuatu, tidak lama dia memasuki pekarangan rumah berlantai tiga.

" Lanjut ke Grand Indonesia, " perintah  Galang.

" Oh, saya kira bapak mau jemput mbak Ghea."

Galang tidak menjawab , sibuk dengan pikirannya. Ada kegelisahan merayap ke hatinya. Mengapa aku peduli pada dia? Mmm.. mungkin rasa bersalahku karena membanting ponselnya, batih Galang.

Teringat wajah Ghea yang melihat ponselnya berantakan, " Siapa suruh dengar lagu yang membuat luka lamaku terbuka lagi?' bisik Galang.

" Ada apa pak?" tanya Rio.

" Mmm.. kamu ikut saya masuk ke Grand Indonesia, saya mau mencari ponsel."

" Siap pak !" jawab Rio.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status